Friday, September 19, 2008

OPINI-PILKADA

Bedah Anatomi Kandidat Wako
Oleh : Aswadi Munir
Caleg PBR untuk DPR-RI 2009


ASWADI-MUNIRPilkada paling meriah. Itulah pesta demokrasi yang akan diselenggarakan di Padang bulan depan. Kenapa paling meriah? Karena kali inilah untuk pertama kalinya masyarakat Padang akan berbondong-bondong ke TPS memilih Wako/Cawakonya secara langsung. Pemilihan kepala daerah/presiden secara langsung adalah salah satu buah reformasi, dimana selama dalam sistem pemerintahan Orde Baru mereka yang tampil memimpin daerah lebih banyak ditentukan oleh Soeharto dan lingkaran kekuasaannya. Tapi kini yang memegang kekuasaan adalah rakyat.
Yang lebih menarik lagi, selain untuk pertama kali mengadakan Pilkada langsung, Padang juga memunculkan fenomena yang sangat menarik, dimana tampilnya calon independen, bukan hanya satu pasang, malah dua pasang sekaligus, yakni pasangan Mudrika/ Dahnil Aswad serta Ibrahim/Murlis Muhammad. Sekarang mari kita bedah satu persatu pasangan ini dan kita prediksikan, siapa dan bagaimana sosok mereka.
Kita mulai dari pasangan Jasrial - Muchlis Sani yang didukung oleh Partai Demokrat (PD) dan Partai Bulan Bintang (PBB). Kalau hanya mengharapkan dukungan dari partai, rasanya sulit bagi pasangan ini meraih kemenangan. Sebab kedua partai ini pada pemilu 2004 tidak berhasil meraih suara yang signifikan. PD punya 5 kursi sementara PBB hanya berhasil mendapat 3 kursi di DPRD Kota Padang. Tapi bila bila melihat profil pribadi mereka, rasanya cukup optimis mereka akan mendulang suara yang menjanjikan.Jasrial punya potensi meraih suara dari pendukung PAN, sebab walau saat ini Jasrial tidak duduk sebagai fungsionaris PAN baik di Padang maupun di Sumbar, tapi dia adalah salah satu deklarator PAN di Padang dan Sumbar, tentunya jejak sejarah ini tidak bisa dilupakan oleh para pendukung PAN. Selain itu Jasrial juga dikenal sebagai akademisi di Universitas Negeri Padang (UNP) banyak sedikitnya para civitas dan alumni UNP tentu akan bersimpati. Yang tak boleh dilupakan adalah faktor primodial, sebagai putra Pesisir Selatan, bisa dipastikan para perantau asal daerah ini akan memberikan suara kepada Jasrial.
Mantan Sekda Kota Padang, Muchlis Sani. Muchlis Sani tidak hanya dikenal sebagai birokrat yang piawai, tapi juga punya pergaulan luas di kalangan masyarakat pedagang dan sektor non formal. Bila pasangan ini yang memimpin Kota Padang, diprediksi akan menjadi pasangan yang serasi. Sebab Jasrial dengan latar belakang akademisi nya sudah terbiasa membuat konsep, sedang Muchlis yang berpengalaman sebagai birokrat bisa mengaplikasi konsep tersebut.
Sekarang kita lihat pasangan Fauzi Bahar dan Mahyeldi yang didukung PAN dan PKS. Dari sisi dukungan politik, kedua pasangan adalah pasangan terkuat. Betapa tidak, pada pemilu 2004 di DPRD Kota Padang PAN punya 9 kursi dan PKS 11 kursi. Faktor Fauzi sebagai incumbent juga tidak bisa dianggap remeh. Namun, disamping punya sisi kekuatan, kedua pasangan ini juga punya kelemahan alamiah. Pengalaman Fauzi memimpin Padang selama lima tahun, di satu sisi bisa dikatakan sebagai kekuatan, tapi disisi lain justru bisa menjadi kelemahan. Sebab, apakah selama lima tahun ini Fauzi berhasil membangun Padang dengan populasi sekitar 900 ribu jiwa, dalam artian meningkatkan kesejahteraan masyarakat menengah ke bawah, seperti pedagang kecil, sektor informal, kesehatan yang murah tapi berkualitas dan pendidikan yang bermutu tapi bisa dinikmati semua lapisan? Bila tidak, sisi inilah yang akan menjadi ancaman bagi Fauzi dan Mahyeldi. Kenapa? Dari statistik, justru kelompok menengah ke bawah inilah pemilih dengan prosentase terbesar Walau kedua figur ini adalah pemimpin di partainya masing-masing, tapi tipikal masyarakat Padang adalah tipikal masyarakat yang rasional dan pragmatis, mereka tidak akan menjadi loyalis buta, tapi tetap akan mengedepan rasio dan pengalaman mereka dalam memilih.
Yang menarik, adalah sosok Mahyeldi yang nota bene sebagai mantan ketua PKS Sumbar dan peraih kursi terbanyak di DPRD Kota Padang. Mestinya dengan potensi politik seperti itu PKS berani memajukan orangnya sebagai calon no 1, tapi rupanya PKS lebih memilih jalan aman dengan menjadi no 2 saja. Bila kita lihat profil Mahyeldi sendiri, hal tersebut bisa dimaklumi. Sebagai alumni fakultas pertanian yang kemudian menjadi dai dan pendidik, Mahyeldi belum punya pengalaman di rimba birokrasi. Mungkin dengan berpasangan dengan Fauzi, PKS berharap Mahyeldi punya waktu untuk belajar manajemen pemerintahan. Tapi, kalau pasangan ini yang menang, tentunya faktor minimnya pengalaman Mahyeldi di pemerintahan akan menjadi beban tersendiri bagi Fauzi nantinya.
Kini kita telisik pasangan Yusman Kasim/Yul Akhyari Sastra. Yusman sama posisinya dengan Fauzi, yakni sama-sama incumbent. Masalahnya, karena posisi Yusman selama ini sebagai wakil walikota, maka apapun yang dia perbuat selama memerintah mau tak mau selalu dibawah bayang-bayang walikota. Masyarakat agak susah menilai prestasi kinerja Yusman selama ini.
Dari sisi politik, dukungan PPP yang hanya punya 5 kursi di DPRD ditambah dukungan partai-partai kecil tidak bisa terlalu diharapkan. Justru, kalau mau menang Yusman harus mengekspolitasi dukungan diluar partai, dengan posisinya sebagai elit Kosgoro, Yusman harus menggarap anggota dan simpatisan kosgoro semaksimal mungkin.
Faktor penguat justru bisa diharapkan dari pasangannya Yul Akhiarli Sastra. Dengan adanya semangat menampilkan orang muda dalam kancah kepemimpinan, sosok Yul bisa diekspos habis-habisan. Yul bukan hanya muda, tapi jejak langkahnya sudah membekas dikalangan pemilih muda, dia pernah aktif di KNPI, organisasi kampus, LSM dan sebagainya, ditambah lagi dia sudah punya pengalaman selama lima tahun sebagai anggota legislatif. Sebagai kader Golkar, Yul juga bisa dihandalkan melobi elit Golkar yang sampai saat ini belum juga menentukan sikapnya. Bila pasangan ini yang menang, mereka bisa menjadi pasangan serasi dan cukup menjajikan.
Sekarang kita lihat pasangan independen Mudrika-Dahnil Aswad. Walau selama ini Mudrika dikenal sebagai birokrat, tapi dalam bergaul sosok ini cukup luwes dan merakyat. Sejauh yang penulis kenal, Mudrika mampu bergaul dengan kalangan yang berbeda. Kelemahan nya hanya dia maju tanpa dukungan partai. Tapi, dengan kemampuan membangun jaringan tadi kelemahan ini bisa ditutupi. Lihat saja, dia dengan tim suksesnya berhasil “menyatukan” alumninya, baik SMA 1 Padang maupun Unand untuk mensukseskan langkahnya. Faktor Dahnil Aswad juga tidak bisa diremehkan. Selama ini Dahnil dikenal sebagai aktifis LSM yang cukup vocal. Dahnil juga bisa mencuri suara dari perantau Pariaman, dimana Dahnil aktif sebagai salah seorang pengurusnya.Bila pasangan ini yang menang, paling tidak mereka berhasil mencatat sejarah sebagai pasangan independen pertama yang terpilih dalam pilkada.
Terakhir kita lihat pasangan Ibrahim dan Murlis Muhammad. Walau sama-sama maju melalui jalur independen, pasangan ini nampaknya harus bekerja paling keras dibanding pasangan lain. Sebab disamping tidak punya dukungan partai politik, jaringan kedua pasangan ini nampaknya masih belum terbaca kepermukaan. Mungkin mereka sudah punya strategi yang selama ini belum diketahui orang. Juga siapa tahu dalam politik sering terjadi keajaiban yang tak terduga.
Dari sisi primordial/kedaerahan, kelima pasangan ini tidak ada yang menonjol, bahkan banyak di antara mereka yang akan berebut suara dikantong yang sama, seperti Yusman dan Dahnil yang sama-sama dari Pariaman. Fauzi, Mudrika, Yulakhiarli Sastra dan Muklis Sani sama-sama dari kota Padang. Dari sisi intelektual mereka juga berimbang. Tinggal kita lihat sekarang program mereka masing-masing. Mudah-mudahan dari kelima pasangan ini bisa terpilih pemimpin yang visioner, yang tidak sekedar menjadi walikotadan wakil walikota yang menjalankan admistrasi pemerintahan rutin, tapi bisa tampil sebagai pemimpin yang akan mensejahterakan rakyatnya. Semoga. []

1 comment:

  1. Masyarakat Kota Padang telah melihat kepemimpinan Walikota Sebelum ini, maaf sebahagian besar mereka kecewa, saya yakin dukungan Partai tidak akan mempengaruhi pilihan Masyarakat, mereka ingin perobahan dibidang sosial dan khususnya perbaikan nyata untuk ekonomi masyarakat menengah kebawah, pilihan masyarakat Kota Padang pasti akan jatuh kepada Calon yang mampu meyakinkan mereka apabila terpilih akan berpihak kepada masyarakat menengah kebawah tersebut untuk setiap aspek dalam mengambil kebijakan.

    ReplyDelete