Tuesday, October 31, 2017
RESENSI ASMARA DI ATAS HARAM
Resensi
Cinta
dan Iman
Jadi Energi
Jadi Energi
Judul : Asmara di Atas Haram
Penulis : Zulkifli L. Muchdi
Penerbit :
Erlangga
Cetak : Maret 2012
Tebal :
466 Halaman
ISBN : 978-979-099-835-3
Konsep hidup
kita akan berbeda-beda, sesuai dengan pengetahuan yang kita miliki. Kita
berpegang pada keyakinan, juga pada pola pikir yang kita bangun. Ia dipengaruhi
oleh pengetahuan, agama, lingkungan dan juga cita-cita yang kita inginkan.
Namun demikian,
jika kita tanya ke dalam lubuk hati kita, apa yang kita cari dalam hidup ini? Filosof
Yunani, Aristoteles (384 SM – 322 SM) pernah menjawabnya,
manusia hidup mencari kebahagiaan. Kebahagiaan seperti apakah yang dicari oleh
manusia? Jawabannya, kembali lagi kepada, apa pola pikir yang dibangun, apa
agama, apa pengetahuan, dan seterusnya. Semua itu, menjadi modal untuk
membangun watak seseorang. Sadar tidak sadar, ia akan digolongkan dalam paham
kehidupan, idealisme, hedonisme, materialisme, sosialisme, dan sebagainya.
Monday, October 30, 2017
RESENSI - ANDIKA CAHAYA - DARMAN MOENIR
Main Aman
Demi Kekuasaan
Judul :
Andika Cahaya
Penulis : Darman Moenir
Penerbit : AKAR Indonesia
Cetak :
Februari 2012
Tebal
:
234 Halaman
ISBN :
978-979-9983-95-4
Kekuasaan itu
sesungguhnya jahat tetapi dibutuhkan (power
is devil but necessary). Kekuasaan itu cenderung disalahgunakan, sekecil
apapun kekuasaan itu. Oleh karenanya, agar kekuasaan tidak disalahgunakan
mutlak diperlukan pengawasan. Jika pengawasan sudah mati atau mungkin jadi
kekuasaan baru, maka yang terjadi adalah kesewenang-wenangan.
Novel ini adalah
pintu masuk melihat kekuasaan dipermainkan oleh segelintir tokoh yang
mendapatkan kesempatan memegang kekuasaan di berbagai lini di dalam sebuah
museum. Museum yang berisi benda-benda antik, dibeli dengan cara yang antik pula.
Di sini, kekuasaan berlaku mangkus untuk berbuat apa saja tanpa pengawasan.
Kepala Museum (Museum) begitu piawai memainkan peran sebagai pemegang
kekuasaan.
Saturday, October 28, 2017
METODE TAFSIR TAHLILI
METODE
TAFSIR TAHLILI
ABDULLAH KHUSAIRI
Pendahuluan
Salah satu dampak
positif dari pernyataan Gubernur DKI Basuki Tjahya Purnama yang diduga
menistakan agama oleh sebagian golongan ummat Islam adalah tafsir-tafsir al-Quran
dibicarakan di ruang publik secara terbuka. Khususnya Surat al-Maidah ayat: 51.[1]
Terlepas kepentingan
politik praktis kekuasaan yang telah mengitari persoalan penafsiran surat
al-Maidah ayat: 51 tersebut, yang jelas di panggung publik, media massa dan
media sosial, tafsir al-Quran khusus ayat-ayat yang berkenaan dengan
kepemimpinan telah disuarakan secara lantang. Persoalan serupa ini memang
sering muncul dalam kontestasi politik menjelang dunia suksesi di daerah bahkan
dalam Pemilihan Presiden.[2]
Walau pun akhirnya, memang
pendalaman kajian tafsir harus terus dipaparkan kepada publik agar tidak
terjebak dalam logika sempit dan menjauhkan simpati dan menegasi keberagaman
dan al-islam al-rahmat al-amin.[3]
Thursday, October 26, 2017
RESENSI BUKU Sejarah Air Mata Orang Muda
RESENSI BUKU
Sejarah Air Mata
Orang Muda
Judul : Anak-Anak
Revolusi 1-2
Penulis : Budiman
Sudjatmiko
Penerbit : PT. Gramedia
Cetak : 2013 -
2014
Tebal : 473 +
575 Halaman
ISBN : 978-602-03-0277-4
ISBN : 978-602-03-0277-5
Resensiator : Abdullah Khusairi
Sekecil apapun sebuah perjuangan
akan tetap membutuhkan pengorbanan. Apalagi perjuangan besar, meruntuhkan rezim
kuat sedang berkuasa. Alangkah banyak pengorbanan yang harus dibayar. Bukan
hanya waktu, pikiran, tenaga dan bahkan nyawa menjadi taruhannya.
Perjuangan melawan rezim berkuasa,
membebaskan rakyat dari belenggu tirani, merupakan agenda besar. Tak cukup
energi anak muda semata, mesti ada banyak faktor pendukung. Energi anak muda
yang teruji, miliki idealisme yang matang, mental yang terasah, juga nalar yang
luas. Dan sesungguhnya, pergerakan membutuhkan kecerdasaan dalam semua hal.
Dua buku ini ditulis dengan cara
mengisah dari sudut paling personal. Kisah perjalanan hidup seorang anak muda
yang syarat dengan perjuangan. Awalnya hanyalah penolakan terhadap kenyataan
dari sesosok mayat yang mengejutkan. Seorang kakek yang tergantung, bunuh diri
karena tidak sanggup melanjutkan penderitaan hidup. Inilah titik pertama ketika
rasa iba, marah, takut, juga kecamuk pertanyaan tentang kehidupan dimulai.
Realitas ternyata memiliki perbedaan yang lebar dengan idealitas. Maka
muncullah pertanyaan yang menumbuhkan daya kritis dan tajam terhadap persoalan
sosial. Siapa semestinya bertanggung jawab ketika nasib dikebiri keadaan?
Sebagai autobiografi, buku ini tidak
sekedar menceritakan perjalanan semata. Lebih jauh dari itu, ia diperkaya
dengan peristiwa perjuangan yang mengitarinya. Sesungguhnya, munculnya sikap
perlawanan terhadap tirani, karena kesadaran terhadap lingkungan memang diasah
sejak kecil. Itu semua ternyata berkat dari pengetahuan yang memang telah diisi
dengan tekun. Modal awalnya, rajin membaca, diskusi, peka terhadap keadaan,
mental yang diasah dan tumbuhnya emosi dalam bentuk empati.
RESENSI BUKU - JURNALISME DIGITAL
RESENSI BUKU
Mari Cerdas Bermedia
Massa
Judul :
Jurnalisme Era Digital
Penulis :
Ignatius Haryanto
Penerbit :
Kompas
Cetak :
2014
Tebal :
xxvi + 254 hlm
ISBN :
978-979-709-827-8
Resensiator :
Abdullah Khusairi
Kebohongan telah menyebar ke seluruh dunia,
sedangkan kebenaran baru bersiap-siap memakai celana. Demikian dikatakan pelopor berita radio dan
TV, Edward R. Murrow, yang dinukilkan Bill Kovack dan Tom Rosenstiel dalam buku
Blur; Bagaimana Mengetahui Kebenaran di Era Banjir Informasi (2012).
Pernyataan
itu disampaikan dalam konteks kecepatan informasi yang tidak berbanding lurus
dengan ketepatan. Sebuah pernyataan cemooh atas kecepatan yang tidak
mempertimbangkan akurasi. Padahal, inti jurnalisme adalah verifikasi demi
akurasi kebenaran pesan. Apakah ada kesempatan verifikasi ketika kecepatan penyampaian
informasi lebih diutamakan? Bill Kovack dan Tom Rosenstiel sedang mengajak
publik memiliki kesadaran dalam menerima kebenaran di tengah era banjir
informasi. Sadar atas nalar media ketika mencari, mengolah, menyimpan dan
menyampaikan informasi. Hendaknya, publik cerdas menerima, mengetahui dan
memahami esensi dari informasi yang disampaikan.
Informasi
yang hari ini berseliweran di media massa dan media sosial semakin
memperlihatkan, persoalan kebenaran informasi harus ditelaah beberapa kali. Media
massa memang memiliki seperangkat aturan jurnalisme, mulai dari perangkat
paling filosofis, teknis dan etis. Tetapi media sosial, nyaris bebas dari
ikatan itu. Siapa saja dapat menyampaikan informasi, dibaca siapa saja dan
lepas. Mereka yang melek informasi bisa langsung mencari informasi pembanding
sementara pada sisi lain, sebagian publik langsung percaya saja pada satu
sumber yang datang.
Monday, October 23, 2017
SOME PROBLEM IN QUALITATIVE AND CASE ANALYSIS
____R
E S U M E____
Some Problem in Qualitative and Case Analysis
METHODS IN SOCIAL RESEARCH
William J. Goode
ABDULLAH
KHUSAIRI
BAGIAN
19.
BEBERAPA
PERMASALAHAN DALAM
KUALITATIF
DAN KASUS ANALISIS
Pada
dasarnya semua ilmu memiliki sandaran dasar yang sama dalam penelitian. Sebagai
seorang peneliti harus mampu membaca watak-watak keilmuan dalam setiap ilmu
ketika akan meneliti. Apalagi sebagai seorang sosiolog, tuntutan agar membaca
metode ilmiah setiap disiplin ilmu. Sekadar misal, ketajaman seorang psikiater
dalam melihat ekspresi orang yang menderita skizofrenia di tengah sistem dan
struktur ekspresi akan berbeda dengan seorang sosiolog. Tetapi seorang sosiologi
tentunya mampu membaca dan menemukan prediksi dalam situasi sosial dalam
berbagai situasi. Situasi masyaraka yang aman dan kacau, bagi sosiolog akan
mampu membaca keadaan secara keilmuan.
Persoalan
di atas bisa saja membuat para peneliti menolak dikotomi kualitatif dan
kuantitatif. Secara umum, sebab seorang peneliti mesti mendalami presisi,
keandalan dan relevansi data dan analisis. 1). Bagaimana ketepatan pengamatan,
2). Dapatkah ilmuwan lain meneruskan dan mengikuti model penelitian dan
pengamatan tersebut pada masa berikutnya, 3). Pengumpulan data untuk memenuhi
kewajiban menjawab pertanyaan dan meyakinkan kesimpulan.
Perkembangan
penelitian seperti ini telah terjadi di berbagai bidang, seperti identifikasi, variabel,
guna meningkatkan presisi dari pertanyaan yang digunakan dalam jadwal, dan
pemahaman yang lebih baik dari teknik wawancara, antara lain. Persoalan
penelitian adalah persoalan mencari kebenaran melalui metode yang tepat. Apapun
pendekatannya, tujuannya mestilah sama, hasil penelitian dapat dilakukan
kembali oleh peneliti sesudahnya. Serta hasil penelitiannya dapat
dipertanggungjawabkan.
Sunday, October 22, 2017
MAKALAH HADITS
HADITS – HADITS
LARANGAN TASYABUH
TERHADAP UMMAT YAHUDI & NASHRANI
ABDULLAH KHUSAIRI
A.
Pendahuluan
Manusia sebagai makhluk sosial
diciptakan berbeda-beda dan dianjurkan saling kenal mengenal.[1]
Proses kenal mengenal itu tentunya membentuk interaksi, yang secara sadar maupun
tidak sadar, akan saling memengaruhi pandangan, sikap dan perbuatan.
Anjuran saling kenal mengenal
ternyata dibatasi pula dengan peringatan agar tidak meniru dan menyerupai kaum
yang dikenal. Apalagi terpengaruh dan hanyut alam pikiran dan budaya yang
dikenal tersebut. Di sini, disikap seorang muslim dituntut punya
prinsip-prinsip teguh untuk tetap berada ajaran Islam.
Peringatan untuk tidak
menyerupai atau meniru ummat lain, dalam hal ini, Yahudi dan Nashrani sudah
diterangkan dalam al-Quran.[2]
Kemudian dijelaskan pula dalam beberapa hadits. Para ulama hadits telah
mengkaji lebih dalam persoalan tasyabbuh dalam hadits.
Makalah ini mencoba menelusuri
seputar hadits-hadits mengenai penyerupaan (tasyabuh), memaparkan konteks dan
teks hadits dan pendapat para ulama hadits, sehingga diharapkan dapat
memberikan pemahaman baru terhadap penyerupaan terhadap agama lain.
Saturday, October 21, 2017
BANI ABBASYIAH
ABBASIYAH
Resume
Ensiklopedia
OLEH
ABDULLAH KHUSAIRI
SAEFULLAH ABU BAKAR
Approaches and Methodology of Islamic Studies
Abbasiyah adalah sebuah dinasti
dari Bani Abbas, pada masa klasik dan pertengahan. Lebih terkenal disebut Bani
Abbasiyah. Daulah ini melanjutkan kekuasaan Bani Umayyah. Dinamakan Bani
Abbasiyah karena pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Abbas, paman
Nabi Muhammad SAW. Nama lengkapnya, Abu Abbas as-Saffah.
Pada Daulah Abbasiyah inilah sebagai
puncak keemasan pencapaian peradabaan Islam. Kehadirannya, dihitung dalam
sejarah sejak 132 H/750 M s.d 656 H/1258). Bila dirinci, 508 tahun atau 5
abad lebih. Artinya, paling tidak, daulah ini eksis hingga 8 keturunan. Tentu
saja, ini waktu yang sangat panjang dan lama, sebelum kekuasaan dan peradaban
beralih ke panggung belahan dunia yang lain.
Friday, October 20, 2017
Aneka Pendekatan Studi Agama
RESUME
Aneka Pendekatan Studi Agama
Peter Conolly (ed.)
ABDULLAH KHUSAIRI
MUHAMMAD ZAINUL HASAN SYARIF
MUHAMMAD ZAINUL HASAN SYARIF
I.
Pendahuluan
Perkembangan ilmu-ilmu sosial telah memberi
kesempatan besar dan terbuka bagi bidang penelitian studi agama. Kesadaran atas
saling hubung kait antara satu ilmu sosial yang satu dengan yang lain, telah
membuat studi berkembang pesat. Khusus studi agama, kini banyak pendekatan
telah dilakukan, mengingat studi agama tidak bisa serta merta bisa total
bilamana dipelajari dari sisi saja.
Di antaranya adalah pendekatan antropologis, feminis, fenomenologis, filosofis, psikologis,
sosiologis dan teologis. Dari sekian banyak metode pendekatan dalam studi
agama, memiliki kelebihan serta kekurangan masing-masing sesuai dengan sudut
pandang para ahli yang berkompeten dalam bidangnya. Pada
kesempatan kali ini, kami akan menguraikan penjelasan tentang semua pendekatan
itu baik dari pendekatan antropologis, feminis, fenomenologis, filosofis,
psikologis, sosiologis dan teologis.
Monday, October 16, 2017
Wawancara Online Uni Tilla Balaibahasa Padang
Siang Abdullah.
masih bisa uni mintak tolong menjawab pertanyaan berikut ini.
1. Apa yang melatar belakangi Abdullah terjun sebagai penulis karya sastra.
Masa kecil saya sangat sulit mendapat buku bacaan, sementara saya memiliki keingintahuan yang begitu tinggi. Entah mengapa, saya tak mengerti. Sehingga saya membaca apa saja, termasuk kertas bungkus bawang, ketika emak pulang belanja. Kerja saya masa kecil banyak membaca. Sesekali saya mendapat kiriman bacaan dari paman yang sedang kuliah di kota Jambi (181 km dari Sarolangun). Bacaan itu berupa majalah Bobo dan Ananda. Kalau paman pulang libur semester, di kamarnya, saya membaca Tabloid Bola, Tabloid Monitor, Tabloid Senang, Tabloid Bintang, Tabloid Nova dan Ceria. Pada majalah-majalah inilah saya sudah ketemu dengan esai Emha Ainun Najid, Seno Gumira Adji Darma, WS. Rendra, ZaraZetira, dll. Kamar paman adalah surga bagi saya. Syaratnya, rapikan kembali. Sedangkan di kamar Mak Cik saya juga, ada banyak buku yang tidak dijualbelikan dari Depdikbud, berupa buku cerita, dongeng, saya membaca di situ. Di sini, saya ketemu dengan karya Montiqobusye. Itu buku dari kantor kakek, yang guru Madrasyah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Sarolangun.
Wednesday, October 11, 2017
possibilités d'apprentissage
Je suis content d'avoir eu l'occasion d'apprendre un peu le français. Je ne sais pas trop comment écrire et le dire. Ça a l'air bizarre. Première classe dans la salle de théâtre, nous avons rencontré Madame Solenn, qui a été nommée pour être un tuteur. La première réunion était impressionnante.
Maintenant, apprenez la langue sanya gâchée par l'électrique traduire de google. Même si nous savons très bien, il y a des faiblesses qui vont se produire. Mais ignorez-le d'abord. En plus de google, il y a aussi youtube, où tontontan recherche en ce qui concerne la langue française.
Saturday, October 7, 2017
Doktor Tambo Menggugat
Penulis Buku Menggugat Pemahaman Tambo Minangkabau, Dr. Sheiful Yazan, M.Si membacakan gugatannya terhadap fenomena kehidupan di Minangkabau kekinian, saat Peluncuran buku terbarunya, Menggugat Pemahaman Tambo Minangkabau.
“Kenapa harus Minang Book Fair, Minang Mart, kenapa tidak Pesta Buku, Pasar Buku, Lapau Minang, lihat di jawa sana lokalitas sudah digalakkan sedemikian rupa,” kata Dr. Sheiful Yazan, M.Si Tuanku Mangkudun, ketika Peluncuran Buku terbarunya, di arena Minang Book Fair, Masjid Raya Sumbar, Kamis (2/2/2017) Malam.
Friday, October 6, 2017
Berdemokrasi di Tengah Rasa Lapar
ABDULLAH
KHUSAIRI - PADANG
Masihkah ada harapan hidup lebih baik
dan bahagia dari suksesi demi suksesi dengan dalil berdemokrasi? Apakah
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2017 ini membawa kemashlahatan kepada umat?
Dua pertanyaan yang bisa dipandang sangat pesimis terhadap sistem berdemokrasi
kita pada hari ini.
Sulit dibantah, di atas kertas, sistem
demokrasi bak bunga-bunga di tepi jurang. Dilihat indah diambil susah dan
berbahaya. Demokrasi menjanjikan keindahan dan harapan di masa depan, tetapi
sejauh sistem ini dijalankan, suksesi berlangsung, senyatanya tak banyak
membawa perubahan menuju cita-citanya. Alih-alih menjadi kenyataan dari
janji-janji para kontestan, yang terealisasi hanyalah perebutan kekuasaan dan melanggengkannya.
Thursday, October 5, 2017
Membangun Citra Positif Polri
Sebuah
Strategi Menguasai Media Massa & Media Sosia
Bukalah situs Youtube.com, domain penyedia sarana siaran video gratis di internet
dengan key word “Polantas”, akan
ditemukan beberapa video yang mungkin saja mengagetkan. Umumnya video tentang Polisi
Lalu Lintas (Polantas) yang direkam entah oleh siapa, lalu diunggah sehingga
setiap orang bisa menonton, setiap waktu, dimana saja. Konten tontonan itu
sungguh membuat citra baik polisi tercoreng. Karena ada oknum-oknum Polantas
yang nakal memermainkan hukum di lapangan.
Wednesday, October 4, 2017
Ahmadiyah Qadian dalam Perspektif Komunikasi Antar Budaya
RESUME DISERTASI
Ahmadiyah Qadian
dalam Perspektif Komunikasi Antar Budaya:
Kajian Tentang
Agama di Ruang Publik
Disertasi Jufri
Alkatiri UIN 2014
Oleh:
Abdullah
Khusairi
NIM.
31161200000061
I
Konflik sosial yang berlatarbelakang
agama dalam sejarah kehidupan manusia telah membuat banyak darah ummat tumpah
ke tanah. Alasan keyakinan memang sangat efektif untuk membawa klaim kebenaran
kepada pihak di luar dirinya. Ini seiring dengan pendapat Peter L. Burger,
agama adalah alat legitimasi kebenaran dan menekan pihak lain yang berbeda
pandangan dan kepentingan.
Karen Amstrong menyebutkan, sejarah perang
suci (Holy War) antar ummat agama yang
terjadi membuat konflik panjang tak berujung. Benih-benih konflik sewaktu-waktu
bisa tumbuh, mekar dan pecah menjadi perang berkepanjangan. Perang Salib contoh
yang nyata dari sekian banyak contoh-contoh kecil.
Monday, October 2, 2017
About My Name
We call him Grandfather Puyang. Have a library. Five bookcase room of his house in Kampung Masjid. The book consists of books of Arabic-speaking Arabic and jawi Malay. People call it, the Yellow Book. The themes of the book are varied, ranging from Fiqh to mysticism, from worship to muamalah. Complete.
The House where we play in childhood. Home places meets a lot of relatives. I will meet with the small brother and played there the day saban, if there was a family event.
After the great, after the House and the room did not exist, I can guess, that is the source of his inspiration in making the names of the children of his grandson. Including me.
Di Bawah Naungan Merah Putih
^^Hasan Subang Lamanepa Putra Timor Leste di Padang^^
Darahnya berdesir, jika
melihat seseorang mempermainkan bendera merah putih. Sebab, masa lalunya penuh
keringat dan darah untuk memilih hidup di bawah naungan merah putih. Berpisah
dengan sanak saudara, bercerai-berainya kehidupan.
ABDULLAH KHUSAIRI – PADANG
Itulah
Hasan Subang Lamanepa (25). Seorang anak bangsa yang memilih untuk berpisah
dengan kedua orang tuanya, pasca konflik bercerainya Timor Leste dari ibu
pertiwi. Ia pergi dengan segenap kecewa.
“Terdampar
ke Padang tak pernah terpikirkan sebelumnya, nasib ternyata menghanyutkan,”
kenang Achang, demikian ia akrab disapa. Terbesit di matanya, kerinduan atas
tanah kelahiran di Timor sana. Kenangan yang tak pernah mudah hilang. Rumah
yang dibakar massa, mengungsi berbulan-bulan, pahitnya kehidupan, dan seterusnya.
Tak
terasa, sudah 11 tahun lebih ia pergi dari pangkuan orang tua. Itu semua hanya
karena konflik berkepanjangan demi harkat martabat Merah Putih di tanah Leste.
Tragedi Tabloid Charlie Hebdo
ABDULLAH KHUSAIRI - PADANG
Agak sulit mencari
alasan yang masuk akal atas penembakan di sebuah kantor surat kabar seperti
yang terjadi Paris, Prancis itu. Sebab pembunuhan yang dilakukan tanpa proses
hukum dengan dalil apapun tidak bisa dibenarkan secara manusiawi. Kalaupun
akhirnya harus dikaitkan dengan produk kreatif karikatur yang diproduksi
tabloid tersebut, maka yang dapat ditarik ke ranah analisis; keyakinan jika
tidak hati-hati bisa membutakan akal!
Teror bisa terjadi
kepada siapa saja dari mereka yang tersakiti dan tidak mendapat kesempatan
untuk membalas kekalahan. Teror adalah perlawanan dalam bentuk lain ketika
menyadari kekuasaan tak terlawan. Inilah cara paling pengecut!
Tenggelamnya Kapal Ikan Asing
ABDULLAH KHUSAIRI - PADANG
Ide dasar judul tulisan ini tentu saja dari Novel Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (1938). Tapi ini bukan fiksi tapi fakta yang diekspos media massa, kapal asing yang tertangkap aparat pemerintah lalu dibakar dan ditenggelamkan karena telah melakukan penangkapan ikan secara tidak sah (illegal fishing) di wilayah Indonesia.
Ada yang mencibir dan ada yang memuji atas tindakan berani Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pujiastuti ini. Mencibir karena dianggap hanya pencitraan. Katanya, bukan kapal yang dibakar tapi perahu nelayan malang dan miskin dari negeri lain.
Itupun hanya beberapa saja, yang lain masih dibiarkan. Macam-macam. Selalu saja ada alasan untuk bila tidak setuju dengan satu tindakan dari seseorang yang sudah sejak awal memang tidak disukai.
Ada yang memuji tindakan berani tersebut. Katanya, untung ada kebijakan berani serupa itu, selama ini tak banyak yang diketahui. Sewaktu pemerintahan sebelumnya, banyak juga yang ditangkap tapi tidak terekspos apalagi dibakar dan ditenggelamkan. Dipuji karena berani menegakkan kedaulatan negara di laut. Walau baru beberapa, tapi sudah melakukan sebuah tindakan demi kedaulatan, patutlah diapresiasi.
Jurnalisme Online Situs Radikal
ABDULLAH
KHUSAIRI - PADANG
Kementerian
Komunikasi dan Informasi (Kemkominfo) memblokir 22 situs berita yang diduga
menyebar informasi tentang radikalisme. Kebijakan ini atas dasar rekomendasi
dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Dipandang dari sisi
kebebasan pers, inilah langkah yang lancang. Namun bukan berarti langkah
Kemkominfo ini tak perlu diapresiasi, ketika dilihat dari sisi ilmu jurnalistik
dan standar sebuah lembaga pers yang ideal sesuai dengan perundang-undangan
yang berlaku.
Sayangnya
Kemkominfo begitu cepat mengambil sikap sebelum meminta pandangan Dewan Pers.
Begitu pula Dewan Pers, sejauh ini bisa dipandang masih begitu lemah melakukan
gerakan cerdas bermedia, dalam arti cerdas mendirikan, profesional menjalankan,
juga pencerdasan terhadap publik dalam mengonsumsi media online.
Dakwah Entertainment dan Sertifikasi Mubaligh
ABDULLAH KHUSAIRI - PADANG
Menteri Agama Republik Indonesia, Lukmanul Hakim threw a discourse of certification for missionaries. Certification is meant so that the pulpit of the mosque does not become a place to spread hatred and mischief. Those who go up to the pulpit must be selected. Not just people.
Actually this is an old discourse, which has been discussed many times among practitioners, observers and academics in the seminar room of the Da'wah Science. But this discourse has never reached the meeting point, so it can not yet establish a certification system and any agency that has the competence to do so. There are thoughts, religious organizations like MUI, Muhammadiyah, NU, Perti, Persis, who manage. Plus with educational institutions, such as the Faculty of Da'wah and Communication Science and Ushuluddin Faculty. Again, these are still unrealized.
Benediction in the cabin AirAsia one Day
ABDULLAH KHUSAIRI - PADANG
Towards anchored at Kuala Lumpur International Airport (KLIA), flight attendants remind passengers to remain in their seats. The weather is very bad. The plane shook strong many times. Kuala Lumpur city looks from above, sparkling in the rain.
That night, in the cabin, passengers pray with pale of face. There is also crying and hysterically, fear has come to crown. The pilot had tried some for landing in the rain storms and lightning, but to no avail. Finally, he decided to return to Penang International Airport.
So a bit of experience AirAsia plane, on a journey of journalism at the invitation of the Malaysian Tourism Board (MTB), 21-24 July 2005. It's been a long time, but remembered since Sunday (29/12) morning, as news of AirAsia plane lost contact QZ8501 in Surabaya-Singapore trip.
AirAsia to sponsor the grand event, Malaysia Mega Sale Familiarisation Programme 2005. The airline carries the invitation, which is composed of businessmen, entrepreneurs, journalists, from various countries to participate in an event, know better the world tourism neighboring country. Malaysia reached a vision, as heaven asia (trully asia).
As one of the invitations, along with several journalists from Padang, I felt immediately fly with AirAsia Padang-Kuala Lumpur-Penang, commute. Up airline that carries the motto now everyone can fly, it feels no different to other airlines. Although known as airlines, low cost carriers.
However, with the brand as a cheap plane ticket, service in the cabin is limited. Unlike the previously known, with the physical plane tickets like a book. Printed lux. AirAsia change, just a piece of paper, choose your own seat on arrival in the plane, in the cabin, food orders charged.
Initially, feeling bad weather through the sky, is the usual despite fears. But the experience that night, very scary. Is still felt. The more so when looking at the television screen QZ8501 evacuation process. Death is so close, but death remains a mystery.
Cerdaslah Memilih Media Online
ABDULLAH
KHUSAIRI - PADANG
Zaman android yang serba mudah dan indah ini, mengakses
informasi semudah menggerakkan jari di layar sentuh seluler. Sayangnya, kemudahan
ini tidak dibarengi kesiapan literasi media massa, sehingga informasi diterima
tanpa penyaringan yang layak.
Dampaknya adalah menyebarnya informasi bohong dan
bodong. Dunia pun banjir informasi. Membawa sampah-sampah kepentingan sesaat
orang-orang tak bertanggung-jawab atas informasi yang disebarkan. Sampah-sampah
penetrasi kepentingan politik dan ekonomi orang-orang yang memperkuda kebodohan
pengguna android. Menjadi semacam jarum hypodermic
yang menyuntik tapi tak terasa sakit dan tak disadari, demi mencapai tujuan
kepentingannya.
Bagi mereka yang tidak punya literasi media massa
memadai, akan menelan bulat-bulat informasi yang diluncurkan. Sialnya lagi,
menyebarkan kembali dengan penuh keyakinan atas kebenaran berita yang
didapatkan. Inilah yang membuat runyam.
Literasi Media
Literasi media adalah, kemampuan memahami,
menganalisis kebenaran informasi dan media yang menyebarkan. Kritis terhadap siapa
yang membuat informasi, dimana ia dapatkan, untuk apa ia melakukannya, serta
lalukan verifikasi setiap informasi yang didapatkan. Apalagi media online yang
simpangsiur menjadi viral di media sosial.
Secara sederhana,
setiap media, baik online, cetak maupun elekronik, memiliki peran
produksi informasi. Ada kaidah jurnalistik yang dipakai, serta kode etik
jurnalistik dalam mendapatkannya. Setiap media yang resmi, memiliki badan
hukum, tim kerja redaksi, bertanggung jawab atas kerja jurnalistik yang
dilakukan setiap hari. Profesional dan siap melayani hak jawab. Sebagaimana
diatur dalam UU Pers No. 40 Tahun 1999.
Sementara itu, kini muncul media online yang tidak
memiliki reporter, kerjanya hanya copy
paste dari media mainstream, lalu
merobah judul lebih provokatif. Nama media online yang dipakai kadang-kadang
juga mendompleng nama media cetak --- ini sudah memerlihatkan itikad buruk.
Jika tidak memerhatikan dengan seksama, mudah sekali publik akan terbawa arus
informasi yang keliru. Itikad berberita kadang-kadang tampak jelas, hanya
menyebarkan kebencian, kedengkian, serta muatan politik yang kental. Bagi
publik yang cerdas bermedia tidak akan menggunakan media serupa ini sebagai
referensi informasinya.
Sikap kritis terhadap media online melalui
literasi media sangatlah penting agar tidak membawa kesesatan lebih lanjut.
(lihat Q.S: al Hujurat: 6)
Informasi yang menyesatkan hanya menjadi arena
pembodohan serta bisa jadi membawa petaka. Perang sering kali dimulai dari
kegagalan komunikasi dan informasi. Inilah yang harus dipertimbangkan.
Kemampuan mengkonsumsi informasi memang berhubungkait
dengan kemauan, kemampuan serta kepentingan. Artinya, setiap orang memiliki
segmen informasi yang berbeda. Namun demikian, kita akan dinilai oleh orang
lain, konsumsi dari media informasi yang salah akan membawa kekeliruan mendasar
dalam membangun konstruksi kebenaran faktual.
Mereka yang mengerti seluk beluk informasi yang
diproduksi dengan profesional akan selalu membaca dan membagikan informasi
melalui media online resmi pula. Sementara itu, bagi yang tidak mengerti,
mungkin juga karena terlibat dalam kepentingan terhadap informasi, akan
membagikan informasi sungguhpun dari media online yang abal-abal. (Lihat
Komentar, Jurnalisme Online Situs Radikal,
SINGGALANG, 6 April 2015)
Informasi adalah asupan pengetahuan untuk
penalaran. Kamu adalah apa yang kamu
makan, begitu kata orang kesehatan. Kamu
adalah apa yang kamu baca, begitu pula kata orang akademik. Media online,
kini bak kecambah tumbuh di musim hujan. Bacalah dengan seksama, tetaplah
kritis terhadap informasi yang datang dan media online yang dibaca, pilih media
online yang profesional dalam memroduksi karya jurnalistik. Jangan yang media
abal-abal, kalau tak ingin disebut sebagai pembaca abal-abal. Jangan sebar
informasi palsu, ingat UU Informasi Transaksi Elektronik (ITE) No. 11 Tahun
2008 yang selalu mengintai. Begitulah kiranya, agar selamat dalam era banjir informasi
ini. Salam. [] DITERBITKAN DI HARIAN SINGGALANG
Subscribe to:
Posts (Atom)