Saturday, October 7, 2017

Doktor Tambo Menggugat

Penulis Buku Menggugat Pemahaman Tambo Minangkabau, Dr. Sheiful Yazan, M.Si membacakan gugatannya terhadap fenomena kehidupan di Minangkabau kekinian, saat Peluncuran buku terbarunya, Menggugat Pemahaman Tambo Minangkabau.

“Kenapa harus Minang Book Fair, Minang Mart, kenapa tidak Pesta Buku, Pasar Buku, Lapau Minang, lihat di jawa sana lokalitas sudah digalakkan sedemikian rupa,” kata Dr. Sheiful Yazan, M.Si Tuanku Mangkudun, ketika Peluncuran Buku terbarunya, di arena Minang Book Fair, Masjid Raya Sumbar, Kamis (2/2/2017) Malam.


Di hadapan para hadirin, dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Imam Bonjol Padang itu mengemukakan, gugatan-gugatannya disampaikan kepada Pemprov Sumbar, Alim Ulama, Budayawan dan Akademisi, juga terhadap dirinya sendiri.

Akademisi yang menyelesaikan pendidikan di Unpad, Unand dan UNP ini juga meluncurkan buku ke Islam & Minangkabau. Tampil sebagai pembicara, Drs. Welhendri Azwar, Ph.D, Yurisman MAg, Abdullah Khusairi, MA, Drs, Tulu., Si.IP. Mereka membahas buku Menggugat Pemahaman Tambo.

Minangkabau Tinggal Kerabang

Minangkabau tinggal kerabang. Pemahaman keminangkabauan terus tergerus. Perlu disiapkan strategi kebudayaan agar budaya Minangkabau “tidak lekang oleh panas tidak lapuh oleh hujan.”

“Hal itu terjadi karena perubahan sosial tanpa dibarengi dengan kesiapan strategi pembangunan tentang kebudayaan minangkabau,” ungkap Abdullah Khusairi ketika tampil dalam diskusi buku terbaru itu.

Ada sepuluh kesalahpahaman dalam memahami Tambo, yang dipaparkan Sheiful Yazan dalam buku tersebut. “Buku ini patut dibaca ninik mamak, alim ulama, akademisi, budayawan, juga pemangku kebijakan daerah, agar merobah alur pikiran tentang Tambo,” ujar kandidat doktor UIN Syarif Hidayatullah ini.

Sementara itu, Welhendri Azwar, Ph.D, menyatakan fenomena kehidupan dan kebudayaan Minangkabau harus terus menerus digali dan dipelajari. Karena sejarah telah membuktikan, kehidupan di ranahminang telah melahirkan banyak filosofi kehidupan yang memiliki nilai universal. Termasuk soal fungsi Tambo dalam kehidupan di Minangkabau.

“Buku pak Sheiful ini berhasil memotret fenomena tersebut secara ilmiah,” ujar Welhendri, yang juga seorang penghulu ini.

Sedangkan Yurisman, sejarawan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Imam Bonjol Padang ini menyampaikan, Tambo adalah produk Ummat Islam dalam bentuk lain.

“Jangan kira hanya khayalan. Tambo adalah alat transformasi, alat dakwah bagi masyarakat dahulu yang dibukukan. Ia adalah sastra lisan,” ungkap Ajo Yurisman.

Senada dengan itu, Tulus dari Universitas Baiturrahmah mengakui kebudayaan minangkabau telah melahirkan banyak tokoh pergerakan dalam kemerdekaan. “Patut kita pelajari budaya minangkabau, agar polanya dipakai kembali untuk pengajaran tokoh-tokoh mendatang.”

Acara yang dipandu, Evi Wiska ini berjalan meriah karena ada doorprize dan penyampaian yang kocak berbahasa minang dari Ajo Yurisman, tentang penulis Sheiful Yazan. []

No comments:

Post a Comment