Monday, October 23, 2017

SOME PROBLEM IN QUALITATIVE AND CASE ANALYSIS

____R E S U M E____

Some Problem in Qualitative and Case Analysis
METHODS IN SOCIAL RESEARCH
William J. Goode

ABDULLAH KHUSAIRI
  

BAGIAN 19.
BEBERAPA PERMASALAHAN DALAM
KUALITATIF DAN KASUS ANALISIS

Pada dasarnya semua ilmu memiliki sandaran dasar yang sama dalam penelitian. Sebagai seorang peneliti harus mampu membaca watak-watak keilmuan dalam setiap ilmu ketika akan meneliti. Apalagi sebagai seorang sosiolog, tuntutan agar membaca metode ilmiah setiap disiplin ilmu. Sekadar misal, ketajaman seorang psikiater dalam melihat ekspresi orang yang menderita skizofrenia di tengah sistem dan struktur ekspresi akan berbeda dengan seorang sosiolog. Tetapi seorang sosiologi tentunya mampu membaca dan menemukan prediksi dalam situasi sosial dalam berbagai situasi. Situasi masyaraka yang aman dan kacau, bagi sosiolog akan mampu membaca keadaan secara keilmuan. 
Persoalan di atas bisa saja membuat para peneliti menolak dikotomi kualitatif dan kuantitatif. Secara umum, sebab seorang peneliti mesti mendalami presisi, keandalan dan relevansi data dan analisis. 1). Bagaimana ketepatan pengamatan, 2). Dapatkah ilmuwan lain meneruskan dan mengikuti model penelitian dan pengamatan tersebut pada masa berikutnya, 3). Pengumpulan data untuk memenuhi kewajiban menjawab pertanyaan dan meyakinkan kesimpulan.
Perkembangan penelitian seperti ini telah terjadi di berbagai bidang, seperti identifikasi, variabel, guna meningkatkan presisi dari pertanyaan yang digunakan dalam jadwal, dan pemahaman yang lebih baik dari teknik wawancara, antara lain. Persoalan penelitian adalah persoalan mencari kebenaran melalui metode yang tepat. Apapun pendekatannya, tujuannya mestilah sama, hasil penelitian dapat dilakukan kembali oleh peneliti sesudahnya. Serta hasil penelitiannya dapat dipertanggungjawabkan.

CHAPTER 19
Some Problem in Qualitative and Case Analysis
METHODS IN SOCIAL RESEARCH
William J. Goode
Associate Professor, Department of Sociology
Columbia Univesity
PAUL K. HATT
Northwestern University
New York - Toronto - London
McGRAW-HILL BOOK COMPANY, INC.
1952
Jika hasil penelitian tidak mampu diikuti oleh seorang ilmuwan setelahnya, tentu harus diperiksa kembali metode penelitian yang digunakan. Penelitian kualitatif mengukur kualitas, sedangkan penelitian kuantitatif mengukur angka, semua itu bisa sangat relatif dihasilkan jika melihat tingkat kebenaran yang dihasilkan. Kuncinya tetaplah proses membuat presisi, klarifikasi ide dalam penyusunan pengetahuan substantif. Percaya dengan angka-angka yang tampak sangat meyakinkan belum tentu mendekatkan kebenaran sejati dari hasil sebuah penelitian.
Ilustrasinya, sejarawan berbicara tentang “perasaan anti monarki tumbuh pada masa pemerintahan Louis XV, antropolog dengan emosional menyatakan, mengatakan, pembunuhan terhadap kerabat sebagai perlawanan. Sedangkan ekonom menyatakan, pendapatan jauh lebih penting daripada janji imbalan besar ketika mereka sedang mempertimbangkan pilihan pekerjaan. Sosiolog berkomentar, individu yang terintegrasi dengan baik dalam kelompok lebih mampu menahan guncangan emosional daripada yang lain individu yang tidak begitu terintegrasi.
Ilustrasi di atas semuanya kalau ini butuh penelitian lebih lanjut. Tetapi presisi ini dibangun oleh para ilmuwan dalam bidangnya. Hal ini sangat jelas, jika ada data dan teknik yang dimunculkan. Teknik-teknik adalah alat bantu dalam penelitian, metode yang baik merekam data yang tepat dan harus memiliki ketajaman pada masalah. Dengan demikian, meningkatnya penggunaan statistik bukanlah fitur yang membedakan dari penelitian sosial modern. Sebaliknya, penelitian modern itu menuntut ketepatan presisi dan kehandalan teknik penelitian, standar yang lebih tinggi, yang memiliki lebih bermanfat di atas kepentingan statistik semata.
Apalagi bila kejujuran terhadap statistik telah tercemar dengan kepentingan atau paling tidak mengalami distorsi. Misalnya, pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada responden, dijawab tanpa pertimbangan matang dari responden. Misalnya, masalah ketergesa-gesaan dan ketidaktahuan nalar dan maksud dari pertanyaan, sehingga dijawab asal-asalan. Belum lagi dalam banyak pengambilan sampel, atau sampel yang diambil secara cepat tanpa memertimbangkan kelayakan, tentunya sangatlah memberi alasan lemahnya data yang akan masuk ke statistik. Pertanyaan yang mengalami probability waktu dan tempat, biasanya rawan sekali termanipulasi. Misalnya, quesinoer diisi di bawah pohon beringin oleh seorang volunteer tanpa menemui responden yang telah ditetapkan. Atau sudah berusaha ke tempat tinggal responden tetapi tidak ditemukan, namun karena tuntutan sistem laporan yang harus cepat masuk, quiesioner diisi di bawah pohon beringin. Di sinilah integritas seorang peneliti bersama tim dituntut jujur agar hasil penelitian bisa dipertanggungjawabkan.
Tidak hanya semua penelitian sosial tetapi juga semua interaksi sosial membutuhkan semacam ini klasifikasi. Ketika menyelidiki zaman sejarah masa lalu, perlu ada strategi lain. Mengatur data. Jika mencoba untuk mempelajari pola sosial dari sebuah komunitas kecil, atau unit kerja, atau dari masyarakat primitif, peneliti harus belajar bagaimana mengklasifikasikan data yang relevan. Klasifikasi data dalam ilmu sosial sangatlah berbeda dengan ilmu eksak. Pemahaman terhadap kehidupan subjek penelitian harus benar-benar baik.
Salah satu langkah maju yang lebih penting dalam penelitian sosial baru-baru ini adalah penyelidikan coding kualitatif sebagai masalah eksplisit. Istilah kualitatif coding diberikan kepada semua teknik untuk mengklasifikasikan andal data sosial yang sebelumnya sangat sedikit dilakukan oleh para peneliti. Pengkodean adalah kerja klasifikasi. Ketika data telah diklasifikasikan sehubungan dengan kebutuhan teoritis, terstruktur dalam kategori yagn rapi, pekerjaan analisis sungguh sangat dimudahkan.
Pengkodean juga diperlukan ketika akan melakuan wawancara intensif yang pada dasarnya tidak terstruktur. Indepth interview kegiatan yang menggali data, sering kali berupa dialog yang kadang-kadang menyimpang dari fokus utama. Lebih-lebih jika ditambah dengan penggunaan catatan pribadi, catatan kasus di berbagai klinik, surat-surat, iklan, wawancara umum, semua itu harus diklasifikasi dengan cara pengkodean. Kemana hendak ditaruh, pada kolom yang mana dan pada kotak apa.
Jika tidak dilakukan, kesimpulan didasarkan pada data mungkin memadai, tetapi pembaca tidak setuju bahwa data telah diinterpretasikan dengan benar. Setiap peneliti akhirnya harus memenuhi kritik dari teman-temannya, dan kecuali ia menetapkan satu set instruksi untuk mengklasifikasikan data yang sama, tidak ada yang terikat untuk menerima hasil. "Intuisi" ini berguna dalam mencari ide-ide kreatif, namun demonstrasi kebenaran mereka tidak dapat didasarkan atas setiap harapan bahwa intuisi dari orang lain akan datang ke kesimpulan yang sama. Oleh karena itu perlu untuk mengembangkan set instruksi eksplisit untuk penanganan data, sehingga menempa hubungan antara pengamatan yang memadai ditunjukkan.
Pertanyaan sangat menentukan jawaban sehingga bisa dianalisis lebih mudah. Penguasaan materi dan teknik wawancarai juga menentukan menemukan data dan jawaban yang tepat. Struktur perencanaan dari hulu sampai hilir sebuah penelitian kualitatif sangat menentukan hasil. Penguasaan masalah bisa dimulai dari bacaan aktual dari surat kabar, majalah, mendengar program radio yang berkaitan dengan materi penelitian, catatan sejarah dan dokumen protokoleran, bisa dijadikan bahan yang memang belum terstruktur. Tugas peneliti salah satunya membuatnya bisa dijadikan bahan yang bisa dianalisis.
Di sinilah perlunya coding, sebuah istilah untuk mengelompokkan bahan penelitian tersebut sebagai data-data. Code, atau Coding membuat data mentah menjadi matang dalam susunan-susunan variable. Data sudah tersusun dalam variable tertentu akan menjadi bahan analisis untuk mendapatkan hasil penelitian yang tepat. Ada empat hal yang akan menentukan hasil penelitian dalam bidang kualitatif. (1) Coding Operasional Sederhana, (2) Coding Kualitatif, (3) Analisis Isi sebagai salah satu aplikasi Coding Kualitatif, dan (4) Studi Kasus.


Operasi Coding Sederhana

Pengkodean (Coding) sebuah tahap penting, walau sangat sederhana. Efektivitas coding akan membantu dalam menangani data sebelum dianalisis. Coding bisa dilakukan dengan kelas, nomor, simbol, item, sesuai dengan ketentuan yang bisa dibuat oleh peneliti. Ini membantu penjumlahan dalam klasifikasi nantinya. Coding
Coding bisa dimulai dengan disadari dengan masalah-masalah dan quesioner. Juga bisa dengan variabel-variabel. (1) jumlah responden atau sumber data dalam penelitian; (2) jumlah pertanyaan; (3) jumlah dan kompleksitas operasi statistik yang untuk penelitian. Pada penelitian-penelitian skala besar dan massal, tabulasi pengkodean sangat menentukan.
Paling penting, bagaimanapun, tidak ada cara mudah untuk melaksanakan tabulasi silang tanpa bentuk coding. Setiap operasi statistik membutuhkan silang angka, yang pada gilirannya harus memiliki validitas data.
Coding dapat dilakukan pada setiap fase, dari wawancara hingga periode sebelum tabulasi. Pada bagian merumuskan quesioner, disebutkan terbuat dari pertanyaan precoded. Pertanyaan yang sudah dibuat dengan berbagai kemungkinan jawaban. Misalnya, apakah anda seorang veteran Perang Dunia II? (Lingkaran jawaban) Ya dan Tidak. Jawaban yang diatur dalam mode ini dapat ditabulasikan sangat mudah atau mereka dapat memasukkan ke kartu tabulasi. Dalam hal ini pewawancara sebenarnya coding, meskipun tidak ada operasi yang terpisah diperlukan. Demikian pula, pewawancara mungkin akan diminta untuk melakukan coding segera setelah ia mendengar jawabannya. Misal, bagaimana tanggapan suami anda tentang ini? 1. Sangat disetujui; 2. Sedikit setuju; 3. Acuh tak acuh; 4. Agak ditolak; 5. Sangat tidak disetujui. Ketika responden menjawab, pewawancara hanya untuk menandai tepat nomor dalam coding.
Tetapi masalah akan muncul ketika jawaban-jawaban itu akan asal-asalan. Alias responden tidak jujur dengan hal yang sebenarnya. Atau codingnya keliru. Ketika responden menawab A namun peneliti memberi coding pada B. Ada jalan untuk menutup kekeliruan dan kesalahan seperti ini. Melalui prosedur mencatat, catatan harian, daftar asli, misal daftar gaji para buruh sesuai dengan jadwal kerjanya per minggu.
Coding menjadi sebuah keharusan dengan kunci, kontrol yang ketat yang dibantu dengan berbagai back up data. Jika hanya tabulasi sederhana, mungkin bisa menyalin coding. Sehingga bisa dimasukkan ke dalam tabulasi melalui pensil berwarna, atau stabilo. Jika diperlukan dengan lembaran-lembaran ringkasan yang dikumpulkan berisi semua kasus. Misal, si A, tidak masuk kerja selama lima hari dalam sebulan. Catatan serupa ini membantu nanti ketika diperlukan laporan khusus di samping data yang ada, agar kasus-kasusnya kelihatan mencolok. Ini intuisi agar munculnya laporan dengan yang dramatis, kretaif, ketika mendemonstrasi kebenaran.
Ketika membuat pertanyaan wawancara, perlu dipikirkan jawaban yang bisa saja menjadi satu jenis. Misal, “mengapa anda memutuskan untuk membeli rumah?” jawaban satu jenis, walaupun pola jawaban berbeda, akan ditemukan. Umumnya, karena alasan ekonomi.
Responden tidak akan memberi alasan-alasan khusus, itu urusan keluarga. Kalau memberi alasan, alasan ekonomi sangatlah rasional dari pada motivasi lain untuk membeli. Ini semacam jawaban formal. Karena itu, carilah pertanyaan yang membuat responden menjawab dalam bentuk lain.
1.    Klarifikasi apa yang diinginkan dari bahan. Mari kita anggap bahwa wawancara percontohan tentang mobilitas perumahan telah menggunakan pertanyaan, "Maukah Anda memberitahu saya, secara detail, hanya bagaimana Anda datang untuk memutuskan pindah dari alamat terakhir Anda?" Jika wawancara berhati-hati, harus ada beberapa komentar dari masing-masing responden. Agaknya, jawaban ini mewakili berbagai jenis keputusan, atau situasi perumahan, atau keluarga, atau bahkan mode partisipasi dalam masyarakat. Artinya, karena pertanyaan ini hanya sebagian terstruktur, jawaban mungkin diperintahkan dalam banyak cara. Bagaimana mereka harus diklasifikasikan?
2.    Mempelajari jadwal selesai dengan hati-hati. Ini merupakan langkah kedua yang jelas. Kadang-kadang proses disillusioning, karena jawaban mungkin tampak kurang menguntungkan pada jadwal dari mereka tampak saat wawancara itu berlangsung. Namun, catatan ini di mana demonstrasi fakta-fakta harus didasarkan. Jika ada lebih dalam situasi wawancara daripada muncul di jadwal, adalah bijaksana untuk mencoba untuk mengembangkan cara-cara yang lebih baik dari rekaman data tersebut sebelum melanjutkan dengan penelitian.
3.    Pelajari hal-hal di luar fokus untuk persoalan dalam penelitian. Setelah erat mempelajari data, ada kemungkinan bahwa gambaran kasar dari luar akan dikembangkan. Dalam beberapa kasus, tentu saja, klaster-klaster ini telah dalam pikiran dari awal. Di lain, mungkin pengelompokan akan hanya secara bertahap mengambil bentuk.

Coding Analisis Isi

Ini kajian penelitian ilmu komunikasi namun tetap memiliki kepentingan data sosiologi. Ada hal yang substansi yang tidak bisa dimasuki tetapi sebagai sosiologi dibutuhkan semua ilmu, termasuk ilmu komunikasi. Karena itu, akan dibahas seputar sosiologi yang dibutuhkan ilmu komunikasi. Termasuk di dalamnya, soal coding. Analisis isi membutuhkan coding.
Misalnya dalam mengukur simpati sebuah penerbitan terhadap Nazi, atau sebaliknya. Seorang peneliti akan membongkar pendapat itu dengan sebaik-baiknya melalui sebuah penelitian yang inten terhadap penerbitan tersebut dengan analisis isi. 
Rencana sebuah penelitian terhadap sebuah koran akan hadapkan ke struktur logis antara data dan kesimpulan. Teknik sistemats umumnya penelitian akan tetap dilakukan. Satu lagi, coding terhadap isi membuat kemungkinan bukti asli atas sebuah pernyataan atau membantahnya. Contoh penelitian dari Harold D. Lasswell, Nathan Leistes, dalam Bahasa Politik (New Yorks: Stewart, 1949), Chap.9, : Deteksi: Propaganda dan Pengadilan, pp.173-233).
Desain penelitian yang dikembangkan Lasswell menggunakan data-data yang dikembangkan dari point-point ekstrim dari pendekatan intiutif. Peneliti telah menghitung secara bijak dan teliti ada tidaknya tema Nazi dalam setiap publikasi. Dimana pada masa tersebut, pasa perang dunia usai dan perang dingin dimulai. Kecurigaan antara kepentingan antar negara masih tinggi.  Penerbitan termasuk alat yang sering dicurigai. Baik difokuskan pada editorial maupun dari seluruh publikasi. Coding akan mengumpulkan secara total dan komplek hingga menjadi kandungan total tentang Nazi. Peneliti sudah bisa memasukkan setiap tema selama periode yang dipilih, sehingga mendapat hitungan akurat, yang dapat diverifikasi oleh peneliti lain. 
Setiap set seperti karakter kemudian dapat dianalisis, untuk menemukan apakah ada identifikasi kelas, ras, asal etnis, agama, pekerjaan, tujuan yang mereka cari, dan sebagainya. Proses pengembangan operasi coding eksplisit, seperti dicatat sebelumnya, tergantung pada tujuan analisis dan pada kesulitan mengamankan indikator yang memadai untuk kelas yang diinginkan. Untuk kasus tersebut, mari kita mengambil beberapa contoh dari karakter hipotetis sebagai bertemu dalam fiksi populer. Sebuah keputusan sederhana mungkin dicapai pada individu berikut, yang disajikan dengan deskripsi.
Setiap sketsa tersebut akan: tentu saja, hanya langkah pertama menuju arah yang lebih tepat untuk mengidentifikasi latar belakang etnis dan peran yang memainkan karakter. Akan ada data yang lebih sedikit untuk karakter minor, dan instruksi harus cukup fleksibel untuk memungkinkan identifikasi dengan menggunakan orang dari banyak indikator yang dapat digunakan. Sebagai contoh: (1) keanggotaan etnis mungkin secara khusus dicatat; (2) nama-nama etnis yang jelas dapat digunakan; (3) beberapa frase seharusnya etnis mungkin terjadi; (4) keanggotaan dalam organisasi etnis dapat disebut; atau (5) lingkungan rumah dapat digambarkan cukup dekat untuk memungkinkan identifikasi.
Tidak semua materi publikasi bisa digunakan untuk analisis. Pada konteks ini, seleksi-seleksi sudah meningkat melalui intuisi penelitian. Hanya yang mengandung relevansi dengan masalah yang bisa dianalisis. Sedangkan data yang tidak berguna disimpan dan menjadi bahan penelitian dalam fokus yang lain pula.
Analisis Isi juga sering digunakan untuk meneliti karya sastra atau fiksi populer. Guna melihat bagaimana status etnis-etnis di AS. Ini membutuhkan pengetahuan sastra yang tinggi bagi seorang peneliti. Agar bisa melahirkan sebuah studi kritik yang berkualitas. Agak khusus memang, namun mereka yang punya latar belakang budayawan, sastrawan akan sangat kuat melakukan studi kritik sebuah karya sastra. Ini mungkin sebuah sugesti. Tetapi dalam metode penelitian, coding dalam mengambil sampel dalam karya sastra, sebenarnya bisa berlaku umum, siapapun yang akan meneliti. Contoh dalam hal ini, Bernard Berelson dan Patricia Salter, Mayoritas dan Minoritas Amerika: Sebuah Analisis Majalah Fiksi, Opini Publik Quarterly, Vol. X (1946), hal. 168-190.
Setiap cerita memiliki karakter, masing-masing karakter  bisa dijelaskan secara lengkap. Diekstrak dalam sebuah daftar dengan deskriptif. Setiap karakter kemudian dapat dianalisis, dalam rangka untuk menemukan apakah ada identifikasi kelas, ras, asal etnis, agama, pekerjaan, tujuan yang mereka cari, dan sebagainya. Proses pengembangan operasi coding eksplisit, seperti dicatat sebelumnya, tergantung pada tujuan dari analisis.
Sekadar contoh, karakter John Adams, putih, keturunan New England dari keluarga pengacara berpenghasilan tinggi. Memiliki rumah di pantai musim panas. Begitulah seterusnya karakter selanjutnya. Dijelaskan secara detail, dicari dari setiap alur cerita dalam karya sastra. Pada kolom lain, akan menjelaskan lebih rinci dengan memperjelas ide cerita, konflik. Sebagai contoh: (1) keanggotaan etnis mungkin secara khusus dicatat; (2) nama-nama etnis yang jelas dapat digunakan; (3) beberapa seharusnya etnis frase mungkin terjadi; (4) keanggotaan dalam organisasi etnis mungkin dikutip; atau (5) lingkungan rumah dapat digambarkan cukup erat dengan memungkinkan identifikasi.

Coding Studi Kasus

Studi kasus dalam dunia penelitian kualitatif, dianggap paling tua. Ini karena memang teknik kualitatif, seperti coding kualitatif dalam penelitian sosial sangat efektif. Referensi tentang “Metode studi kasus”  yang kini kian menurun, akibat perbedaan palsu antara pendekatan statistik yang diagungkan sementara pendekatan nonstatistical dianggap kurang dapat diandalkan. Pendekatan kualitatif sering dianggap pendekatan intuitif, karena sering menggunakan dokumen, surat, otobiografi, tanpa diesain pengambilan sampel yang memadai, dianggap sangat distorsif. Banyak yang menganggap pada masa lalu, penelitian kualitatif, seperti studi kasus, gagal menggali kebenaran ilmiah.
 Namun akhirnya, pendekatan studi kasus telah dipuji sebagai satu set yang berguna sebagai teknik penelitian, seperti penggunaan dokumen pribadi, menyelidik banyak aspek kehidupan responden. Sebenarnya, teknik ini bisa digunakan dalam semua penelitian sosial. Dokumen pribadi yang subjektif sekalipun bisa digunakan melalui coding kualitatif, asalkan melalui cara yang sistematis. Kreativitas membuat pertanyaan agar dapat menggali pengalaman-pengalaman paling dalam responden, demi mengumpulkan data sejarah kehidupa
Singkatnya, penelitian sosial modern telah berusaha secara bertahap untuk melakukan sistematisasi dan membuat secara tepat berbagai masalah yang menganggu penelitian kualitatif sebagai sesuatu yang tak berguna. Studi kasus, jelas sebuah usaha yang sangat kuat tanpa harus menggunakan statistik.
Perlu diperjelas dengan kontras, pandangan holistik pada penelitian modern. Sebuah kasus sederhana yang diambil dari masyarakat melalui jajak pendapat akan menghasilkan perbandingan yang ekstrim. Misalkan responden diminta serangkaian pertanyaan tentang sikap mereka ke arah perang. Untuk analisis lebih lanjut, serangkaian pertanyaan tabulasi silang, seperti usia, jenis kelamin, peringkat ekonomi, tempat tinggal perkotaan-pedesaan, dan status veteran, mungkin juga diminta. Jawaban untuk setiap pertanyaan diklasifikasikan, untuk silang tabulasi. Dengan demikian jawaban pertanyaan pada peringkat ekonomi dimasukkan ke dalam kelas A, B, C, dan D. Mungkin 3-5 kelompok usia dan dua kelompok seks (jantan dan betina) juga dapat digunakan, memiliki sehingga diklasifikasikan dan kode data, semua ini dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan. Kesimpulan yang akan menjadi keputusan. Misalnya, apakah para perempuan setuju dengan perang, bagaimana dengan para orang tua yang perempuan, kaum muda laki-laki, para orang tua laki-laki, masyarakat kelas ekonom tertentu, apakah setuju perang juga. Data ini bisa dibaca sedemikian rupa, melalui penyempitan demi penyempitan penelitian hingga analisis bisa dikorelasikan secara detail.
Irisan-irisan data sangat membantu analisis menjadi lebih tajam. Silang tabulasi akan membawa kesimpulan-kesimpulan kritis. Korelasi-korelasi data sepertinya akan sangat rumit bekerja.
Perlu dipelajari lebih jauh lagi, beberapa hal secara kritis. (1) luasnya data; (2) tingkat data; (3) pembentukan indeks dan jenis; dan (4) interaksi dalam dimensi waktu.

(1) Luasnya Data;
Keluasan data memaksa peneliti lebih total membaca kemungkinan hubungan sosial, seseorang dan kelompok. Ingat, mengandalkan kuantitas data, tidaklah cukup untuk bahan analisis. Metode studi kasus sangat berbeda dengan metode penelitian sosiologis murni. Karena ada kasus yang harus dipelajari lebih mendalam. Metode studi kasus, data sengaja masuk ke dalam catatan-catatan khusus. Walaupun data tersebut mesti dibaca secara sosiologis, fakta ekonomi, tingkat pengetahuan, pengaruh hubungan sosial, tetapi studi kasus akan fokus pada kasus-kasus yang diteliti.
Ketika melihat individu dalam jaringan totalnya hubungan, itu lebih sulit melupakan dia sebagai unit. Pembentukan indeks dan jenis. Namun, teknik yang paling penting dalam melestarikan keutuhan unit sosial adalah pengembangan tipologi dan indeks, sehingga berbagai sifat yang benar-benar digunakan di karakteristik unit.
Perhatikan bahwa teknik ini tidak terbatas pada metode studi kasus dan digunakan dalam analisis kualitatif. Selanjutnya, tabulasi silang rumit berusaha tujuan yang sama. Dengan demikian, tabulasi silang dalam hal jenis kelamin, usia, dan peringkat sosial ekonomi berfungsi untuk mengkarakterisasi orang-orang yang (misalnya) laki-laki, dan berusia 20 hingga 29, dan miskin.

(2) Tingkat Data;
Metode studi kasus adalah lebih dibedakan oleh menggunakan data dari tingkat abstrak selain murni sosiologis. Meskipun banyak sosiolog melakukan menggabungkan ekonomi, politik, psikologis, dan bahkan biologi data ke dalam analisis mereka, penelitian sosial memiliki di utama telah bergerak ke arah definisi yang lebih jelas dari sosiologis, bersama-sama dengan teknik yang lebih baik untuk abstrak itu dari hubungan yang kompleks lainnya. Dalam metode studi kasus, data tersebut dari tingkat lain yang sengaja dimasukkan ke dalam catatan.
Meskipun dapat menunjukkan bahwa data tersebut harus dilihat dari segi mereka makna sosiologis, sehingga cacat biologis, misalnya, dipandang sebagai hal itu mempengaruhi hubungan sosial, jelas bahwa jalan tp tingkat lain memang memberikan dimensi ditambahkan ke individu yang sedang dipelajari. Ketika kita melihat individu dalam jaringan totalnya hubungan, itu lebih sulit melupakan dia sebagai unit.

(3) Pembentukan Indeks dan Jenis;
Teknik yang paling penting dalam melestarikan keutuhan unit sosial adalah pengembangan tipologi dan indeks, sehingga berbagai sifat yang benar-benar digunakan dalam karakterisasi unit. Perhatikan bahwa teknik ini tidak terbatas pada metode studi kasus dan digunakan dalam setiap analisis kualitatif. Selanjutnya, tabulasi silang rumit berusaha tujuan yang sama. Dengan demikian, tabulasi silang dari segi jenis kelamin, usia, dan peringkat sosial ekonomi berfungsi untuk mengkarakterisasi mereka yang (misalnya) laki-laki, dan berusia 20 hingga 29, dan miskin.
Operasi yang sama dapat dilakukan dalam studi kasus, dan masalahnya mungkin agak disederhanakan dengan coding kualitatif terlebih dahulu. Karena luasnya dan menambahkan dimensi data, apalagi, Pilihan jenis atau kelas kasus ini jatuh ke dalam akan disederhanakan. Selain itu, pada saat jenis mulai muncul dengan jelas, cukup dari proses interaksi antara berbagai segi kehidupan individu akan diketahui sehingga pilihan ini dapat dibuat dengan kepastian yang lebih besar. Akhirnya, kasus akan peduli dengan mengembangkan "jenis alami," yaitu, jenis yang sudah dilihat dalam budaya (seperti pertengkaran kekasih, kehidupan dari partai, atau pertemuan kebangkitan agama), dan pendekatan studi kasus biasanya dapat keluar tunggal jenis seperti pada tahap awal.

(4) Interaksi dalam Dimensi Waktu;
Untuk luas dan tingkat tambahan data yang dikumpulkan dalam metode studi kasus harus ditambahkan penekanan pada proses dan waktu. Setiap tabulasi silang pada dasarnya adalah sebuah analisis statis, meskipun angka relatif kasus ditemukan di berbagai sub sel dapat digunakan untuk menguji hipotesis interaksi. Misalnya, menurut beberapa teori yang kita harapkan untuk menemukan hubungan sebab akibat antara posisi kelas dan kelanjutan di sekolah. Hal ini dimungkinkan, maka, untuk menyeberang tabulasi karakteristik ini (mungkin memegang IQ konstan) dan dengan demikian memeriksa hipotesis.

Dalam studi kasus, upaya untuk menahan karakteristik bersama-sama, baik dalam pengumpulan data dan tahap analisis data menekankan perubahan waktu, serta proses yang perubahan tersebut berlangsung. Periode waktu mungkin pendek atau panjang.
Kehidupan individu dari kecil sampai saat studi, atau pembentukan selama periode yang sangat singkat, dapat dipelajari. Bagaimanapun, yang dikhawatirkan adalah dengan merekam karakteristik yang relevan seperti yang muncul dalam interaksi. Bukan hanya merekam mereka di dua instants terpisah di waktu untuk sebelum dan sesudah perbandingan. Penekanan pada interaksi proses membuat pemeliharaan karakter kesatuan dari objek sosial agak sederhana.

Masalah Teknik Studi Kasus
Sebagian besar kesulitan dalam penggunaan metode ini dapat dikurangi menjadi satu, meskipun klasifikasi yang lebih kompleks mungkin. Yang cukup menarik, bahaya dasar dalam penggunaannya adalah respon dari peneliti. Peneliti datang untuk merasakan rasa aman dan kepastian tentang kesimpulan sendiri. Bahayanya, maka, tidak terletak pada apa pun, kelemahan teknis dari pendekatan ini proses sosial atau individu sebagai keutuhan. Mahasiswa mungkin merasa bahwa ini adalah bahaya konstan dalam semua penelitian. Namun harus diingat bahwa dalam penelitian yang paling ada pengingat konstan bahwa rentang yang sangat sempit pengalaman diwakili oleh data.
Namun lama wawancara, kesenjangan yang terlalu jelas, dan ada cara untuk mengisinya. Namun, setiap kasus yang dikembangkan sebagai unit membutuhkan pada dimensi lengkap dalam pikiran peneliti. Dia datang untuk merasa yakin bahwa ia bisa menjawab banyak pertanyaan tentang kasusnya daripada yang bisa menjawab dari catatan berkasnya.
Kasus ini memiliki bentuk yang pasti dan pola, dan sebagai probe peneliti lebih dalam ke dalam proses atau orang sedang dipelajari, ia menemukan ada beberapa kejutan yang tersisa. Hal ini sangat sebanding dengan perasaan kita kepastian tentang teman-teman kita dekat, atau lingkungan di mana kita telah hidup selama tahun ajaran: s, atau keluarga kita. Ada, pendek, perasaan emosional kepastian yang jauh lebih kuat dari dalam kasus jenis penelitian. Hal ini terutama berlaku dibandingkan dengan banyak pekerjaan survei, di mana analis hanya memiliki jadwal selesai sebelum dia dan tahu dia tidak bisa menangkap beragam pengalaman dari banyak pewawancara yang melakukan wawancara tersebut.
Bahaya ini, kemudian, adalah salah satu yang pengamat sendiri menciptakan. Konsekuensi dari perasaan ini kepastian banyak, tapi kebanyakan dari mereka dapat dikelompokkan di bawah satu judul utama: godaan untuk mengabaikan prinsip-prinsip dasar desain penelitian. Sejak peneliti terasa begitu sangat yakin tentang wilayah pengalaman dia sedang menyelidiki, ia merasa tidak perlu untuk memeriksa over-semua desain bukti. Sebagai contoh, setelah siswa telah mengumpulkan, mengatakan, 200 kasus kenakalan remaja dari sosial-kerja catatan, dilengkapi dengan wawancara dan sumber-sumber lain, sulit baginya untuk merasa bahwa dia tidak memiliki sampel yang memadai.
Kisaran pengalaman kenakalan dalam kasus nya begitu luas, jenis orang sangat bervariasi, kedalaman detail sangat jelas, bahwa peneliti biasanya memiliki keyakinan yang kuat bahwa seleksi adalah "perwakilan." Dia tidak, biasanya, berikut pola dikenal sampling, sehingga ia merasa yakin tidak ada bias. Ini harus diulang pada ini: saat itu kita tidak memisahkan satu jenis peneliti dari jenis lainnya. Setiap penyidik yang menyerap fakta-fakta dari sejumlah besar kasus akan mulai merasa bahwa dia benar-benar memiliki sampel yang memuaskan, tidak peduli berapa banyak pengetahuan yang ia memiliki sekitar desain sampling.
Hasilnya, secara alami, godaan kuat untuk ekstrapolasi unwarrantedly. Mungkin konsekuensi yang sama pentingnya dari perasaan ini adalah kegagalan untuk membuat eksplisit apa adalah generalisasi yang mendasari analisis kasus. Penolakan satu anak itu menyerah pencuriannya dapat dijelaskan oleh keinginannya untuk keuntungan ekonomi. Namun, dalam kasus serupa, dan tanpa menjelaskan dasar untuk penjelasan yang berbeda, penolakan lain anak itu menyerah pencurian dapat dijelaskan oleh keinginannya untuk merendahkan orang tuanya, penjelasan psychodyrtamic. Meskipun kedua penjelasan mungkin benar, kita cenderung lupa bahwa setiap analisis tersebut memerlukan suatu sistem penjelasan. Hal ini tidak ilmiah untuk menerapkan berbagai penjelasan yang oleh akal sehat atau intuisi tampaknya cocok kasus-kasus tertentu, atas dasar ad hoc murni.
Studi kasus, maka, bukan teknik tertentu. Ini adalah cara. Pengorganisasian. Data sosial sehingga untuk mempertahankan karakter Kesatuan sosial objek yang diteliti. Disajikan agak berbeda, itu adalah pendekatan Wich memandang setiap unit sosial secara keseluruhan. Hampir selalu, ini berarti pendekatan mencakup pengembangan unit itu, yang mungkin orang, keluarga atau kelompok sosial lainnya, serangkaian proses hubungan (seperti krisis keluarga, penyesuaian terhadap penyakit, pembentukan persahabatan, invation etnis lingkungan, dll), atau bahkan seluruh budaya.
Studi kasus, mencoba untuk mengatur data sekitar unit pertumbuhan, atau struktur kelompok, atau pola hidup individu, tidak memaksa peneliti untuk berpikir dalam hal ini daripada jatuh kembali pada analisis sifat saja.
Penekanan juga harus ditempatkan pada jangkauan yang lebih luas pengalaman pribadi yang menggunakan studi kasus.
Keuntungan ini telah tersirat dalam pembahasan sebelumnya, tapi itu layak komentar khusus pada titik ini. Justru karena sempitnya paling pekerjaan survei, peneliti sebenarnya berasal sebagian besar dari jangkauan nya lebih luas pengalaman dalam penyelidikan tersebut pada tahap analisis, ketika arti dari pertanyaan yang diselidiki lebih dalam. Tahap terakhir ini adalah yang paling bermanfaat, namun, jika telah terjadi periode sebelumnya menyerap pengalaman bervariasi dari orang lain.
Studi kasus ini sangat berguna karena upayanya untuk menemukan makna dari data yang direkam dalam kehidupan individu, dan hanya kemudian dalam hal kelas individu.
Sering pula, pengalaman ini menghasilkan wawasan baru karena sangat perbedaan mereka dari pengalaman biasa peneliti; ia mungkin tidak pernah bercerai, menjadi safecracker, pencopet, anggota dari geng anak laki-laki, anggota dari sebuah kelompok etnis menjadi Amerikanisasi, dll.
Dalam arti, kemudian, ia mampu sehingga hidup banyak kehidupan yang sangat berbeda dengan berbagi pengalaman ini. bahan-bahan tersebut tidak hanya berguna dalam batas-batas tertentu nya penelitian, namun dapat menjadi bahan baku untuk refleksi dan penelitian lebih lanjut. Sejak peneliti, apakah akademik, industri, atau pemerintah, berada di bawah tekanan untuk memimpin hidupnya sepenuhnya dalam kelompok kelas menengah sendiri, memperhatikan dimensi-dimensi lebih lanjut dari kehidupan sosial mencegah pemikiran sosiologis dari menjadi semakin sempit.
Hal ini terlihat, kemudian, bahwa meskipun tidak mungkin untuk mengidentifikasi studi kasus metode sebagai teknik tertentu untuk memunculkan data, itu adalah modus pengorganisasian data dalam jangka waktu beberapa unit yang dipilih, seperti individu kehidupan sejarah, sejarah dalam kelompok, atau beberapa proses sosial dibatasi. Dalam rangka untuk mendapatkan data holistik tersebut, kita bisa menggunakan semua teknik dan modus lain dari organisasi menggunakan: wawancara intensif, kuesioner, catatan pribadi, dokumen, laporan kasus oleh orang lain, surat menyurat, dll.
Pemeliharaan karakter kesatuan dari kasus ini dibantu oleh luasnya dan ditambahkan tingkat data yang dikumpulkan, penggunaan indeks dan tipologi, dan penekanan pada interaksi dalam dimensi waktu. Ada, kemudian, beberapa usaha untuk membuat masing-masing kasus penelitian itu sendiri. Ini adalah proses yang memakan waktu, dan koleksi sejumlah besar kasus mungkin tidak diperlukan. Penyerapan dalam bahan rinci hubungan sosial dan interaksi memberikan peneliti jangkauan yang lebih luas dan lebih mendalam.
Namun, dengan kontak dekat seperti dengan individu atau kelompok yang diteliti, ada kemungkinan bahwa pengamat akan memiliki efek yang kuat pada data itu sendiri. Penyerapan dalam data juga menciptakan perasaan seperti kepastian tentang pengetahuannya, pada bagian dari peneliti, bahwa ia sering tergoda untuk kurang hati-hati dalam mengikuti aturan dasar desain penelitiannya. Namun demikian, untuk penelitian awal dalam bidang apapun, sebagian besar peneliti akan menggunakan beberapa bentuk studi kasus; dan untuk tujuan kelompok atau proses analisis, seperti terhadap analisis sifat-sifat individu, itu adalah pendekatan yang sangat bermanfaat.


Catatan Resume

Setelah membaca buku Methode in Social Research; Chapter 19, some problem in qualitative and case analysis, William J. Goode, (1952), penulis memiliki catatan tantang kerja penelitian.
Penelitian di bidang apapun, sebagian peneliti akan melakukan proses analisis. Analisis yang dilakukan memerlukan data yang harus didapatkan dari lapangan. Masalah-masalah dalam penelitian kualiatif, jamak terjadi persoalan kualifikasi data dan cara data didapatkan.
Seorang peneliti akan mencari data dengan cara yang tepat, penuh pertimbangan, sehingga mendapatkan data yang dinamis dalam bentuk isi. Tidak serupa dan monoton. Perlunya quesioner memiliki kekuatan mengangkat data-data yang tersembunyi, dalam dan akurat. Jika quesioner tidak dirancang dengan baik, data-data didapatkan tidak maksimal, malahan akan membuat peneliti tergelincir dalam kekeliruan ketika menarik kesimpulan dari analisis penelitian.
Salah seorang peneliti yang ikut sebagai partisipan sekalipun bisa tergelincir jika tidak menjaga disiplin operasional penelitian. Ketika ia berada di lapangan, ia ikut partisipasi dengan subjek penelitian, hubungan personal akan memengaruhi hasil penelitian. Kemungkinan bias akan sangat kuat, baik secara positif maupun negatif.
Kekeliruan juga terjadi bila responden yang menjawab asal-asalan. Tidak mengerti pertanyaan, serta punya persoalan pribadi yang tidak mungkin ia menjawab secara tepat, antara Ya & Tidak. Kelihatan kerjanya sangat mudah mengambil data dengan interview terhadap responden, tetapi tingkat kritis terhadap jawaban juga harus dilakukan jika tidak ingin tergelincir ke dalam kesalahan data. Kesalahan data akan mengakibatkan kekeliruan hasil analisis penelitian. Inilah yang menjadi masalah dalam penelitian kualitatif, termasuk kuantitatif. Pada perkembangan penelitian modern, presisi pertanyaan penelitian adalah kunci, presisi pertanyaan dalam quesioner adalah kunci, coding adalah kunci, agar analisis bisa lebih tajam dan menghasilkan kesimpulan yang berkualitas. Mengingat, penelitian kualitatif adalah mengukur kualitas. Kualitas membutuhkan keakuratan data, keakuratan pencarian data, sebagai modal analisis. Satu lagi, penelitian harus bisa diulang oleh peneliti setelahnya untuk menguji hasil penelitian yang sudah di dapat.
Meneliti sebuah kegiatan yang memerlukan keuletan dalam mencari data dan menyusun data. Permasalahan dalam penelitian kualitatif dan studi kasus sering karena data yang dipungut di lapangan tidak valid, menyusun data yang tidak cakap, sehingga hasilnya tidak memuaskan.
Karena itulah langkah-langkah untuk menyusun metode penelitian, sejak awal, secara filosofis hingga secara teknis harus dibuat sebaik mungkin. Disiplin pula melaksanakannya. Tahap demi tahap menyusun kerangka kerja harus tetap dikritisi untuk meminimalisir kekeliruan sejak awal. Langkah-langkah penelitian, membuat quesioner yang fokus, pemilihan responden yang ketat, wawancara dan partisipasn yang berdisiplin tinggi, akan memengaruhi kualitas hasil.

Demikian pembacaan penulis terhadap buku ini, sangat membantu pemahaman tentang penelitian sesungguhnya. Selama ini hanya memahami jurnalisme investigasi sebagai sebuah alat kerja mencari data lapangan, kini dalam penelitian ilmiah jauh lebih ketat lagi agar mendapatkan kebenaran yang bisa dimanfaatkan. Salam. []

No comments:

Post a Comment