____R
E S U M E____
Some Problem in Qualitative and Case Analysis
METHODS IN SOCIAL RESEARCH
William J. Goode
ABDULLAH
KHUSAIRI
BAGIAN
19.
BEBERAPA
PERMASALAHAN DALAM
KUALITATIF
DAN KASUS ANALISIS
Pada
dasarnya semua ilmu memiliki sandaran dasar yang sama dalam penelitian. Sebagai
seorang peneliti harus mampu membaca watak-watak keilmuan dalam setiap ilmu
ketika akan meneliti. Apalagi sebagai seorang sosiolog, tuntutan agar membaca
metode ilmiah setiap disiplin ilmu. Sekadar misal, ketajaman seorang psikiater
dalam melihat ekspresi orang yang menderita skizofrenia di tengah sistem dan
struktur ekspresi akan berbeda dengan seorang sosiolog. Tetapi seorang sosiologi
tentunya mampu membaca dan menemukan prediksi dalam situasi sosial dalam
berbagai situasi. Situasi masyaraka yang aman dan kacau, bagi sosiolog akan
mampu membaca keadaan secara keilmuan.
Persoalan
di atas bisa saja membuat para peneliti menolak dikotomi kualitatif dan
kuantitatif. Secara umum, sebab seorang peneliti mesti mendalami presisi,
keandalan dan relevansi data dan analisis. 1). Bagaimana ketepatan pengamatan,
2). Dapatkah ilmuwan lain meneruskan dan mengikuti model penelitian dan
pengamatan tersebut pada masa berikutnya, 3). Pengumpulan data untuk memenuhi
kewajiban menjawab pertanyaan dan meyakinkan kesimpulan.
Perkembangan
penelitian seperti ini telah terjadi di berbagai bidang, seperti identifikasi, variabel,
guna meningkatkan presisi dari pertanyaan yang digunakan dalam jadwal, dan
pemahaman yang lebih baik dari teknik wawancara, antara lain. Persoalan
penelitian adalah persoalan mencari kebenaran melalui metode yang tepat. Apapun
pendekatannya, tujuannya mestilah sama, hasil penelitian dapat dilakukan
kembali oleh peneliti sesudahnya. Serta hasil penelitiannya dapat
dipertanggungjawabkan.
CHAPTER 19
Some Problem in Qualitative and Case Analysis
METHODS IN SOCIAL RESEARCH
William J. Goode
Associate Professor, Department of Sociology
Columbia Univesity
PAUL K. HATT
Northwestern University
New York - Toronto - London
McGRAW-HILL BOOK COMPANY, INC.
1952
Jika
hasil penelitian tidak mampu diikuti oleh seorang ilmuwan setelahnya, tentu harus
diperiksa kembali metode penelitian yang digunakan. Penelitian kualitatif
mengukur kualitas, sedangkan penelitian kuantitatif mengukur angka, semua itu
bisa sangat relatif dihasilkan jika melihat tingkat kebenaran yang dihasilkan.
Kuncinya tetaplah proses membuat presisi, klarifikasi ide dalam penyusunan
pengetahuan substantif. Percaya dengan angka-angka yang tampak sangat
meyakinkan belum tentu mendekatkan kebenaran sejati dari hasil sebuah
penelitian.
Ilustrasinya,
sejarawan berbicara tentang “perasaan anti monarki tumbuh pada masa
pemerintahan Louis XV, antropolog dengan emosional menyatakan, mengatakan,
pembunuhan terhadap kerabat sebagai perlawanan. Sedangkan ekonom menyatakan, pendapatan
jauh lebih penting daripada janji imbalan besar ketika mereka sedang
mempertimbangkan pilihan pekerjaan. Sosiolog berkomentar, individu yang
terintegrasi dengan baik dalam kelompok lebih mampu menahan guncangan emosional
daripada yang lain individu yang tidak begitu terintegrasi.
Ilustrasi
di atas semuanya kalau ini butuh penelitian lebih lanjut. Tetapi presisi ini
dibangun oleh para ilmuwan dalam bidangnya. Hal ini sangat jelas, jika ada data
dan teknik yang dimunculkan. Teknik-teknik adalah alat bantu dalam penelitian,
metode yang baik merekam data yang tepat dan harus memiliki ketajaman pada
masalah. Dengan demikian, meningkatnya penggunaan statistik bukanlah fitur yang
membedakan dari penelitian sosial modern. Sebaliknya, penelitian modern itu
menuntut ketepatan presisi dan kehandalan teknik penelitian, standar yang lebih
tinggi, yang memiliki lebih bermanfat di atas kepentingan statistik semata.
Apalagi
bila kejujuran terhadap statistik telah tercemar dengan kepentingan atau paling
tidak mengalami distorsi. Misalnya, pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada
responden, dijawab tanpa pertimbangan matang dari responden. Misalnya, masalah
ketergesa-gesaan dan ketidaktahuan nalar dan maksud dari pertanyaan, sehingga
dijawab asal-asalan. Belum lagi dalam banyak pengambilan sampel, atau sampel
yang diambil secara cepat tanpa memertimbangkan kelayakan, tentunya sangatlah
memberi alasan lemahnya data yang akan masuk ke statistik. Pertanyaan yang
mengalami probability waktu dan tempat, biasanya rawan sekali termanipulasi.
Misalnya, quesinoer diisi di bawah pohon beringin oleh seorang volunteer
tanpa menemui responden yang telah ditetapkan. Atau sudah berusaha ke tempat
tinggal responden tetapi tidak ditemukan, namun karena tuntutan sistem laporan
yang harus cepat masuk, quiesioner diisi di bawah pohon beringin. Di
sinilah integritas seorang peneliti bersama tim dituntut jujur agar hasil
penelitian bisa dipertanggungjawabkan.
Tidak
hanya semua penelitian sosial tetapi juga semua interaksi sosial membutuhkan
semacam ini klasifikasi. Ketika menyelidiki zaman sejarah masa lalu, perlu ada
strategi lain. Mengatur data. Jika mencoba untuk mempelajari pola sosial dari
sebuah komunitas kecil, atau unit kerja, atau dari masyarakat primitif, peneliti
harus belajar bagaimana mengklasifikasikan data yang relevan. Klasifikasi data
dalam ilmu sosial sangatlah berbeda dengan ilmu eksak. Pemahaman terhadap
kehidupan subjek penelitian harus benar-benar baik.
Salah
satu langkah maju yang lebih penting dalam penelitian sosial baru-baru ini
adalah penyelidikan coding kualitatif
sebagai masalah eksplisit. Istilah kualitatif
coding diberikan kepada semua teknik untuk mengklasifikasikan andal data
sosial yang sebelumnya sangat sedikit dilakukan oleh para peneliti. Pengkodean
adalah kerja klasifikasi. Ketika data telah diklasifikasikan sehubungan dengan
kebutuhan teoritis, terstruktur dalam kategori yagn rapi, pekerjaan analisis
sungguh sangat dimudahkan.
Pengkodean
juga diperlukan ketika akan melakuan wawancara intensif yang pada dasarnya
tidak terstruktur. Indepth interview kegiatan yang menggali data, sering
kali berupa dialog yang kadang-kadang menyimpang dari fokus utama. Lebih-lebih
jika ditambah dengan penggunaan catatan pribadi, catatan kasus di berbagai
klinik, surat-surat, iklan, wawancara umum, semua itu harus diklasifikasi
dengan cara pengkodean. Kemana hendak ditaruh, pada kolom yang mana dan pada
kotak apa.
Jika
tidak dilakukan, kesimpulan didasarkan pada data mungkin memadai, tetapi
pembaca tidak setuju bahwa data telah diinterpretasikan dengan benar. Setiap
peneliti akhirnya harus memenuhi kritik dari teman-temannya, dan kecuali ia
menetapkan satu set instruksi untuk mengklasifikasikan data yang sama, tidak
ada yang terikat untuk menerima hasil. "Intuisi" ini berguna dalam
mencari ide-ide kreatif, namun demonstrasi kebenaran mereka tidak dapat
didasarkan atas setiap harapan bahwa intuisi dari orang lain akan datang ke
kesimpulan yang sama. Oleh karena itu perlu untuk mengembangkan set instruksi
eksplisit untuk penanganan data, sehingga menempa hubungan antara pengamatan yang
memadai ditunjukkan.
Pertanyaan
sangat menentukan jawaban sehingga bisa dianalisis lebih mudah. Penguasaan materi
dan teknik wawancarai juga menentukan menemukan data dan jawaban yang tepat.
Struktur perencanaan dari hulu sampai hilir sebuah penelitian kualitatif sangat
menentukan hasil. Penguasaan masalah bisa dimulai dari bacaan aktual dari surat
kabar, majalah, mendengar program radio yang berkaitan dengan materi
penelitian, catatan sejarah dan dokumen protokoleran, bisa dijadikan bahan yang
memang belum terstruktur. Tugas peneliti salah satunya membuatnya bisa
dijadikan bahan yang bisa dianalisis.
Di
sinilah perlunya coding, sebuah istilah untuk mengelompokkan bahan
penelitian tersebut sebagai data-data. Code, atau Coding membuat
data mentah menjadi matang dalam susunan-susunan variable. Data sudah tersusun
dalam variable tertentu akan menjadi bahan analisis untuk mendapatkan hasil
penelitian yang tepat. Ada empat hal yang akan menentukan hasil penelitian
dalam bidang kualitatif. (1) Coding Operasional Sederhana, (2) Coding Kualitatif,
(3) Analisis Isi sebagai salah satu aplikasi Coding Kualitatif, dan (4) Studi Kasus.
Operasi
Coding Sederhana
Pengkodean
(Coding) sebuah tahap penting, walau sangat sederhana. Efektivitas coding akan
membantu dalam menangani data sebelum dianalisis. Coding bisa dilakukan
dengan kelas, nomor, simbol, item, sesuai dengan ketentuan yang bisa dibuat
oleh peneliti. Ini membantu penjumlahan dalam klasifikasi nantinya. Coding
Coding bisa
dimulai dengan disadari dengan masalah-masalah dan quesioner. Juga bisa
dengan variabel-variabel. (1) jumlah responden atau sumber data dalam
penelitian; (2) jumlah pertanyaan; (3) jumlah dan kompleksitas operasi
statistik yang untuk penelitian. Pada penelitian-penelitian skala besar dan
massal, tabulasi pengkodean sangat menentukan.
Paling
penting, bagaimanapun, tidak ada cara mudah untuk melaksanakan tabulasi silang
tanpa bentuk coding. Setiap operasi statistik membutuhkan silang angka,
yang pada gilirannya harus memiliki validitas data.
Coding
dapat dilakukan pada setiap fase, dari wawancara hingga periode sebelum
tabulasi. Pada bagian merumuskan quesioner,
disebutkan terbuat dari pertanyaan precoded.
Pertanyaan yang sudah dibuat dengan berbagai kemungkinan jawaban. Misalnya, apakah anda seorang veteran Perang Dunia II?
(Lingkaran jawaban) Ya dan Tidak. Jawaban yang diatur dalam mode ini dapat
ditabulasikan sangat mudah atau mereka dapat memasukkan ke kartu tabulasi. Dalam
hal ini pewawancara sebenarnya coding,
meskipun tidak ada operasi yang terpisah diperlukan. Demikian pula, pewawancara
mungkin akan diminta untuk melakukan coding
segera setelah ia mendengar jawabannya. Misal, bagaimana tanggapan suami
anda tentang ini? 1. Sangat disetujui; 2. Sedikit setuju; 3. Acuh tak acuh; 4.
Agak ditolak; 5. Sangat tidak disetujui. Ketika responden menjawab, pewawancara
hanya untuk menandai tepat nomor dalam coding.
Tetapi
masalah akan muncul ketika jawaban-jawaban itu akan asal-asalan. Alias
responden tidak jujur dengan hal yang sebenarnya. Atau codingnya keliru. Ketika
responden menawab A namun peneliti memberi coding pada B. Ada jalan
untuk menutup kekeliruan dan kesalahan seperti ini. Melalui prosedur mencatat,
catatan harian, daftar asli, misal daftar gaji para buruh sesuai dengan jadwal
kerjanya per minggu.
Coding
menjadi sebuah keharusan dengan kunci, kontrol yang ketat yang dibantu dengan
berbagai back up data. Jika hanya tabulasi sederhana, mungkin bisa
menyalin coding. Sehingga bisa dimasukkan ke dalam tabulasi melalui
pensil berwarna, atau stabilo. Jika diperlukan dengan lembaran-lembaran
ringkasan yang dikumpulkan berisi semua kasus. Misal, si A, tidak masuk kerja
selama lima hari dalam sebulan. Catatan serupa ini membantu nanti ketika
diperlukan laporan khusus di samping data yang ada, agar kasus-kasusnya
kelihatan mencolok. Ini intuisi agar munculnya laporan dengan yang dramatis,
kretaif, ketika mendemonstrasi kebenaran.
Ketika
membuat pertanyaan wawancara, perlu dipikirkan jawaban yang bisa saja menjadi
satu jenis. Misal, “mengapa anda memutuskan untuk membeli rumah?” jawaban satu
jenis, walaupun pola jawaban berbeda, akan ditemukan. Umumnya, karena alasan
ekonomi.
Responden
tidak akan memberi alasan-alasan khusus, itu urusan keluarga. Kalau memberi
alasan, alasan ekonomi sangatlah rasional dari pada motivasi lain untuk
membeli. Ini semacam jawaban formal. Karena itu, carilah pertanyaan yang
membuat responden menjawab dalam bentuk lain.
1. Klarifikasi
apa yang diinginkan dari bahan.
Mari kita anggap bahwa wawancara percontohan tentang mobilitas perumahan telah
menggunakan pertanyaan, "Maukah Anda memberitahu saya, secara detail,
hanya bagaimana Anda datang untuk memutuskan pindah dari alamat terakhir
Anda?" Jika wawancara berhati-hati, harus ada beberapa komentar dari
masing-masing responden. Agaknya, jawaban ini mewakili berbagai jenis
keputusan, atau situasi perumahan, atau keluarga, atau bahkan mode partisipasi
dalam masyarakat. Artinya, karena pertanyaan ini hanya sebagian terstruktur,
jawaban mungkin diperintahkan dalam banyak cara. Bagaimana mereka harus
diklasifikasikan?
2. Mempelajari
jadwal selesai dengan hati-hati.
Ini merupakan langkah kedua yang jelas. Kadang-kadang proses disillusioning,
karena jawaban mungkin tampak kurang menguntungkan pada jadwal dari mereka
tampak saat wawancara itu berlangsung. Namun, catatan ini di mana demonstrasi
fakta-fakta harus didasarkan. Jika ada lebih dalam situasi wawancara daripada
muncul di jadwal, adalah bijaksana untuk mencoba untuk mengembangkan cara-cara
yang lebih baik dari rekaman data tersebut sebelum melanjutkan dengan
penelitian.
3. Pelajari
hal-hal di luar fokus untuk persoalan dalam penelitian. Setelah erat mempelajari data,
ada kemungkinan bahwa gambaran kasar dari luar akan dikembangkan. Dalam
beberapa kasus, tentu saja, klaster-klaster ini telah dalam pikiran dari awal.
Di lain, mungkin pengelompokan akan hanya secara bertahap mengambil bentuk.
Coding
Analisis Isi
Ini
kajian penelitian ilmu komunikasi namun tetap memiliki kepentingan data
sosiologi. Ada hal yang substansi yang tidak bisa dimasuki tetapi sebagai
sosiologi dibutuhkan semua ilmu, termasuk ilmu komunikasi. Karena itu, akan
dibahas seputar sosiologi yang dibutuhkan ilmu komunikasi. Termasuk di
dalamnya, soal coding. Analisis isi membutuhkan coding.
Misalnya
dalam mengukur simpati sebuah penerbitan terhadap Nazi, atau sebaliknya.
Seorang peneliti akan membongkar pendapat itu dengan sebaik-baiknya melalui
sebuah penelitian yang inten terhadap penerbitan tersebut dengan analisis isi.
Rencana
sebuah penelitian terhadap sebuah koran akan hadapkan ke struktur logis antara
data dan kesimpulan. Teknik sistemats umumnya penelitian akan tetap dilakukan.
Satu lagi, coding terhadap isi membuat kemungkinan bukti asli atas
sebuah pernyataan atau membantahnya. Contoh penelitian dari Harold D. Lasswell,
Nathan Leistes, dalam Bahasa Politik (New Yorks: Stewart, 1949), Chap.9,
: Deteksi: Propaganda dan Pengadilan, pp.173-233).
Desain
penelitian yang dikembangkan Lasswell menggunakan data-data yang dikembangkan
dari point-point ekstrim dari pendekatan intiutif. Peneliti telah menghitung
secara bijak dan teliti ada tidaknya tema Nazi dalam setiap publikasi. Dimana
pada masa tersebut, pasa perang dunia usai dan perang dingin dimulai.
Kecurigaan antara kepentingan antar negara masih tinggi. Penerbitan termasuk alat yang sering
dicurigai. Baik difokuskan pada editorial maupun dari seluruh publikasi. Coding
akan mengumpulkan secara total dan komplek hingga menjadi kandungan total
tentang Nazi. Peneliti sudah bisa memasukkan setiap tema selama periode yang
dipilih, sehingga mendapat hitungan akurat, yang dapat diverifikasi oleh
peneliti lain.
Setiap
set seperti karakter kemudian dapat dianalisis, untuk menemukan apakah ada
identifikasi kelas, ras, asal etnis, agama, pekerjaan, tujuan yang mereka cari,
dan sebagainya. Proses pengembangan operasi coding eksplisit, seperti dicatat
sebelumnya, tergantung pada tujuan analisis dan pada kesulitan mengamankan
indikator yang memadai untuk kelas yang diinginkan. Untuk kasus tersebut, mari
kita mengambil beberapa contoh dari karakter hipotetis sebagai bertemu dalam
fiksi populer. Sebuah keputusan sederhana mungkin dicapai pada individu
berikut, yang disajikan dengan deskripsi.
Setiap
sketsa tersebut akan: tentu saja, hanya langkah pertama menuju arah yang lebih
tepat untuk mengidentifikasi latar belakang etnis dan peran yang memainkan
karakter. Akan ada data yang lebih sedikit untuk karakter minor, dan instruksi
harus cukup fleksibel untuk memungkinkan identifikasi dengan menggunakan orang
dari banyak indikator yang dapat digunakan. Sebagai contoh: (1) keanggotaan
etnis mungkin secara khusus dicatat; (2) nama-nama etnis yang jelas dapat
digunakan; (3) beberapa frase seharusnya etnis mungkin terjadi; (4) keanggotaan
dalam organisasi etnis dapat disebut; atau (5) lingkungan rumah dapat
digambarkan cukup dekat untuk memungkinkan identifikasi.
Tidak
semua materi publikasi bisa digunakan untuk analisis. Pada konteks ini,
seleksi-seleksi sudah meningkat melalui intuisi penelitian. Hanya yang
mengandung relevansi dengan masalah yang bisa dianalisis. Sedangkan data yang
tidak berguna disimpan dan menjadi bahan penelitian dalam fokus yang lain pula.
Analisis
Isi juga sering digunakan untuk meneliti karya sastra atau fiksi populer. Guna
melihat bagaimana status etnis-etnis di AS. Ini membutuhkan pengetahuan sastra
yang tinggi bagi seorang peneliti. Agar bisa melahirkan sebuah studi kritik
yang berkualitas. Agak khusus memang, namun mereka yang punya latar belakang
budayawan, sastrawan akan sangat kuat melakukan studi kritik sebuah karya
sastra. Ini mungkin sebuah sugesti. Tetapi dalam metode penelitian, coding dalam
mengambil sampel dalam karya sastra, sebenarnya bisa berlaku umum, siapapun
yang akan meneliti. Contoh dalam hal ini, Bernard Berelson dan Patricia Salter,
Mayoritas dan Minoritas Amerika: Sebuah Analisis Majalah Fiksi, Opini
Publik Quarterly, Vol. X (1946), hal. 168-190.
Setiap
cerita memiliki karakter, masing-masing karakter bisa dijelaskan secara lengkap. Diekstrak
dalam sebuah daftar dengan deskriptif. Setiap karakter kemudian dapat
dianalisis, dalam rangka untuk menemukan apakah ada identifikasi kelas, ras,
asal etnis, agama, pekerjaan, tujuan yang mereka cari, dan sebagainya. Proses
pengembangan operasi coding eksplisit,
seperti dicatat sebelumnya, tergantung pada tujuan dari analisis.
Sekadar
contoh, karakter John Adams, putih,
keturunan New England dari keluarga pengacara berpenghasilan tinggi. Memiliki
rumah di pantai musim panas. Begitulah seterusnya karakter selanjutnya.
Dijelaskan secara detail, dicari dari setiap alur cerita dalam karya sastra.
Pada kolom lain, akan menjelaskan lebih rinci dengan memperjelas ide cerita,
konflik. Sebagai contoh: (1) keanggotaan etnis mungkin secara khusus dicatat; (2)
nama-nama etnis yang jelas dapat digunakan; (3) beberapa seharusnya etnis frase
mungkin terjadi; (4) keanggotaan dalam organisasi etnis mungkin dikutip; atau
(5) lingkungan rumah dapat digambarkan cukup erat dengan memungkinkan
identifikasi.
Coding
Studi Kasus
Studi
kasus dalam dunia penelitian kualitatif, dianggap paling tua. Ini karena memang
teknik kualitatif, seperti coding kualitatif dalam penelitian sosial
sangat efektif. Referensi tentang “Metode studi kasus” yang kini kian menurun, akibat perbedaan
palsu antara pendekatan statistik yang diagungkan sementara pendekatan
nonstatistical dianggap kurang dapat diandalkan. Pendekatan kualitatif sering
dianggap pendekatan intuitif, karena sering menggunakan dokumen, surat,
otobiografi, tanpa diesain pengambilan sampel yang memadai, dianggap sangat
distorsif. Banyak yang menganggap pada masa lalu, penelitian kualitatif,
seperti studi kasus, gagal menggali kebenaran ilmiah.
Namun akhirnya, pendekatan studi kasus telah
dipuji sebagai satu set yang berguna sebagai teknik penelitian, seperti
penggunaan dokumen pribadi, menyelidik banyak aspek kehidupan responden.
Sebenarnya, teknik ini bisa digunakan dalam semua penelitian sosial. Dokumen
pribadi yang subjektif sekalipun bisa digunakan melalui coding kualitatif,
asalkan melalui cara yang sistematis. Kreativitas membuat pertanyaan agar dapat
menggali pengalaman-pengalaman paling dalam responden, demi mengumpulkan data
sejarah kehidupa
Singkatnya,
penelitian sosial modern telah berusaha secara bertahap untuk melakukan sistematisasi
dan membuat secara tepat berbagai masalah yang menganggu penelitian kualitatif
sebagai sesuatu yang tak berguna. Studi kasus, jelas sebuah usaha yang sangat
kuat tanpa harus menggunakan statistik.
Perlu
diperjelas dengan kontras, pandangan holistik pada penelitian modern. Sebuah
kasus sederhana yang diambil dari masyarakat melalui jajak pendapat akan
menghasilkan perbandingan yang ekstrim. Misalkan responden diminta serangkaian
pertanyaan tentang sikap mereka ke arah perang. Untuk analisis lebih lanjut,
serangkaian pertanyaan tabulasi silang, seperti usia, jenis kelamin, peringkat
ekonomi, tempat tinggal perkotaan-pedesaan, dan status veteran, mungkin juga diminta.
Jawaban untuk setiap pertanyaan diklasifikasikan, untuk silang tabulasi. Dengan
demikian jawaban pertanyaan pada peringkat ekonomi dimasukkan ke dalam kelas A,
B, C, dan D. Mungkin 3-5 kelompok usia dan dua kelompok seks (jantan dan
betina) juga dapat digunakan, memiliki sehingga diklasifikasikan dan kode data,
semua ini dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan. Kesimpulan yang akan menjadi
keputusan. Misalnya, apakah para perempuan setuju dengan perang, bagaimana
dengan para orang tua yang perempuan, kaum muda laki-laki, para orang tua
laki-laki, masyarakat kelas ekonom tertentu, apakah setuju perang juga. Data
ini bisa dibaca sedemikian rupa, melalui penyempitan demi penyempitan
penelitian hingga analisis bisa dikorelasikan secara detail.
Irisan-irisan
data sangat membantu analisis menjadi lebih tajam. Silang tabulasi akan membawa
kesimpulan-kesimpulan kritis. Korelasi-korelasi data sepertinya akan sangat
rumit bekerja.
Perlu
dipelajari lebih jauh lagi, beberapa hal secara kritis. (1) luasnya data; (2)
tingkat data; (3) pembentukan indeks dan jenis; dan (4) interaksi dalam dimensi
waktu.
(1) Luasnya Data;
Keluasan
data memaksa peneliti lebih total membaca kemungkinan hubungan sosial,
seseorang dan kelompok. Ingat, mengandalkan kuantitas data, tidaklah cukup
untuk bahan analisis. Metode studi kasus sangat berbeda dengan metode
penelitian sosiologis murni. Karena ada kasus yang harus dipelajari lebih
mendalam. Metode studi kasus, data sengaja masuk ke dalam catatan-catatan
khusus. Walaupun data tersebut mesti dibaca secara sosiologis, fakta ekonomi,
tingkat pengetahuan, pengaruh hubungan sosial, tetapi studi kasus akan fokus
pada kasus-kasus yang diteliti.
Ketika
melihat individu dalam jaringan totalnya hubungan, itu lebih sulit melupakan
dia sebagai unit. Pembentukan indeks dan jenis. Namun, teknik yang paling
penting dalam melestarikan keutuhan unit sosial adalah pengembangan tipologi
dan indeks, sehingga berbagai sifat yang benar-benar digunakan di karakteristik
unit.
Perhatikan
bahwa teknik ini tidak terbatas pada metode studi kasus dan digunakan dalam
analisis kualitatif. Selanjutnya, tabulasi silang rumit berusaha tujuan yang
sama. Dengan demikian, tabulasi silang dalam hal jenis kelamin, usia, dan
peringkat sosial ekonomi berfungsi untuk mengkarakterisasi orang-orang yang
(misalnya) laki-laki, dan berusia 20 hingga 29, dan miskin.
(2) Tingkat Data;
Metode
studi kasus adalah lebih dibedakan oleh menggunakan data dari tingkat abstrak
selain murni sosiologis. Meskipun banyak sosiolog melakukan menggabungkan
ekonomi, politik, psikologis, dan bahkan biologi data ke dalam analisis mereka,
penelitian sosial memiliki di utama telah bergerak ke arah definisi yang lebih
jelas dari sosiologis, bersama-sama dengan teknik yang lebih baik untuk abstrak
itu dari hubungan yang kompleks lainnya. Dalam metode studi kasus, data
tersebut dari tingkat lain yang sengaja dimasukkan ke dalam catatan.
Meskipun
dapat menunjukkan bahwa data tersebut harus dilihat dari segi mereka makna
sosiologis, sehingga cacat biologis, misalnya, dipandang sebagai hal itu
mempengaruhi hubungan sosial, jelas bahwa jalan tp tingkat lain memang
memberikan dimensi ditambahkan ke individu yang sedang dipelajari. Ketika kita melihat individu
dalam jaringan totalnya hubungan, itu lebih sulit melupakan dia sebagai unit.
(3)
Pembentukan Indeks dan Jenis;
Teknik
yang paling penting dalam melestarikan keutuhan unit sosial adalah pengembangan
tipologi dan indeks, sehingga berbagai sifat yang benar-benar digunakan dalam
karakterisasi unit. Perhatikan bahwa teknik ini tidak terbatas pada metode
studi kasus dan digunakan dalam setiap analisis kualitatif. Selanjutnya,
tabulasi silang rumit berusaha tujuan yang sama. Dengan demikian, tabulasi
silang dari segi jenis kelamin, usia, dan peringkat sosial ekonomi berfungsi
untuk mengkarakterisasi mereka yang (misalnya) laki-laki, dan berusia 20 hingga
29, dan miskin.
Operasi
yang sama dapat dilakukan dalam studi kasus, dan masalahnya mungkin agak
disederhanakan dengan coding kualitatif terlebih dahulu. Karena luasnya dan
menambahkan dimensi data, apalagi, Pilihan jenis atau kelas kasus ini jatuh ke
dalam akan disederhanakan. Selain itu, pada saat jenis mulai muncul dengan
jelas, cukup dari proses interaksi antara berbagai segi kehidupan individu akan
diketahui sehingga pilihan ini dapat dibuat dengan kepastian yang lebih besar. Akhirnya,
kasus akan peduli dengan mengembangkan "jenis alami," yaitu, jenis yang
sudah dilihat dalam budaya (seperti pertengkaran
kekasih, kehidupan dari partai, atau pertemuan kebangkitan agama), dan
pendekatan studi kasus biasanya dapat keluar tunggal jenis seperti pada tahap awal.
(4) Interaksi dalam Dimensi Waktu;
Untuk luas dan tingkat tambahan data yang
dikumpulkan dalam metode studi kasus harus ditambahkan penekanan pada proses
dan waktu. Setiap tabulasi silang pada dasarnya adalah sebuah analisis statis,
meskipun angka relatif kasus ditemukan di berbagai sub sel dapat digunakan
untuk menguji hipotesis interaksi. Misalnya, menurut beberapa teori yang kita
harapkan untuk menemukan hubungan sebab akibat antara posisi kelas dan
kelanjutan di sekolah. Hal ini dimungkinkan, maka, untuk menyeberang tabulasi
karakteristik ini (mungkin memegang IQ konstan) dan dengan demikian memeriksa
hipotesis.
Dalam studi kasus, upaya untuk menahan karakteristik
bersama-sama, baik dalam pengumpulan data dan tahap analisis data menekankan
perubahan waktu, serta proses yang perubahan tersebut berlangsung. Periode
waktu mungkin pendek atau panjang.
Kehidupan individu dari kecil sampai saat studi,
atau pembentukan selama periode yang sangat singkat, dapat dipelajari. Bagaimanapun,
yang dikhawatirkan adalah dengan merekam karakteristik yang relevan seperti
yang muncul dalam interaksi. Bukan hanya merekam mereka di dua instants
terpisah di waktu untuk sebelum dan sesudah perbandingan. Penekanan pada
interaksi proses membuat pemeliharaan karakter kesatuan dari objek sosial agak
sederhana.
Masalah Teknik Studi Kasus
Sebagian besar kesulitan dalam penggunaan metode ini
dapat dikurangi menjadi satu, meskipun klasifikasi yang lebih kompleks mungkin.
Yang cukup menarik, bahaya dasar dalam penggunaannya adalah respon dari
peneliti. Peneliti datang untuk merasakan rasa aman dan kepastian tentang
kesimpulan sendiri. Bahayanya, maka, tidak terletak pada apa pun, kelemahan
teknis dari pendekatan ini proses sosial atau individu sebagai keutuhan. Mahasiswa mungkin merasa bahwa
ini adalah bahaya konstan dalam semua penelitian. Namun harus diingat bahwa
dalam penelitian yang paling ada pengingat konstan bahwa rentang yang sangat
sempit pengalaman diwakili oleh data.
Namun
lama wawancara, kesenjangan yang terlalu jelas, dan ada cara untuk mengisinya.
Namun, setiap kasus yang dikembangkan sebagai unit membutuhkan pada dimensi
lengkap dalam pikiran peneliti. Dia datang untuk merasa yakin bahwa ia bisa
menjawab banyak pertanyaan tentang kasusnya daripada yang bisa menjawab dari
catatan berkasnya.
Kasus
ini memiliki bentuk yang pasti dan pola, dan sebagai probe peneliti lebih dalam
ke dalam proses atau orang sedang dipelajari, ia menemukan ada beberapa kejutan
yang tersisa. Hal ini sangat sebanding dengan perasaan kita kepastian tentang
teman-teman kita dekat, atau lingkungan di mana kita telah hidup selama tahun
ajaran: s, atau keluarga kita. Ada, pendek, perasaan emosional kepastian yang
jauh lebih kuat dari dalam kasus jenis penelitian. Hal ini terutama berlaku
dibandingkan dengan banyak pekerjaan survei, di mana analis hanya memiliki
jadwal selesai sebelum dia dan tahu dia tidak bisa menangkap beragam pengalaman
dari banyak pewawancara yang melakukan wawancara tersebut.
Bahaya
ini, kemudian, adalah salah satu yang pengamat sendiri menciptakan. Konsekuensi
dari perasaan ini kepastian banyak, tapi kebanyakan dari mereka dapat
dikelompokkan di bawah satu judul utama: godaan
untuk mengabaikan prinsip-prinsip dasar desain penelitian. Sejak peneliti terasa begitu sangat yakin
tentang wilayah pengalaman dia sedang menyelidiki, ia merasa tidak perlu untuk
memeriksa over-semua desain bukti. Sebagai contoh, setelah siswa telah
mengumpulkan, mengatakan, 200 kasus kenakalan remaja dari sosial-kerja catatan,
dilengkapi dengan wawancara dan sumber-sumber lain, sulit baginya untuk merasa
bahwa dia tidak memiliki sampel yang memadai.
Kisaran pengalaman kenakalan dalam kasus nya begitu
luas, jenis orang sangat bervariasi, kedalaman detail sangat jelas, bahwa
peneliti biasanya memiliki keyakinan yang kuat bahwa seleksi adalah
"perwakilan." Dia tidak, biasanya, berikut pola dikenal sampling,
sehingga ia merasa yakin tidak ada bias. Ini harus diulang pada ini: saat itu
kita tidak memisahkan satu jenis peneliti dari jenis lainnya. Setiap penyidik
yang menyerap fakta-fakta dari sejumlah besar kasus akan mulai merasa bahwa dia
benar-benar memiliki sampel yang memuaskan, tidak peduli berapa banyak
pengetahuan yang ia memiliki sekitar desain sampling.
Hasilnya, secara alami, godaan kuat untuk ekstrapolasi
unwarrantedly. Mungkin konsekuensi yang sama pentingnya dari perasaan ini
adalah kegagalan untuk membuat eksplisit apa adalah generalisasi yang mendasari
analisis kasus. Penolakan satu anak itu menyerah pencuriannya dapat
dijelaskan oleh keinginannya untuk keuntungan ekonomi. Namun, dalam kasus
serupa, dan tanpa menjelaskan dasar untuk penjelasan yang berbeda, penolakan
lain anak itu menyerah pencurian dapat dijelaskan oleh keinginannya untuk
merendahkan orang tuanya, penjelasan psychodyrtamic. Meskipun kedua penjelasan mungkin
benar, kita cenderung lupa bahwa setiap analisis tersebut memerlukan suatu
sistem penjelasan. Hal ini tidak ilmiah untuk menerapkan berbagai penjelasan
yang oleh akal sehat atau intuisi tampaknya cocok kasus-kasus tertentu, atas
dasar ad hoc murni.
Studi
kasus, maka, bukan teknik tertentu. Ini adalah cara. Pengorganisasian. Data
sosial sehingga untuk mempertahankan karakter Kesatuan sosial objek yang
diteliti. Disajikan agak berbeda, itu adalah pendekatan Wich memandang setiap
unit sosial secara keseluruhan. Hampir selalu, ini berarti pendekatan mencakup
pengembangan unit itu, yang mungkin orang, keluarga atau kelompok sosial
lainnya, serangkaian proses hubungan (seperti krisis keluarga, penyesuaian
terhadap penyakit, pembentukan persahabatan, invation etnis lingkungan, dll),
atau bahkan seluruh budaya.
Studi
kasus, mencoba untuk mengatur data sekitar unit pertumbuhan, atau struktur
kelompok, atau pola hidup individu, tidak memaksa peneliti untuk berpikir dalam
hal ini daripada jatuh kembali pada analisis sifat saja.
Penekanan
juga harus ditempatkan pada jangkauan yang lebih luas pengalaman pribadi yang
menggunakan studi kasus.
Keuntungan
ini telah tersirat dalam pembahasan sebelumnya, tapi itu layak komentar khusus
pada titik ini. Justru karena sempitnya paling pekerjaan survei, peneliti
sebenarnya berasal sebagian besar dari jangkauan nya lebih luas pengalaman
dalam penyelidikan tersebut pada tahap analisis, ketika arti dari pertanyaan
yang diselidiki lebih dalam. Tahap terakhir ini adalah yang paling bermanfaat,
namun, jika telah terjadi periode sebelumnya menyerap pengalaman bervariasi
dari orang lain.
Studi
kasus ini sangat berguna karena upayanya untuk menemukan makna dari data yang
direkam dalam kehidupan individu, dan hanya kemudian dalam hal kelas individu.
Sering
pula, pengalaman ini menghasilkan wawasan baru karena sangat perbedaan mereka
dari pengalaman biasa peneliti; ia mungkin tidak pernah bercerai, menjadi
safecracker, pencopet, anggota dari geng anak laki-laki, anggota dari sebuah
kelompok etnis menjadi Amerikanisasi, dll.
Dalam
arti, kemudian, ia mampu sehingga hidup banyak kehidupan yang sangat berbeda
dengan berbagi pengalaman ini. bahan-bahan tersebut tidak hanya berguna dalam
batas-batas tertentu nya penelitian, namun dapat menjadi bahan baku untuk
refleksi dan penelitian lebih lanjut. Sejak peneliti, apakah akademik,
industri, atau pemerintah, berada di bawah tekanan untuk memimpin hidupnya
sepenuhnya dalam kelompok kelas menengah sendiri, memperhatikan dimensi-dimensi
lebih lanjut dari kehidupan sosial mencegah pemikiran sosiologis dari menjadi
semakin sempit.
Hal ini
terlihat, kemudian, bahwa meskipun tidak mungkin untuk mengidentifikasi studi
kasus metode sebagai teknik tertentu
untuk memunculkan data, itu adalah modus pengorganisasian data dalam jangka
waktu beberapa unit yang dipilih, seperti individu kehidupan sejarah, sejarah dalam
kelompok, atau beberapa proses sosial dibatasi. Dalam rangka untuk mendapatkan
data holistik tersebut, kita bisa menggunakan semua teknik dan modus lain dari
organisasi menggunakan: wawancara intensif, kuesioner, catatan pribadi,
dokumen, laporan kasus oleh orang lain, surat menyurat, dll.
Pemeliharaan
karakter kesatuan dari kasus ini dibantu oleh luasnya dan ditambahkan tingkat
data yang dikumpulkan, penggunaan indeks dan tipologi, dan penekanan pada
interaksi dalam dimensi waktu. Ada, kemudian, beberapa usaha untuk membuat
masing-masing kasus penelitian itu sendiri. Ini adalah proses yang memakan
waktu, dan koleksi sejumlah besar kasus mungkin tidak diperlukan. Penyerapan
dalam bahan rinci hubungan sosial dan interaksi memberikan peneliti jangkauan
yang lebih luas dan lebih mendalam.
Namun,
dengan kontak dekat seperti dengan individu atau kelompok yang diteliti, ada
kemungkinan bahwa pengamat akan memiliki efek yang kuat pada data itu sendiri.
Penyerapan dalam data juga menciptakan perasaan seperti kepastian tentang
pengetahuannya, pada bagian dari peneliti, bahwa ia sering tergoda untuk kurang
hati-hati dalam mengikuti aturan dasar desain penelitiannya. Namun demikian,
untuk penelitian awal dalam bidang apapun, sebagian besar peneliti akan
menggunakan beberapa bentuk studi kasus; dan untuk tujuan kelompok atau proses
analisis, seperti terhadap analisis sifat-sifat individu, itu adalah pendekatan
yang sangat bermanfaat.
Catatan
Resume
Setelah
membaca buku Methode in Social Research; Chapter 19, some problem in
qualitative and case analysis, William
J. Goode, (1952), penulis memiliki catatan tantang kerja penelitian.
Penelitian
di bidang apapun, sebagian peneliti akan melakukan proses analisis. Analisis
yang dilakukan memerlukan data yang harus didapatkan dari lapangan.
Masalah-masalah dalam penelitian kualiatif, jamak terjadi persoalan kualifikasi
data dan cara data didapatkan.
Seorang
peneliti akan mencari data dengan cara yang tepat, penuh pertimbangan, sehingga
mendapatkan data yang dinamis dalam bentuk isi. Tidak serupa dan monoton.
Perlunya quesioner memiliki kekuatan
mengangkat data-data yang tersembunyi, dalam dan akurat. Jika quesioner tidak
dirancang dengan baik, data-data didapatkan tidak maksimal, malahan akan
membuat peneliti tergelincir dalam kekeliruan ketika menarik kesimpulan dari
analisis penelitian.
Salah
seorang peneliti yang ikut sebagai partisipan sekalipun bisa tergelincir jika
tidak menjaga disiplin operasional penelitian. Ketika ia berada di lapangan, ia
ikut partisipasi dengan subjek penelitian, hubungan personal akan memengaruhi
hasil penelitian. Kemungkinan bias akan sangat kuat, baik secara positif maupun
negatif.
Kekeliruan
juga terjadi bila responden yang menjawab asal-asalan. Tidak mengerti
pertanyaan, serta punya persoalan pribadi yang tidak mungkin ia menjawab secara
tepat, antara Ya & Tidak.
Kelihatan kerjanya sangat mudah mengambil data dengan interview terhadap
responden, tetapi tingkat kritis terhadap jawaban juga harus dilakukan jika
tidak ingin tergelincir ke dalam kesalahan data. Kesalahan data akan
mengakibatkan kekeliruan hasil analisis penelitian. Inilah yang menjadi masalah
dalam penelitian kualitatif, termasuk kuantitatif. Pada perkembangan penelitian
modern, presisi pertanyaan penelitian adalah kunci, presisi pertanyaan dalam quesioner
adalah kunci, coding adalah kunci, agar analisis bisa lebih tajam
dan menghasilkan kesimpulan yang berkualitas. Mengingat, penelitian kualitatif
adalah mengukur kualitas. Kualitas membutuhkan keakuratan data, keakuratan
pencarian data, sebagai modal analisis. Satu lagi, penelitian harus bisa
diulang oleh peneliti setelahnya untuk menguji hasil penelitian yang sudah di
dapat.
Meneliti
sebuah kegiatan yang memerlukan keuletan dalam mencari data dan menyusun data. Permasalahan
dalam penelitian kualitatif dan studi kasus sering karena data yang dipungut di
lapangan tidak valid, menyusun data yang tidak cakap, sehingga hasilnya tidak
memuaskan.
Karena
itulah langkah-langkah untuk menyusun metode penelitian, sejak awal, secara
filosofis hingga secara teknis harus dibuat sebaik mungkin. Disiplin pula
melaksanakannya. Tahap demi tahap menyusun kerangka kerja harus tetap dikritisi
untuk meminimalisir kekeliruan sejak awal. Langkah-langkah penelitian, membuat quesioner
yang fokus, pemilihan responden yang ketat, wawancara dan
partisipasn yang berdisiplin tinggi, akan memengaruhi kualitas hasil.
Demikian
pembacaan penulis terhadap buku ini, sangat membantu pemahaman tentang
penelitian sesungguhnya. Selama ini hanya memahami jurnalisme investigasi sebagai
sebuah alat kerja mencari data lapangan, kini dalam penelitian ilmiah jauh
lebih ketat lagi agar mendapatkan kebenaran yang bisa dimanfaatkan. Salam. []
No comments:
Post a Comment