Saturday, April 12, 2008

CERPEN

Gemercik Api



Batang Hari airnya tenang, sungguh pun tenang derasnya ke tepi.


Anak Jambi jangan dikenang, kalau dikenang merusak hati.*



Dewi terkesima membaca pantun yang masuk ke inbox dikirim dari nomor yang tidak dikenal. Ia menebak-nebak dari siapa pesan pendek berupa pantun itu. Dan tiba-tiba melintas ingatan tentang seseorang yang sudah lama terkubur di hatinya. Wajah tampan seorang laki-laki melintas di angan-angannya. Ah!


Mungkinkah dia? Dewi harap-harap cemas. Dan semua kenangan hidupnya di negeri Sepucuk Jambi Sembilan Lurah terburai sudah. Ah, itu sudah lima tahun lalu.



MENARA GADING MULAI LAPUK

SHEIFUL-YAZAN2


Oleh: Drs. Sheiful Yazan MSi


Dosen Komunikasi Fak. Dakwah


IAIN Imam Bonjol Padang



Saya kecewa sekali ketika seorang profesor, guru besar saya membagi-bagikan seluruh buku referensi dari perpustakaan pribadinya. Saya kecewa karena dua hal, pertama saya tidak kebagian warisan tersebut, saya datang seminggu setelah SMS saya terima dari teman, sekitar lima ribuan buku beliau sudah lindang tandeh diboyong para mahasiswa dan koleganya. Kedua, saya kecewa, sampai saat ini belum dapat jawaban mengapa beliau melakukan hal itu. Saya hanya dapat mengira-ngira, dan mencoba membongkar kembali kenangan saya kuliah dengan profesor gaek itu.


OPINI PEMEKARAN DAERAH: AMBISI ELIT ATAU KEBUTUHAN RAKYAT

WENDRA-YUNALDI


Oleh :


Wendra Yunaldi, SH, MH


Pengajar Hukum Tata Negara (HTN) dan Staff Ahli DPD RI


Mencermati fenomena pemekaran wilayah di Indonesia pasca pemerintahan Orde Baru hingga memasuki pemerintahan sekarang tampaknya cukup menarik untuk ditelaah secara mendalam. Secara teoritik, harus diakui bahwa kebijakan pemerintaha untuk memekarkan beberapa daerah di Indonesia telah menambah angka permasalahan baru terutama dalam proses penyusunan Undang undang dan sistem ketatanegaran kita saat ini. Kebijakan untuk melakukan pemekaran daerah memang harus dilihat dalam perspektif multidimensional. Di satu sisi persoalan pemekaran daerah merupakan suatu tuntutan masyarakat yang merasa daerahnya dieksplorasi, dan dieksploitasi pusat secara berlebihan. Pada sisi lain, pemekaran daerah tidak dimaknai sebagai upaya peningkatan kapasitas, dan kapabilitas aparatur pemerintah daerah, namun, justru sebaliknya.



ISLAM DAN DEMOKRASI: BEDA TAPI SAMA

Oleh :


Riki Saputra


Direktur Eksekutif Majelis Sinergi Islam dan Tradisi (MAGISTRA) Indonesia


RIKI-SYAHPUTRA


Pembicaraan demokrasi dewasa ini masih begitu hangat dan mendapat tempat dalam pemikiran manusia. Manusia di seluruh dunia, baik dengan latar belakang agama, peradaban, dan sejarah, umumnya mengakui demokrasi sebagai sesuatu yang harus diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Demokrasi dipuji banyak orang terutama dalam ranah politik - walaupun saat ini nilai demokrasi mulai di kembang luaskan pada bidang lain, termasuk dalam masalah agama. Sistem politik yang tidak sesuai dengan demokrasi dianggap ketinggalan kereta, karena tidak sesuai lagi dengan perubahan zaman dan sangat mustahil bisa membawa kemajuan. Jadi ada benarnya apa yang di sampaikan Saiful Mujani seorang peneliti pada Pusat Kajian Masyarakat Islam bahwa “Hampir tidak mungkin menolak demokrasi di zaman sekarang ini. Demokrasi sudah menjadi semangat dan anak zaman. Menolak demokrasi sama artinya dengan menolak zaman”.


AKAL dan JIWA

COVER-NALARWAHYU



Judul : Nalar & Wahyu
Penulis : Dr. Abu Yasid, LL.M
Penerbit: Erlangga
Cetak : Januari 2008
Tebal : 182 Halaman
Resensi : Abdullah Khusairi


Realitas kehidupan beragama terbentuk dari pemahaman wahyu. Pemahaman dan tidak menggunakan nalar sering kali menjadi dangkal dan membuat pemahaman agama menjadi kaku, sempit dan picik. Oleh karenanya, interelasi nalar dan wahyu dalam proses pembentukan syariat sangat penting.


AWALNYA CUMA SECANGKIR KOPI

COVER-STARBUCKS



Judul : The Starbucks Experience
Penulis : Joseph A. Michelli
Penerbit : Esensi Erlangga
Cetak : Juni 2007
Tebal : 225 Halaman
Resensiator : Abdullah Khusairi



Ini persoalan yang teramat sepele. Soal menjual secangkir kopi kepada pelanggan. Karena teramat sepele, ia dikemas menjadi tidak sepele. Maka ia menjadi sesuatu yang membawa banyak karyawan, pembuat kopi, petani kopi dan orang, lembaga, yang terkait dengan kopi menjadi amat berharga.
Ya, inilah fenomena Starbucks, yang mengubah secangkir kopi menjadi fenomena bisnis yang mendunia. Penulis buku ini mengungkapkan lima prinsip kepemimpinan di Starbucks yang mengubah gagasan biasa menjadi sebuah pengalaman yang amat luar biasa. Prinsip tersebut adalah, lakukan dengan cara anda, semua penting, surprise and delight, terbuka terhadap kritik dan leave your mark.


Friday, April 11, 2008

NASIB PUAK MELAYU PASCA PEMILU

FUAD



Oleh: Fuad Mahbub Siraj
Mahasiswa ISTAC Malaysia


Pemilihan raya tahun 2008 telah selesai dilaksanakan. Pemilihan yang seharusnya diadakan bukan pada bulan Maret ini berakhir dengan kemenangan Barisan Nasional. Barisan nasional adalah salah satu dari tiga partai besar yang ada di Malaysia yang merupakan gabungan dari beberapa partai lain yang ada, kemudian diikuti oleh partai PAS yang merupakan partai Islam Malaysia sekaligus sebagai oposisi terkuat bagi pemerintah dan diikuti oleh Partai Keadilan Rakyat (PKR). Bagi pihak Barisan Nasional sendiri, kemenangan pada pemilihan raya kali ini merupakan kemenangan terburuk sepanjang 12 kali pemilihan raya. Gabungan dua partai, yakni antara PAS dan PKR membuat pemilihan raya kali ini semakin menarik dan mampu membuat barisan nasional “sesak nafas”, alhasil di beberapa bagian Malaysia Barisan Nasional mengalami kekalahan, tetapi hasil akhir tetap memperlihatkan bahwa Barisan Nasional masih tetap mendominasi pemilihan raya di Malaysia. Dengan kemenangan barisan nasional ini, Perdana Mentri Abdullah Badawi mengatakan, bahwa ia tidak akan mundur dari jabatannya sebagai perdana mentri.


SECANGKIR ISU, SEGANTANG BUMBU

Beredar isu beberapa orang pejabat sedang menikmati shabu-shabu di sebuah hotel berbintang ditangkap aparat.
Pesan Pendek (Sandek) bersileweran melalui Short Messege Service (SMS) seputar isu ini, beberapa hari belakangan.
Wartawan yang sehari-hari mengendus, mengintip, mendengar, setiap peristiwa dan isu, panas dibuatnya. Karena ketika diminta keterangan dari sumber resmi, tak satupun yang membenarkan.


Pamong Senior Drs. Rusdi Lubis

Lakukan Evaluasi Pemekaran dan Otonomi Daerah


Sinyal evaluasi pemekaran daerah oleh pemerintah pusat beberapa hari lalu perlu disikapi secara positif. Karena otonomi daerah belum mampu memperlihatkan hasil yang maksimal terhadap pembangunan.
Wawancara, Abdullah Khusairi, Padang


Komentar anda tentang evaluasi pemekaran daerah dan Otonomi Daerah?
Saya pikir ini perlu dan penting. Karena penyelenggaraan pemerintahan di daerah pemekaran memperlihatkan kecenderungan euforia. Tidak bertitik tolak pada semangat otonomi daerah, yaitu meningkatkan pelayanan dan percepatan pembangunan. Justru yang lebih menonjol adalah seteru politik dalam pilkada. Ini tidak baik. Dampak yang buruk. Dan yang lebih naif, penilaian dari Kejagung, yang menilai pelaksanaan otonomi daerah justru semakin membuat korupsi kian marak. Pasalnya, banyak pejabat di daerah yang tidak paham dengan tata cara penggunaan anggaran secara benar.


ZIKIR PIKIR

Suatu hari beberapa puluh abad silam, di Semenanjung Asia Kecil, sekelompok warga Kota Athena mengemukakan pertanyaan. Mengapa alam semesta ini begitu teratur? Berubah dalam keteraturan pula. Sejak kapan alam ini ada?
Pertanyaan ini beranak pinak menuju puncak tanya yang paling tinggi dari waktu ke waktu meminta jawaban.


Jangan Nodai Demokratisasi

PADANG, METRO
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) diharapkan berjalan damai. Tidak terjadi chaos seperti di daerah-daerah lain, karena merugikan masyarakat dan menodai demokratisasi. Lebih parah lagi, akan membuat stagnasi roda ekonomi masyarakat.

Thursday, April 10, 2008

Seputar UU Pemilu


Padang, Padek---Hasil pembahasan Rancangan Undang Undang (RUU) Politik membuat partai baru tetap optimis mereka akan lolos verifikasi di Depkum HAM.
"Tapi kita menyayangkan, lobi pada pembahasan RUU Politik di DPRI mengindikasi affair yang tidak mencerdaskan bangsa. Buktinya, partai yang tidak lolos electoral treshold (ET) 3 tetapi punya wakil tak perlu verifikasi, itu namanya memikirkan diri dan lembaga sendiri," ujar Wakil Ketua Pemenangan Pemilu, Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Sumbar, Marlis kepada koran ini, ketika diminta komentarnya, Kamis (28/2).
Marlis menyatakan, Hanura menunggu hasil verifikasi di Depkum HAM dan optimis akan lolos karena sudah memenuhi persyaratan. Sebagai partai baru, Hanura bagian dari 47 partai yang telah mendaftar. Kini mesti menunggu hasil verifikasi.
"Tetapi dengan berita kemarin, tentang kesempatan partai yang tidak lulus tak perlu verifikasi asalkan ada wakil di legislatif membuat kita makin memperlihatkan, kekuasaan adalah segalanya. Mengorbankan pendewasaan politik bangsa ini," tegas Marlis.
Sementara itu, Ketua DPW PBB Sumbar, Jonimar Boer bersama pengurus lain, Syahrul R Tanjung dan Zaldi menyatakan syukurnya atas lolos bersama 16 partai lain untuk ikut pemilu 2009.
"Kita memang sudah bersiap-siap atas apa yang akan dilakukan untuk menghadapi pemilu 2009. Dengan hasil dari pembahasan peralihan tersebut, artinya PBB akan membicarakan secara interen langkah apa akan bisa membuat Pemilu 2009 mendapatkan prestasi baik bagi PBB," ujar Jonimar Boer.
Sebelumnya DPP PBB telah mendaftar ke Depkum HAM dengan menformulasi nama menjadi Partai Bintang Bulan dengan akronim masih PBB. Seiring dengan itu juga dilakukan oleh partai lain, seperti Partai Bintang Reformasi, menjadi Partai Persatuan Bintang Reformasi.
Tampaknya partai-partai ini tak perlu lalu merubah nama dan mendaftar ulang ikut verifikasi seperti Hanura, yang benar-benar partai baru.
Senada dengan itu, Syahrul R. Tanjung DPW PBB Sumbar akan tetap berbenah untuk persiapan menghadapi Pemilu 2009 nanti. "Karena, partai sebagai lembaga politik mesti melihat fenomena di tengah masyarakat di mana ia ada. Jika tidak, berarti ia tidak dekat dengan masyarakat," ujar Syahrul via telepon.
Tiga kader DPW PBB Sumbar ini sedang berada di Jakarta dalam rangka koordinasi kepartaian secara nasional.
Di antara 16 partai yang langsung lolos adalah Partai Golkar, PDIP, PKB, PPP, Partai Demokrat, PKS, PAN. Partai-partai ini yang menembus ET. Sedangkan mendapat free pass adalah PBR, PBB, PDK, PDS, PKPB, PPDI, Partai Pelopor dan Partai Nasional Indonesia Marhaenisme. (hry)

Catatan dari Pelatihan Penulisan KNPI Payakumbuh

Guruku Rindu Menggali Ilmu


Pelatihan-pelatihan teknik dan akademik untuk guru sekolah mestinya digalakkan di setiap daerah. Buktinya, ternyata mereka merindukan untuk jadi "murid" kembali.


Abdullah Khusairi---Payakumbuh


BESAR KEPALA

Sirikit Syah di dalam buku Media Massa di Bawah Kapitalisme (Pustaka Pelajar, 1999) menyatakan, seorang reporter akan frustasi bila "hasil belanja" (data gathering) di lapangan sering tidak terpakai. Setiap hari belanja, hanya 30 persen yang dimasak, 70 persen mengendap di benaknya. Sementara itu, informasi baru terus masuk ke kepalanya.
Informasi mengalami sendimentasi pula dengan pemahaman dan analisa. Akhirnya, seorang wartawan menjadi wajib menulis dalam bentuk opini. Kalau tidak, informasi tersebut akan mempengaruhi informasi baru dan cara pandang hidupnya.


PEREMPUAN PERKASA

WOMEN


Judul : Cool Women, Hot Jobs
Penulis : Tina Schwagner & M. Schuerger
Penerbit: Esensi Erlangga Groups
Cetakan : Pertama, Februari 2008
Tebal : 340 Halaman
Resensi : Abdullah Khusairi

"...untuk sebuah acara berdurasii setengah jam, kami mungkin harus merekam potongan-potongan film selama 65 jam, dan proses penyuntingannya sendiri memakan waktu tiga minggu. Kadang-kadang kami harus bekerja 15 jam sehari untuk tiga minggu. Untuk segmen berduarasi tiga menint kami akan mengambil gambar sepanjang empat sampai sampai enam jam dan menghabiskan waktu selama sepuluh sampai empat belas jam di ruang editing film..." [Janice C. Molnari hal. 203]

MENTAL ORANG TERKEPUNG

Dr H Duski Samad MAg*



Perilaku seseorang sangat banyak ditentukan oleh sikap mentalnya. Sikap mental yang sehat akan akan melahir prilaku yang baik dan bernilai guna. Prilaku menyimpang biasanya berawal dari sikap mental menyimpang. Satu diantara sikap mental menyimpang adalah sikap mental bagaikan orang terkepung. Sikap mental orang terkepung adalah satu bentuk pola jiwa yang berawal dari ketidaksiapan individu atau satu komunitas dalam menghadapi perubahan dan realitas sosial yang ada disekitarnya. Istilah sikap mental orang terkepung dipakaikan untuk mengambarkan fenomena jiwa yang ditampilkan oleh individu atau masyarakat dalam meresponi keadaan diluar diri atau diluar kelompoknya.
Sikap mental bagaikan orang terkepung sebagai bentuk dari kelemahan individu ataupun satu kelompok hampir menghingapi berbagai tingkat dan strata, usia, pendidikan manusia. Sikap, perbuatan dan reaksi yang dimuculkan oleh orang-orang yang mengidap kelainan mental (mental terkepung) ditandai dengan kecurigaan yang berlebihan, selalu gusar, kecewa, sinis cemas yang over dosis, sangat mudah menyalahkan orang lain atau kelompok lain, memberikan reaksi yang kejam,begis dan kadang-kadang tidak mengindahkan norma-nomar hukum, sosial, agama dan kemanusiaan.


PADANG K5

Oleh: Ahmad Gazali )*


Dengan modal usaha yang tidak begitu besar merangkak ke ibu kota provinsi, kabupaten/kota di seluruh Indonesia bahkan ada yang ke luar negeri, kita temui pedagang kakilima (K5) asal penganut budaya Minangkabau. Bermentalkan baja, semangat besi pantang menyerah menggunakan akal (mengantisipasi logika dan nurani) sehat untuk memperoleh rezeki yang halal.


Hukum dagang menyediakan untung, rugi, balik pokok. Rugipun secara materi, K5 memperoleh pengalaman yang banyak, jatuh dan bangun dalam berdagang membentuk budaya tahan uji pada segala cuaca. Ditambah berdagang diwarisi dari pedagang Arab dalam menyiarkan Islam di negeri ini. Ada pendapat yang mengatakan : berdagang adalah budaya Islam.


KEARIFAN POLITIK LOKAL

Oleh Wendra Yunaldi, SH, MH

Dalam wacana internasional, salah satu masalah utama dari politik berdimensi demokrasi baru (yang timbul di tengah gelombang transisi dari kekuasaan otoriter di Eropa Selatan dan Amerika Latin pada akhir tahun 1970an dan 1998an) adalah bahwa para aktor dominan nyata-nyata mengabaikan atau menolak perangkat-perangkat demokrasi. Latar belakangnya adalah selama masa transisi tersebut para elite politik menekankan pada pembuatan pakta-pakta dan lembaga-lembaga.
Gagasan fundamentalnya adalah tekanan internasional akan membantu memfasilitasi sebuah langkah kompromi dimana kekuatan rakyat akan dikendalikan, sementara para kapitalis otoriter, para birokrat dan para pejabat akan dapat mempertahankan aset-aset mereka --- berdasarkan asumsi bahwa mereka menerima pembentukan lembaga-lembaga yang mendukung HAM, tata pemerintahan yang baik (good governance), pemilu yang bebas dan jujur, dan sebuah masyarakat sipil yang mandiri. Lembaga-lembaga tersebut nantinya akan membentuk demokrasi liberal.
Maka dari itu, argumentasi kritis yang semakin umum adalah bahwa ketika para aktor politik dan ekonomi yang sebelumnya dominan (seperti para elite papan atas Orde Baru di Indonesia) telah menyerahkan posisi-posisi politik formal mereka dan menyetujui pemilu yang bebas dan jujur dan beberapa hak liberal, mereka tetap menguasai aset-aset perangkat-perangkat baru demokrasi. Banyak keputusan-keputusan penting justru dibuat didalam ekonomi yang semakin diwarnai privatisasi dan terglobalisasi serta dalam berbagai lembaga publik yang semakin menjadi informal; misalnya, dalam dewan direksi perusahaan, IMF, di The Rotary Club, keamanan swasta, sistem penanganan kesehatan yang telah disubkontrak-kan, atau melalui kegiatan berjaringan dan lobby. Apalagi proses revisi UU No. 22-25 Tentang otonomi Daerah menjadi UU Otda No. 32 sekarang yang masih menimbulkan pro kontra, multi tafsir atas dasar kepentingan politik dengan argumentasi proses sentralisasi dan desentralisasi kekuasaan.
Untuk memperoleh sejauhmana tentang demokrasi telah terkonsolidasi, adalah relevan untuk mengimplementasikan ‘pengujian’ Linz dan Stepan (1996) yang mempertanyakan apakah demokrasi benar-benar telah menjadi ‘aturan main utama’ (the only game in town). Benar bahwa sebagian besar informan mengatakan politik secara keseluruhan tidak terbebas dari kekuatan-kekuatan asing, termasuk bisnis internasional dan Dana Monoter Internasional (IMF), dan masalah tersebut semakin bertambah.
Hal ini jangan sampai diabaikan. Dapat dikatakan bahwa sebagian dari terbatasnya kinerja dan cakupan hak-hak dan lembaga-lembaga berhubungan dengan adanya subordinasi ini. Tapi, apapun jalan yang ditempuh para aktor, dan apapun anggapan para informan mengenai para aktor dan kontak-kontak internasional sebagai aktor politik dominan, kenyataannya sebagian besar tetap menggunakan permainan politik yang lazim dan para aparat negara.
Dalam konteks itu, untuk mereduksi upaya hegemoni-monopoli dan transformasi politik liberalis baik dalam tataran pemerintahan pusat maupun lokal harus diantisipasi secara intelektual dan progresif. Sebagai upaya untuk menemukan solusi serta tawaran-tawaran kritis, argumentatif, intelektual maka diperlukan format baru untuk membangun serta mengembangkan wacana tentang pentingnya reinternalisasi kearifan politik berdimensi lokal. Politik dengan kearifan lokal tentu tidak dipisahkan dari tradisi dan budaya-budaya bangsa.
Dengan konsep politik kearifan dan kebijaksanaan lokal, maka upaya untuk membongkar hubungan antara pemain politik sesuai aturan konstitusional dan yang menelikung serta menyalahgunakan aturan, kita harus tahu bagaimana proses terciptanya hubungan tersebut. Maka sebuah kesimpulan sementara bisa dipastikan bahwa sejalan dengan argumentasi umum mengenai dinamika monopolisasi demokrasi yang berakar pada simbiosis antara kapitalisme maju dan akumulasi modal primitif biasanya melalui negara dan politik.
Berkaca pada eksperimen-eksperimen internasional --- yang terkini adalah negara-negara Amerika Latin seperti Brazil --- satu-satunya gagasan realistis dan bermanfaat merujuk pada de-monopolisasi dan regulasi demokrasi, diluar neo-liberalisme dan statisme. Gagasannya adalah pakta-pakta yang difasilitasi secara demokratis pada tingkat pusat dan lokal antara bisnis berorientasi pertumbuhan, kelas menengah berorientasi profesional di sektor dan informal, dan masyarakat buruh terorganisasi di sektor formal dan informal, pada gilirannya akan mendapatkan hak-hak dan kebutuhan dasar. Oleh karena itu, aktor dominan tidak ada dan hancur, dengan partai-partai yang berorientasi pada kekuasaan dan mesin-mesin politik yang dapat mengalahkan pemilihan yang berorientasi pada kultus indufidu.
Dalam konteks itu, konsep paradigma berorientasi pada penguatan wacana dan mengembangkan kearifan politik lokal menjadi suatu keharusan setiap aktor-aktor politik anak bangsa baik ditingkat lokal maupun pusat. Kearifan politik lokal yang dimaksudkan adalah membangun etika politik yang berdimensi pada agama dan budaya-budaya bangsa. Budaya bangsa yang tetap pada komitmen moral. Perspektif ke depan untuk membangun kearifan politik lokal akan menjadi agenda besar bangsa Indonesia.
Dalam kontes masyarakat Minagkabau (Sumbar) kearifan lokal sebenarnya telah melembaga dan tersistematis dalam falsafah adat basandi syarak dan syarak basandi kitabullah yang dinaungi dengan faham keilmuan “alam takambang jadi guru”. Jika dilakukan perenungan secara mendalam maka secara konseptual dan kontenstual paham demokrasi yang dilandasi kearifan lokal yang ada di ranah Minang, sudah jauh lebih dulu dan lebih maju dari konsep-konsep politik modren yang ada saat ini.
Sayangnya terkadang kearifan lokal yang dibingkai nilai-nilai luhur budaya minang terlupakan atau mungkin dilupakan oleh ‘orang minang” sendiri. Hal ini mengakibatkan secara goepolitik baik nasional maupun lokal sulit mencari sosok tokoh yang membumi dan mengakar yang lahir dari rahim ‘bundo kanduang’. Tokoh yang lahir muncul secara instan dan tergantung moment tertentu, lahir dan kemudian redum seiring perputaran roda kehidupan. Jika ada pertanyaan “kemana dan kenapa tidak ada tokoh minang dalam kancah politik nasional?” mungkin salah satu jawabannya adalah karena kita sudah mulai “durhaka” dan menjadi “malin kundang” corak baru terhadap nilai-nilai kearifan lokal yang diwaris oleh Dt. Parpatiah Nan Sabatang dan Dt. Katumangguangan.

* Putra Payakumbuh dan Pengajar Hukum Tata Negara di beberapa PTS.

TIM (TIDAK) SUKSES

Ini cerita yang bakal ada diakhir Pilkada Nanti. Cerita Tim Sukses yang kini sedang semangat-semangatnya "menguras" dana kampanye dan mengelu-elukan calon mereka. Yang seakan-akan tidak ingat, yang menang cuma satu pasangan. Empat pasang lainnya tentu saja harus mengakui dan ikhlas dalam pertarungan ini.


Optimisme yang saat ini terbangun tentu harus didorong dan diaplikasikan sedemikian rupa. Disampaikan dalam berbagai rapat, segala terobosan dan jurus jitu. Mulai dari "mengambil" statemen tokoh kharismatik maupun tokoh struktural-fungsional hingga turun ke nagari, jorong. Ya, semuanya menjadi sangat mungkin, semuanya bisa mencapai finish lebih cepat dari yang lain.


Sejauh ini, memang belum ada yang tumbang semangatnya. Belum pula ada laporan kepolisian, ada Tim Sukses yang stress karena Pilkada. Yang ada cuma tidak puas dengan hasil klarifikasi dan ketetapan di KPUD. Tapi biarlah, itu sudah masuk wilayah hukum. Ikuti proses dan hormarti hukum, itulah warga negara yang baik.


Kita tentu tertuju pada lajur lomba, melihat siapa yang sudah masuk arena. Siapa yang mencuri strart, siapa yang memang memiliki kemampuan lebih dari yang lain dalam segi teknik, tenaga dan aura kepemimpinan.


Ya, susah ditebak. Semuanya memang memiliki kekuatan dan kelemahan. Tim Suksesnya pun memiliki jurus-jurus mutakhir untuk memainkan peran. Untung saja, jurus dewa mabuk tak digunakan, karena berbahaya dan terlalu dini. Konon, jurus mabuk itu, selain lawan tidak tahu kemana langkah dan strategi, tentu orang sedang menjalankan jurus tersebut sedang tidak sadar, jurus apa yang dipakai, sebab sedang mabuk.


Lalu, diakhir penghitungan suara, saat detik-detik penetapan siapa yang menang, maka banyaklah yang menepuk kening. Mereka yang hobi taruhan, menang akan tertawa, yang kalah menepuk kening lagi. Setengah percaya-setengah tidak, kenyataan tentu saja harus diterima demi Pilkada Badunsanak.



Ya, paling-paling optimisme selama ini yang dipatahkan dengan kekalahan akan mengawali sadar seorang Tim (Tidak) Sukses nantinya. Tentu banyak alasan dan kekesalan muncul. Seharusnya, jangan pernah mencari alasan. Akui saja kekalahan kepada calon, bahwa kerja Tim Sukses memang sedang tidak sukses. Dana yang terkuras memang benar-benar sudah digunakan dengan baik, rakyat memang belum berkenan. ***
abdullah.khusairi@gmail.com

AYAT-AYAT KEMISKINAN

"Aku tak punya sepatu, maka aku menggerutu, sampai aku menemukan orang yang tak memiliki kaki." [Rosihan Anwar, Menulis Dalam Air, 1983]

Pernyataan 'eyang wartawan Indonesia' itu memiliki makna yang dalam. Jangan cepat menggerutu jika tidak memiliki sesuatu. Lihatlah orang lain, bisa lebih parah kondisinya dari kita tetapi tidak menggerutu sedikitpun. Dan memang, tak selalu harapan sesuai dengan kenyataan.

Pernyataan ini berhubungan khusus dengan masalah kemiskinan. Ukuran rasa kekurangan dengan kelebihan pada seseorang tergantung bagaimana cara berpikirnya. Jika cara berpikir yang sempit, maka ia akan merasa miskin selalu, walau sebenarnya ia memiliki segalanya. Tetapi ada juga yang merasa kaya, tetapi tidak memiliki apa pun. Nah, relatif sekali.

MIMPI TUA

Baginya, membuat pagi menjadi indah cukup cuci muka, kopi dan rokok kretek yang dinyalakan lalu dihisap. Maka merebaklah aroma racikan
tembakau ke seluruh ruangan dihembus gemulai angin pagi bersama aroma kopi hangat. Dan pagi sangat indah sekali terasa...??
Begitulah, aktivitas pagi hari Tuan Leman semenjak masuk masa pensiun beberapa tahun silam. Menikmati embun dan harum melati di beranda
bersama sang istri. Mengenang masa muda yang bergelora, masa jaya yang bergairah. Pagi dengan rindang pepohonan di halaman rumah,
mentari mengintai di balik daun-daun Melinjo. Kuning keemasan sinarnya menerpa kaca jendela yang kusam, lama tak dibersihkan. Keok
ayam dan itik memberikan nada desa yang pasrah.
Kakek enam cucu dari lima anak ini benar-benar sangat menikmati hari- hari setelah pengabdiannya sebagai seorang pejabat. Sisa ketampanan
di raut wajahnya masih tampak tegas. Gaya berbicara yang dulu berapi- api sesekali masih tampak. Kini sudah bertambah pula dengan nyinyir.
Pertanda melewati usia tua.
Sayangnya, selama pensiun, tak lagi ada tempat resmi untuk berbicara di depan khalayak. Hanya sesekali ia mendapat kesempatan bisa
mengekspresikan dirinya secara tidak resmi jika bertemu teman lama atau kedatangan tamu. Satu tempat yang sering menjadi ajang pertemuan
itu adalah tempat mengambil dana pensiun. Bila bulan muda tiba, semangat muda juga datang, maka ia berangkat ke bank itu dengan
segala keceriaan pagi. Di sana ia bertemu teman lama.
Dan, menjelang siang, dia akan bercerita panjang lebar tentang dunia yang pernah di dalam kantong celananya. Di hari-hari biasa, ia lebih
banyak membaca koran, mendengar radio, menonton televisi. Sesekali melagukan dengan sumbang tembang lama yang populer pada masa mudanya.
Begitulah lelaki berkaca mata tebal ini menelan hari demi hari. Tak banyak lagi kesibukan menghukumnya. Dari luar tampak ia menyimpan
kebahagiaan dan ketentraman. ***
Kedamaian Tuan Leman tiba-tiba terusik beberapa hari terakhir. Ia diusik oleh mimpi yang berkelibat setiap tidurnya yang sudah beberapa
kali datang. Mimpi ini membuat Tuan Leman berkeringat dingin sesudah mimpi berlalu. Bagaimana tidak? Tuan Leman didatangi seorang laki-
laki yang menawarkan Tuan Leman menjadi tuhan. Persyaratannya tidak terlalu susah untuk dipenuhi Tuan Leman. Begitu persyaratan dipenuhi,
ia segera menjadi tuhan.



Dipilihnya Tuan Leman karena ia pernah menduduki jabatan strategis di
masa-masa sulit. Ia berhasil membawa masyarakat hidup makmur.
Begitulah lelaki dalam mimpi itu memberi alasan.



"Untuk itu, tak ada alasan, Anda segera menjadi tuhan dan penuhi persyaratannya!" Lelaki itu berlalu dan Tuan Leman terjaga. Tak ada
kesempatan Tuan Leman untuk bertanya lebih lanjut ketika laki-laki itu datang. Bila ia terjaga, keringat dingin mengucur deras dari
tubuhnya yang segera ringkih. Wajahnya pasi.


"Benar-benar konyol. Tak mungkin, itu tak mungkin." Tuan Leman menyatakan keresahannya sambil geleng-geleng kepala.


"Ah, jangan terlalu percaya. Mimpi adalah bunga tidur, kenapa diambil pusing pula," sang istri menyela. Ia mencoba untuk menenangkan suaminya.


Ia tahu suaminya tak bisa begitu saja terpengaruh. Hanya saja, suaminya acap terjebak dengan hal-hal sepele. Itu sering terjadi.


"Tetapi, jika mimpi itu bunga tidur. Bukankah sering terjadi, mimpi juga akan berbuah kenyataan? Nah…," ungkap Leman membantah kenyataan demi kenyataan dan hukum akal yang bermain di kepalanya.



Sang istri yang mengerti luar dalam tentang suaminya mengurut dada. Ia memahami ambisi masa muda sang suami memang belum pudar, walau waktu memakan usia. Ia tahu betul, obsesi, harapan, apa saja atas nama untuk ketenaran dan kekuasaan membuat dada suaminya panas. Keinginan berkuasa Tuan Leman ini memang besar. Ia dengan strategi apa pun akan berusaha untuk mendapatkannya. Termasuk menggunakan seni dan strategi perang ala Sun Tzu. Dalam banyak pidato ia mengutip Sun Tzu: Pertahanan yang baik adalah menyerang. Sadar posisi diri, kawan dan lawan. Naluri yang tajam dan peka terhadap kompetisi politik.
***
Mimpi itu terus-menerus mengganggu Tuan Leman. Sayang sekali, setiap mimpi itu datang, Tuan Leman tak bisa berbicara dan berkomunikasi dengan laki-laki dalam mimpi itu. Lama-lama Tuan Leman jadi ketakutan, keheranan bercampur dalam kebingungan.


Dalam pemikiran sehat yang datang pada Tuan Leman, orang kaya pemilik tanah dan sawah ini memang tak bisa menerima apa pun terhadap mimpi itu. Ia berusaha untuk melupakannya. Tetapi, sejauh ia berusaha untuk melupakannya, sedekat itu pula ingatannya datang terhadap mimpi itu. Diam-diam ia jadi tertarik untuk menjalankan tawarannya itu. Menjadi tuhan? Sesuatu yang sangat tak mungkin, tetapi betapa hebatnya kalau itu bisa terjadi.


"Itu benar-benar bunga tidur. Tidak akan pernah berbuah," tegas Tuan Leman dalam ragu dan mau yang mengganggu. Enggan berkelindan menggerus rayu mendayu. Tuan Leman berjalan di pematang yang kecil ketika padi masih baru ditanam, angin deras seperti segera badai. Ia seperti ayam termakan sepotong rambut. Diam merenungi mimpi yang selalu datang.


Melihat gelagat yang tidak baik akhir-akhir ini suaminya, sang istri resah. Gelisah. Ada keinginan untuk memanggil psikiater untuk suaminya tetapi ia takut suaminya marah. Ingin juga menelepon anak- anak di kota, tapi apakah itu mungkin, Lebaran saja mereka jarang pulang. Karena takut, ia coba memendamkan semua kemauannya demi menjaga hati suaminya yang sedang dihadang gelombang.


Sebenarnya, ia bangga sekali dengan kesuksesan sang suami. Hingga saat ini ia kagum dengan nama besar suami tercintanya itu. Amat banyak pujian untuk suaminya, ia dengar langsung dari orang-orang yang datang kepadanya. Walau tetangga sempat mengungkapkan kalau- kalau suaminya mengidap post power syndrom. Ketika kekuasaan tak ada lagi di tangan, membuatnya sedikit mengalami gangguan kejiwaan.


"Tetapi aneh, kenapa baru sekarang. Ia sudah lama pensiun. Lima tahun lalu," sang istri mencoba mengungkap alasan kepada dirinya sendiri.


Orang mengenal Tuan Leman seorang yang sukses dalam banyak hal. Ia kaya pengalaman baik-buruk, asam-garam dunia. Tetapi yang sangat diingat orang, ketika ia sedang berkuasa, perintah yang datang dari mulut dan telunjuknya harus diselesaikan sesuai dengan maunya. Tak mau mendengar alasan jika ada kegagalan. Sungguh kadang-kadang tidak masuk akal. Satu lagi, ia paling tak suka orang yang membantah. Ia benar-benar sok tahu. Padahal, mungkin saja dalam banyak hal bisa diketahuinya, tetapi dalam satu hal harusnya ia belajar dan bertanya pada ahlinya. Itulah yang tidak berlaku pada Tuan Leman. Tetapi, kelebihannya, ia solider. Kalau ada temannya yang sedang kesusahan, bukan kepalang dia akan menolong. Ia tak perhitungan kalau sudah begitu. Sayangnya, kalau sudah dirayu dan dipuji, ia sering kali lupa diri, maka alamat habislah dana taktis yang harusnya ia manfaatkan untuk hal yang lebih baik. Itulah beberapa hal dari sekian banyak ingatan orang terhadap Tuan Leman yang sukses. Sekali lagi, masa lalunya adalah pahit, manis, dan getir..?


Suatu hari pernah terjatuh akibat sakit kepala yang sangat parah bersamaan dengan naiknya asam urat yang ada di tubuhnya. Ini persis seperti orang besar seperti Napoleon Bonaparte, yang tak takut dengan seribu tentara, tetapi sangat takut dengan surat kabar. Tuan Leman memang tak kuat dikritik, ia jatuh ketika membaca tajuk rencana sebuah surat kabar yang menusuk dadanya.


Orang besar tak selalu berdjiwa besar. Orang pintar seringkali bertingkah seperti kekanak-kanakan. Orang bidjak memang banjak tapi soesah dicari. Karena itu, kekoeasaan itu candoe, ia tak bisa lepas setelah mendapatkannya. Orang-orang jang selalu meminta pengakoean atas kepintarannja. Biasanja adalah orang bodoh. Dan, orang yang selaloe berkoar-koar sok tahoe biasanja dia tidak tahoe apa-apa. Dan, amatlah soesah saat ini, mencari orang yang adil kepada seorang moesoeh, sebuah tindakan terpoeji pada zaman nabi. Wahai bapak pedjabat! Bersikap baik, lebih baik dari pada memboeat diri menderita dan orang lain tertawa. Walau kau bentji pada seseorang, djangan sesekali berboeat tidak adil padanja, karena, doa orang jang dizhalimi sungguh didengar-Nja. Itulah seboeah derita ketika kedjoedjoeran mendjadi djalan hidoep nantinja. Wahai, boeka kaca mata keloearlah dari roeanganmu, pandanglah doenia.



Akibat membaca tulisan itu, Tuan Leman dibawa ke rumah sakit. Ia terbaring selama empat hari. Pulang sebelum benar-benar pulih karena permintaan anak bungsunya yang bongsor. Itulah salah satu episode hidup sang tuan yang waktu itu cukup mengerikan bagi banyak orang.
"Ia cukup tegar," cerita salah seorang temannya. Hanya saja, begitu ia pensiun, satu satu orang-orang terdekat Tuan Leman menghilang bak ditelan bumi. Semua saluran komunikasi putus. Hal ini membuatnya pulang ke kampung halaman dan menghuni rumah tua yang sudah lama ditinggalkan sanak saudaranya dulu. Cucu dan anak-anaknya pun tak banyak memberikan support, hanya sapaan lewat telepon seadanya, jika diperlukan.
*
"Kalau memang benar mimpi itu, saya tunggu nanti malam. Saya bersedia memenuhi persyaratannya," ujar Tuan Leman di tengah kebingungannya.
Istrinya tambah bingung.
"Pak, coba Bapak ke orang pintar dulu," usul istrinya, sambil melirik polos ke sang suami. Sisa kemesraan masa muda yang masih mengilau.



"Untuk apa kalau hanya membuat mereka tertawa. Sekarang saya akan menikmati mimpi itu kalau ia datang. Saya siap lahir batin,"
ungkapnya yakin dan tak goyah sedikit pun. Masih tetap ada nada kebimbangan.


Malam yang gelap. Kelam yang hitam. Entah kenapa mimpi itu tak pernah datang. Tuan Leman menanti-nanti dan mencoba untuk tidur secepatnya, namun percuma mimpi itu tak pernah datang. Hal ini pula yang membuat Tuan Leman bertambah bingung. Ketika kemauannya menjadi tuhan memuncak, justru mimpi itu tak datang-datang. Diam-diam, istrinya lega dengan mimpi yang tak pernah datang lagi ke suaminya.


Bagi Tuan Leman, ini seperti sebuah penghinaan kepada dirinya. Tetapi siapa yang harus dimarahi? Ketika mimpi itu tak datang lagi untuknya.



"Ke mana kau wahai laki-laki dengan wajah kelam?" ujarnya geram, ketika akan tidur. Matanya tak mau terpejam. Diam-diam Tuan Leman
beranjak bangkit dari pembaringan. Ia keluar kamar hati-hati sekali, takut istrinya bangun. Ia ke dapur mencari sesuatu. Malam amat pekat.
Ia meraba-raba dan mendapatkan hulu belati.



"Crassh." Ia menusuk dadanya dengan belati itu. Di gelap malam yang hening, Tuan Leman menggelepar-gelepar di dapur meregang nyawa. Darah mulai berceceran dari ujung hulu belati yang tertancap di dada kirnya. Lantai merah, mengalir, kental. Tuan Leman telentang sesekali ngorok, satu-satu napasnya dapat ditarik. Ia kalah dengan mimpi yang pernah datang kepadanya. Di akhir sekarat Tuan Leman, seperti ada tangis yang tertahan dari tenggorokan sang tuan. Malam menggigil, satu-satu gerakan Tuan Leman, lalu diam selama-selamanya. Kini rohnya benar-benar menuju tuhan. [] Padang, 15 Oktober 2005
Judul Cerpen : Mimpi Tua
Ditulis Oleh : Abdullah Khusairi
Dimuat : Jawapos Minggu 25 Nopember 2007