BERITA-PKL

Bina PKL, Jangan Binasakan


ASWADI-MUNIRPayakumbuh—Pedagang Kaki Lima (PKL) merupakan salah satu sektor usaha yang paling siap menghadapi ekses ekonomi global tapi kerap mendapat perlakuan yang tidak pada tempatnya. Semestinya, PKL yang menjamur di setiap kota, dibina bukan dibinasakan.


Hal itu dikatakan Caleg DPR RI dari PBR, Drs Aswadi Munir dalam sebuah perbincangannya dengan koran ini.


"Hampir seluruh kota di Indonesia terdapat PKL, tetapi mereka selalu dikesampingkan seolah bukan bagian dari kota tersebut. Sebagai sektor riil yang likuiditas dari sektor ini lebih lancar dibanding dengan pengusaha besar yang kerap dililit kredit macet, sangat layak sekali jika PKL dapat pembinaan," kata Aswadi lagi.


PKL, kata Aswadi lagi, tak hanya ada di Indonesia. Negara maju seperti Singapura-pun juga terdapat PKL-PKL. Namun, keberadaan mereka justru memberikan membantu masyarakat. Bedanya, dari sisi penampilan, tata letak, mereka lebih profesional.

Di sini peran kita, terutama pemerintah daerah. Mestinya, PKL-PKL yang ada di kota-kota yang ada di Sumbar didorong menuju iklim yang lebih kompetitif. Mereka ditata sedemikian rupa hingga ke sistem manejerialnya. Kita bisa bayangkan, PKL-PKL tersebut tertata apik, tentu akan memperindah kota dan daya tarik tersendiri,"kata alumnus STM Negeri Bukittinggi ini


Di Payakumbuh sendiri, dalam catatan Aswadi terdapat sekitar 1500 PKL. Mereka dapat suntikan dana dari Wako Payakumbuh yang nilai mencapai ratusan juta, berupa kredit. Setiap sore, angsuran dari pedagang dikutip koperasi untuk kemudian digulirkan kembali ke PKL lain.


"Kami mengapresiasi kebijakan Wako Payakumbuh kepada PKL,"timpal Aswadi seraya mengungkapkan hal ini bisa lebih dikembangkan lagi dengan pembinaan secara manejerial.  [TEDDY ARLAN/PADEK]

Comments

  1. salut tuk pemda Payakumbuh....
    semoga menyusul Muhammad Yunus
    dengan Grameen Bank-nya yang perhatian banget ma orang kecil...
    akhirnya jadi menjadi pemenang nobel.....

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

METODE TAFSIR TAHLILI

RESENSI ASMARA DI ATAS HARAM

#DIRUMAHAJA