Monday, December 22, 2008

RESENSI-MANAI SOPHIAAN

Sejarah dari Sisi Lain



COVER-SOEKARNOJudul : Kehormatan Bagi Yang Berhak
Penulis : Manai Sophiaan
Penerbit: Visimedia
Cetak : 2008
Tebal : 225 Halaman


Berawal dari dua kutub besar Uni Soviet dan Amerika. Berawal dari dua ideologi, komunis dan demokrasi. Maka beranjaklah sejarah dari pendulumnya. Geraknya menyusup semua pintu kekuasaan di atas dunia pada masanya. Kini, pun kini masih terjadi dengan wajah yang berbeda pula.
Bila suatu masa kebenaran beranjak dari kekuasaan, pada masa lain ia bukan lagi menjadi kebenaran. Kebenaran faktual hari ke hari memang bergerak pada kebenaran hakiki. Simpang siur fakta dan data selalu jadi benang kusut yang berdasarkan waktu kebenaran itu tiba ke permukaan, semuanya jadi sejarah yang abadi.
Tetapi sejarah negeri ini sepertinya dibungkamkan. Ada banyak kebenaran faktual itu masih belum digali. Ada banyak kepentingan untuk membungkamkannya. Namun waktu selalu menjawab atas kelicikan dan ambisi yang tak mengikuti alur alamiah kehidupan.
Demikianlah, setelah membaca buku ini, dibawa dari sisi lain menelusuri sejarah panjang seputar Gerakan 30 September 1965. Luka sejarah bangsa yang masih segar dikenang. Setelah satu-satu fakta tergali, makin kelihatan kemana arah sebuah kebenaran bisa dihidupkan dalam diri anak bangsa. Maka membelokkan fakta sejarah adalah tindakan paling bodoh dilakukan oleh anak manusia. Apa pun alasannya, ia akan mengikuti alur menabur angin menuai badai.Buku ditulis oleh saksi sejarah, sebagai mantan duta besar, ia melihat dari luar lingkaran keindonesiaan dan sesekali masuk dalam lingkaran. Mengungkapkan sisi lain dari sejarah yang sudah ditulis dengan "pena" kekuasaan sebuah rezim.
Rezim demi rezim, selalu membaca catatan sendiri. Walau dipoles semangat kemurnian dan sifat malaikat sekalipun, selalu ada celah melihat, siapa sedang melakukan apa dimana dan kenapa?
Secara garis lurus, peran dan ambisi individu memang nampak dalam sebuah gerakan. Tokoh-tokoh ambisi dan emosi membuat Presiden RI menyebutkan, keblinger pemimpin partai.
Menariknya, penulis buku ini menyebutkan PRRI dibantu oleh kekuatan CIA. Kutub Amerika yang mencoba "menjinakkan" Ir. Soekarno. Bahkan penyuplai senjata dan dana itu dilakukan di lepas pantai Padang. Kapal selam nongkrong di situ (hal, 26). Sungguh ini mengejutkan, jika ada kebenaran lain yang menyebutkan dengan fakta berlawanan. Karena, menurut buku ini, senjata diberikan kepada delapan ribu pemberontak.
Selain hal tersebut, peran Amerika yang terus menguat sebagai "policy" dunia. Mengerucut dan bubarnya kekuatan Uni Soviet, memperlihatkan Amerika memiliki dunia seutuhnya. Tak ada yang boleh melebihi kekuasaan itu. Nasib Ir Soekarno, Saddam Husein, adalah sebagian kecil dari fakta sejarah kekuasaan yang selalu melukai dan berdarah. Alasan-alasan sederhana, bersekutu atau tidak! Di sinilah Ir. Soekarno jelas-jelas mengatakan kepada Amerika ---karena kutub yang diikuti adalah Uni Soviet---Go to hell with American Aid (hal.11). Sikap yang berani dan jelas. Peta politik luar negeri adalah awal dari keguncangan dari negeri ini. Semenjak itulah, setidaknya menurut buku ini, percaturan intelijen semakin meyakinkan peran negara Amerika sangat kental "merestui" lengsernya Ir. Soekarno. Sebuah buku yang patut dibaca, menambah fakta dan cara pandang kepada sejarah bangsa. [abdullah khusairi]

No comments:

Post a Comment