Wednesday, December 10, 2008

WAJAH PADEKS

Prof Dr H Duski Samad MAg Tuanku Mudo
Guru Besar Ilmu Tasawuf Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang Asisten Direktur Pasca Sarjana IAIN Imam Bonjol Padang

Agama Membangun Ummat Yang Damai




DUSKI-SAMADSekitar 4.000 tahun silam, seorang lelaki dengan usia yang mulai menua diminta Tuhan meninggalkan istri dan anak satu-satunya yang masih bayi di tengah gurun, antara bukit-bukit batu. Tak ada sedikit pun makanan, air, peneduh, bahkan juga tak seorang pun dapat dimintai tolong di situ. Yang ada hanya terik matahari yang siap membakar mereka. Apa yang dapat menghalangi ibu dan bayi itu untuk tidak mati dalam kegersangan?
Cerita itu digantung dengan pertanyaan oleh Prof DR H Duski Samad MAg Tuanku Mudo kepada Abdullah Khusairi dari Padang Ekspres yang mewawancarainya di ruang kerjanya Kampus Pascasarjana IAIN Imam Bonjol Padang, Jumat (5/12).
“Ibu sejati akan selalu berjuang keras untuk anaknya,” ulasnya Tuanku kemudian. Itulah yang dilakukan ibu muda yang disebut di atas. Ia tahu  tak ada siapa pun dan apa pun yang dapat membantunya. Tapi, ia juga tahu, keyakinan teguh dan usaha optimal akan selalu menjadi penyelamat yang dapat diandalkan. Kunci itulah yang dipegangnya erat. Maka dengan meneguhkan keyakinan bahwa Allah SWT pasti punya kehendak baik, ibu itu mengoptimalkan usaha. Ia harus mencari air. Ia berlarian bolak-balik dari sebuah puncak bukit berbatu ke puncak bukit lainnya untuk mencari tanda-tanda keberadaan air. Sia-sia.
Tapi, ia pantang menyerah. Ia terus berusaha sampai tenaganya habis, hingga ia cuma mampu memeluk anak kesayangannya tanpa dapat berbuat apa-apa lagi. Yang ia punya tinggal keyakinan. Tuhan pasti tak membiarkannya mati begitu saja.
Keyakinan itu membersitkan harapan. Sesaat kemudian, mata air menyembul di dekat kaki anaknya. Air telah menyelamatkan mereka, dan memunculkan kehidupan baru bagi ibu dan anak itu. Sang bayi itu tumbuh sehat hingga remaja. Saat itulah sang ayah, baru datang kembali ke tempat terasing itu. Sebuah pertemuan yang membahagiakan semuanya. Namun, sekali lagi, Allah SWT memberinya tugas berat.
Lelaki itu diminta menyembelih anaknya. Ayah mana yang siap berbuat begitu. Tetapi, sang anak malah teguh mendorong ayahnya melakukan tugas itu.
”Kita tahu, ketiga sosok luar biasa itu adalah Ibrahim-Hajar-Ismail. Kita tahu, berkat keyakinan teguh mereka, Hajar dan Ismail tak mati kekeringan. Ismail juga tak mati tersembelih. Sebaliknya, mereka justru menjadi sosok terhormat. Sosok yang sukses. Kita tahu bahwa ujian berat tersebut sebenarnya adalah sebuah pengajaran,” ujar Duski mantap.
Dipaparkan Duski, hal tersebut merupakan pengajaran yang bukan semata bagi keluarga Ibrahim, namun bagi kita semua. Pengajaran itu menegaskan: Manusia akan sukses sejati bila mampu membebaskan diri dari segala ketergantungan kecuali pada Sang Khalik. Itulah ajaran paling inti dari Islam, yang juga disebut sebagai Tauhid Uluhiyah.
“Nilai tauhid yang membuahkan keikhlasan diperagakan keluarga Nabi Ibrahim AS itulah yang menjadi tonggak keberhasilan  mereka. Nilai atau makna ibadah yang perlu disemaikan ialah dasar keikhlasan. Simaklah  peristiwa Ibrahim ketika mengantarkan istrinya Siti Hajar dengan anaknya Ismail ke Makah yang di kala itu belum ada manusia dan menurut otak manusia tidak akan mungkin manusia mampu bertahan hidup di situ,” papar Guru Besar Bidang Tasawuf ini.
Nilai Tauhid dari Nabi Ibrahim mencerahkan peradaban setelah itu. Pada abad ini, diterangkan Duski, maknanya makin dalam, apalagi ketika ia dihadapkan dengan persoalan keduniaan yang sudah jauh berkembang. “Tauhid itu ada nilai. Nilai kesalehan sosial juga ada di situ. Jadi, bukan sekedar pergi tour ke Makkah atau gotong royong membantai hewan. Makna-makna terkandung di dalamnya sudah begitu banyak disampaikan. Kaum muslimin tentu telah tahu itu. Persoalannya hari ini, bagaimana aplikasi nilai-nilai itu di tengah kehidupan,” Duski mulai menekankan bahasanya. Seperti ada keresahan tersendiri dalam dirinya.
“Memang tidak bisa cepat menyamakan persepsi apa dan bagaimana semestinya kita membangun kebersamaan. Perbedaan dan keikhlasan untuk berbeda antara umara, ulama, umat masih butuh proses pemahaman. Ketika persoalan dilihat dari lubang kunci yang kecil, maka akan sempitlah ruang gerak kehidupan ini,” tuturnya filosofis.
Seputar kehidupan beragama, Duski memang banyak terlibat merancang dan melakukan kegiatan di banyak tempat. Mulai dari kegiatan individual dalam bentuk ceramah, sampai jabatan Ketua Bidang Dakwah MUI Sumbar. Ia sepertinya mengantongi banyak permasalahan keummatan yang harus diselesaikan.
“Sepanjang pengamatan saya, aspek spiritualitas itu memang sudah masuk dalam semua ranah kehidupan kita. Persoalannya, kadang memang sudah kehilangan ruh dan gezah ketika ia menjadi bagian dari bentuk-bentuk kegiatan formal. Begitu pula halnya dengan ibadah Qurban. Maknanya yang dalam bisa saja luntur ketika ia menjadi rutinitas tahunan. Oleh karenanya, setiap momen ini hendaknya tidak kaku,” papar suami tercinta Suryati Mansyur SE ini.
“Harus bersama-sama. Pemimpin, ummat dan ulama. Semuanya dengan dalil panggilan hati membangun ummat. Tidak politis, tidak bisnis, tidak kekuasaan dan segala macamnya. Saya melihat, keterkaitan antar lembaga sangat penting,” papar suami tercinta Suryati Mansyur SE ini.
Aktualitas Metodologi
Duski Samad juga dikenal sebagai tokoh dalam dunia tasawuf. Ia mengajarkan mata kuliah Tasawuf Modern. Kajian penting dari pemikiran akademisnya patut dipelajari. Ketika peradaban makin maju, aktualitas metodogi dalam beragama pun harus berubah. “Tidak mungkin statis. Kalau keyakinan sudah pasti satu tonggak, tetapi lapangan kehidupan yang luas, selalu berdekatan dengan musim. Oleh karenanya, berpikir statis dalam lapangan kehidupan maka ummat tertinggal,” ujarnya.
Lalu bagaimana kemajuan ummat dan pemahaman spritualitas bisa mencapai pada harapan yang sesungguhnya. “Pendidikan agama harus total. Tidak bisa setengah-setengah. Umat kita masih minim mendapatkan pengajaran. Sepotong-sepotong yang sangat berbahaya. Ulama juga begitu, harus holistik. Dengan demikian, akan dipahami agama bukan hanya aspek hukum dengan wajah yang beringas. Ia punya aspek kedamaian. Itulah kesalehan sosial yang hendak dicapai dari ibadah haji dan ibadah qurban,” paparnya gamblang.
“Tidak ada kata berhenti untuk memberikan pemahaman kepada umat Islam, sampai kemajuan itu bisa diraih. Tetapi semuanya punya ketergantungan. Dimana, kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan selalu menjadi momok. Maka selain pendidikan yang memiliki totalitas pengetahuan agama, juga peran pemimpin yang mengerti terhadap peran agama. Ini salah satu aspek penting,” tegas Duski.
Dikatakan Duski, keyakinan teguh dibarengi dengan kerja keras yang dipesankan oleh ibadah haji, kurban dan seluruh ibadah yang menyertainya amat sangat patut untuk di hayati dan diimplementasikan dalam kehidupan individu, keluarga, masyarakat dan seluruh anak bangsa. Ketika kita dianugerahi rahmat  dan karunia bumi nan elok, subur dan potensial untuk mendapatkan kesejahteraan yang lebih baik.
“Sudahkah kita optimalkan. Sedih, pilu dan membuat orang arif bertanya-tanya, dosa apa yang dilakukan anak bangsa ini, kenapa bangsa ini masih terseok-seok untuk bangkit dari kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Moment ini cukup tepat untuk kita tanya kepada diri masing-masing,” katanya.
Merujuk banyak ayat dan tafsir juga pendapat pakar, Duski Samad memiliki harapan besar pendekatan pembangunan keagamaan yang diusung pemimpin-pemimpin di segala lini. “Sekarang, spritualitas itu menjadi kebutuhan telak, setelah rasionalisme lelah dengan logika semata. Namun format spiritual itu mesti ditemui dengan tepat. Tidak sembarangan,” ungkap Duski, Asisten Direktur Pasca Sarjana IAIN Imam Bonjol Padang ini.
Percakapan itu lebih dari satu setengah jam. Satu kesimpulan yang selalu terdengung dari buya yang murah senyum ini: Agama membangun moralitas. Ketika moralitas itu sedang bermasalah, tentulah cara beragama masih butuh pendalaman.
“Gali ilmunya sampai ke dasar. Kalau hanya di permukaan, sering airnya keruh. Gali lebih dalam lagi, akan bertemu air jernih. Gali lagi, minyak bumi yang berkhasiat itulah yang akan didapat,” begitu Duski Samad punya filosofi hidup. Biar tak melihat persoalan hanya pada tataran realitas, di baliknya mesti diketahui juga.
Sinergi Ulama Umara dan Ummat
Selain itu, Duski juga mengatakan, peran ulama dalam pengertian lebih luas sesungguhnya merupakan ahli waris para nabi (waratsatul anbiya), pelayan umat (khadimul ummah), dan penerus misi yang diemban Rasulullah Muhammad SAW.
“Namun peran-peran kesejahteraan juga tetap dituntut. Memberikan jawaban atas persoalan ummatnya,” ungkap Duski Samad.
Dipaparkannya, konteks perjuangan bangsa Indonesia ulama diakui sebagai salah satu pilar penyangga perjuangan, baik pada masa penjajahan, pergerakan kemerdekaan dan seluruh perkembangan dalam kehidupan kebangsaan melalui berbagai potensi dan ikhtiar-ikhtiar kebajikan bagi terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.
“Kemajemukan dan keragaman umat Islam dalam pikiran dan paham keagamaan merupakan rahmat bagi umat yang harus diterima sebagai pelangi dinamika untuk mencapai kebenaran hakiki. Sebab sikap menghormati berbagai perbedaan pikiran dan pandangan merupakan wasilah bagi terbentuknya kehidupan kolektif yang dilandasi semangat persaudaraan (ukhuwah), tolong menolong (ta’awun) dan toleransi (tasamuh),” papar Duski.
Lebih dalam lagi,  dikatakan penghisi kolom konsultasi Agama Padang Ekspres ini, ulama sebagai waratsatul anbiya’, menyadari bahwa kewajiban untuk menegakkan kebenaran dan keadilan dengan cara yang baik dan terpuji adalah kewajiban bersama (fardlun jama’iy). Oleh karena itu, kepemimpinan umat Islam yang bersifat kolektif merupakan kewajiban (ijab al-imamah) dalam rangka mewujudkan masyarakat madani (khair al-ummah), yang menekankan nilai-nilai persamaan (al-musawah), keadilan (al-’adalah) dan demokrasi (syura).
Dalam hubungan kepemimpinan di Indonesia, maka ulama Indonesia menyadari peran dan fungsinya sebagai pemimpin umat harus lebih ditingkatkan, sehingga mampu mengarahkan dan mengawal umat Islam dalam menanamkan aqidah Islamiyah, membimbing umat dalam menjalankan ibadat, menuntun umat dalam mengembangkan akhlakul karimah agar terwujud masyarakat yang berkualitas (khair ummah).
Kehadiran ulama dan tokoh umat dalam menuntun kehidupan masyarakat begitu penting dan strategis sekali. Seiring dengan perkembangan kehidupan di era global yang begitu cepat dan mendasar, maka masalah sosial keagamaanpun tumbuh dan berkecambah begitu luas. Pro dan kontra dalam menyikapi perkembangan terkini adalah bahagian penting yang patut dicermati bersama dan dicarikan solusi guna untuk kemaslahatan bersama. Mendialog kekondisi kekinian adalah upaya cerdas untuk menyatukan langkah, program dan agenda bersama membangun umat.
Oleh karenanya, sangat penting visi, pendapat, arah dan kebijakan ulama dan tokoh umat dalam meresponi perkembangan gerakan keagamaan yang menyimpang, peningkatan moralitas umat dan peningkatan peran lembaga umat dan pemerintah daerah di era otonomi.
Pertemuan yang akan dicatat dan direkam dengan sebaik mungkin ini diharapkan dapat menginventarisasikan pikiran, pendapat bersama untuk menjadi pegangan  bersama ulama dan tokoh umat dalam penyikapan terhadap aliran-aliran keagamaan dan penyimpangan keagamaan, penyikapan dalam implementasi undang-undang pornografi dan peraturan gubernur tentang maksiat.
“Hal ini dikaitkan dengan peningkatan hubungan dan kinerja antara ulama dan pemerintah daerah di era otonomi. Dialog-dialog semakin penting dirasakan bila disimak pendapat dan diskusi yang berkembang tentang permasalahan yang dihadapi umat Islam di Sumatera Barat khususnya, di Indonesia umumnya, masalah Internasional sekalipun,” tambah Duski.
Duski memiliki pemikiran terhadap lembaga keagamaan. Mulai dari pentingnya sarana dan dukungan politik untuk majelis ulama agar sinergi membangun ummat bisa terjadi. “Tidak hanya pekerjaan pemerintah saja,” tegasnya. []

CURICULUM VITAE



I. IDENTITAS:
Nama  : PROF. DR. H. DUSKI SAMAD, M. Ag
TT.Lahir: Sikabu, 18 Juli 1960

NIP     : 150 252 327
Pangkat dan Golongan    : Guru Besar /IV b
Pekerjaan  : Dosen/Asisten Direktur Pascasarjana IAIN  IB Padang.
Isteri    : Suryati Mansyur, SE,
Anak-Anak  : 1. Aulia Uzzaki, Alumni Pondok Moderen Gontor  Jawa Timur.
2. Afdal Uzzaki, siswa MtsN Model Padang.
3. Muhammad Fadhli Uzzaki, siswa SMP 1 Padang.
4. Fatmi Fauzani Duski, Siswa MTsN Model Padang.
5. Sahid Ramadhan SD 16 Nanggalo Padang

Alamat :  Jln. Bukittinggi Raya No.758  Perumnas  Siteba  Padang
email:tuankumudoduski@yahoo.com
www.duskisamadppsiainib.blogspot.com
II. KEPANGKATAN:
Guru Besar /IV b, Dosen Akhlak Tasawuf  Fakultas Tarbiyah dan Dosen Pemikiran Islam Pascasarjana IAIN Ib, TMT 01 April 2008.
Lektor Kepala/IV a, Dosen Akhlak Tasawuf  Fakultas Tarbiyah dan Dosen Pemikiran Islam Pascasarjana IAIN Ib, TMT 01 Oktober 2004.
Lektor Muda/III d Dosen Akhlak Tasawuf  Fakultas Tarbiyah,  TMT ,     01 Oktober 2001.
Lektor/III c, Dosen Akhlak Tasawuf  Fakultas Tarbiyah ,TMT.01-10-1999.
Asisten Ahli Madya /III b Dosen Akhlak Tasawuf  Fakultas Tarbiyah, TMT  01 Oktober 1997.
Asisten Ahli /III a Dosen Akhlak Tasawuf   Fakultas Tarbiyah, TMT, 01 Maret 1995
Pegawai Negeri Sipil/ Asisten Dosen Akhlak Tasawuf  Fak.Ushuluddin TMT 01 Desember 1993.
Calon Pegawai (Capeg), Fak. Ushuluddin IAIN / Dosen Kader TMT, 01-03- 1992.

III. PENDIDIKAN
Program Doktor (S.3) Kajian Islam Konsentrasi Tasawuf pada Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Promisi 11 April 2003
Magister Agama (M.Ag) Konsentrasi  Pemikiran Islam Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1999.
Sarjana (Drs) Aqidah Filsafat Fakultas Ushuluddin IAIN,1988.
Sarjana Muda (BA) Fakultas Ushuluddin IAIN IB Padang, tamat 1985.
Madrasah Tarbiyah Islamiyah Batang Kabung Padang. 1973-1980.
Sekolah Dasar  No.2 Sikabu, Lubuk Alung tamat 1973.

IV. PELATIHAN
Pelatihan Kepemimpinan Nasional Pemuda, tahun 1986.
Penataran P.4 Pemuda Nasional, tahun   1987.
Pelatihan Mubaligh dan  Khatib Nasional, tahun 1990.
Pelatihan Pembina Pramuka Nasional, tahun 1994.
Pelatihan Penelitian Ilmiyah Tingkat Lanjutan, tahun  1995.
Kursus Bahasa Asing Dosen IAIN IB, tahun 1996.
Kursus Bahasa Asing Intensif Dosen IAIN IB, tahun 1997.
Pelatihan lain yang berkaitan dengan pengembangan ummat, antara lain Zakat dan penguatan lembaga ummat.

V.PENGALAMAN PEKERJAAN
A. Fungsional dan Struktural
Guru  Madrasah MTI Batang Kabung Padang, 1980-1993.
Kepala Madrasah  Aliyah MTI Batang Kabung Padang 1988-1993.
Dosen kader pada Fakultas Ushuluddin IAIN IB 1988-1993.
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah STIT Syekh Burhanuddin Pariaman 1988 - 1997.
Pembantu Ketua Bidang Akademis   I STIT SB Pariaman 1992-1997.
Dosen Tetap STIT YASTIS Padang 1988-1997.
Dosen Tetap Fakultar Tarbiyah IAIN IB 1993 - sekarang
Dosen Pemikiran Islam  Pascasarjana IAIN  Imam Bonjol 2003,- sekarang
Ketua Program Konsentrasi Peradaban Islam Pascasarjana IAIN Imam Bonjol, 2004-2005.
Asisten Direktur Bidang Administrasi Umum Pascasarjana IAIN Imam Bonjol Padang, 2008. Sekarang.
B. Non Struktural
Pembina Pramuka IAIN IB Padang 1993-1997.
Anggota Peneliti Puslit IAIN Imam Bonjol, 2004. -sekarang
Pembina Nagari Binaan dan Narapidana Pusat Pengabdian IAIN Imam Bonjol, 2005-2008.
Ketua Pusat Pengkajian Islam dan Sumber Daya Manusia (PPI-SDM) IAIN Imam Bonjol 2003-2008.
Anggota Senat Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang tahun 2004-2008.
Anggota Senat IAIN Imam Bonjol Padang, Tahun 2007-2011.
Pengurus Komite Penunjang Pendidikan IAIN Ib, 2004-2008.

VI. KARYA ILMIAH
A.Buku
Kerja Sebagai Ibadah: Relasi Ibadah Vertikal-Horizontal Nuansa Madani, 1999.
Produktivitas Kerja Sebagai  Kesadaran Imani dan Relevansinya dengan Masyarakat Madani, Penerbit Nuansa Madani, Jakarta,
Studi Tasauf  (Sejarah, Tokoh  dan Pemikirannya), Penerbit TMF Press 1998.
Tasawuf Pasca Ibn Arabi, buku, 1999.
Tasawuf di Nusantara, Penerbit TMF Press  2000.
Surau di Era Otonomi, TMF Press, 2001.
Syekh Burhanuddin dan Islamisasi Minangkabau, Penerbit TMF Press 2002.
Adat Bansandi Syarak: Nilai dan Aplikasinya Menuju Kembali  Ke  Nagari dan Surau, Tahun 2003. Penerbit PT.Kartika Insan Lestari Jakarta.
Tradisionalisme  Islam di Tengah Modernisme Minangkabau. TMF Press, 2004.
Taushiyah: Kumpulan Ceramah, Dakwah dan Khutbah, TMF Pres  2005.
Angku Batang Kabung: Kepribadian dan Pengabdiannya, TMF Press, 2004.
Dzikrullah, TMF Press, 2006.
Kontinuitas Tarekat di Minangkabau, TMF Press, 2006.
Tasawuf Positif , TMF Press.2007.
Teras( Kumpulan Artikel 2007), TMF Press, 2008
Penelitian, Jurnal dan Makalah Ilmiah
Surau Sebagai Lembaga  Dakwah  Dan Pendidikandi Sumatera Barat, Puslit IAIN Imam  Bonjol 2005.
Kearifan Lokal Sumatera Barat sebagai Resolusi Konfilk. Kerjasama Puslit IAIN Ib dengan Balai Penelitian LITBANG RI 2006.
Dakwah Kotemporer: Studi Kasus LDII Sumatera Barat, Puslit IAIN IB Padang, 2007.
Simbol Agama Dalam Pilkada di Sumatera Barat, Kerjasama Puslit IAIN IB dengan Balai Penelitian LITBANG RI, 2008.

X. PENGHARGAAN
Piagam Penghargaan  Doktor Terbaik, UIN Jakarta, 2003.
Piagam Penghargaan dan Pin Emas Tokoh Pesanteren Ramadhan dan Pengerak Masyarakat Pemerintah Kota Padang , 2008.
Piagam Penghargaan Ketua Kloter VIII Jamaah Haji, Medan 2005.
Piagam Ketua Rombongan Jamaah Umrah Majlis Dzikir SBY Nurussalam 2008.

1 comment:

  1. Makasih karena nama saya sudah dipajang di Riwayat hidup papa saya



    Dasn tolong kunjungi juga blog saya di www.nokiamoneymaker.blogspot.com

    ReplyDelete