Yose Singgalang
PADANG - SINGGALANG Pada penghujung 2010 ini sebanyak 141.000 rumah ketegori rusak berat dan sedang harus sudah mendapat bantuan rehab rekon. Sebelumnya sudah selesai 7.634 unit. Pada 2011, sebanyak 33.361 unit mendapat bantuan serupa.
Bantuan rehab rekon pascagempa untuk rumah rusak berat Rp15 juta dan rusak sedang Rp10 juta. Pengelolaan dan penyaluran dana ini dilakukan pemerintah lewat kelompok masyarakat (pokmas).
Pada 2010, penyaluran dana dibagi atas tiga tahap. Tahap I untuk 7.634 unit rumah. Tahap IIa 22 ribu dan IIb 120 ribu unit. Rumah tersebut tersebar di berbagai kabupaten kota, terbanyak di Padang Pariaman.
Kepala Dinas Prasjal dan Tarkim Sumbar Dody Ruswandi dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Rehab dan Rekonstruksi I, Fachruddin kepada Singgalang, Kamis (14/10) menyatakan kerusakan rumah memang terbanyak terdapat di Padang Pariaman, yaitu 74.222 unit. Rinciannya berat 57.931 unit dan rusak sedang 16.291 unit. Di posisi kedua Kota Padang dengan 69.413 unit, dengan rincian 33.597 unit rusak berat dan 35.816 rusak sedang.
Saturday, November 27, 2010
Kearifan Lokal Punya Nilai Pendidikan Karakter
PADANG, HALUAN --- Pendidikan karakter yang telah menjadi ketentuan di undang-undang sistem Pendidikan Nasional pada dasarnya telah ada dalam kearifan local di Ranahminang. Tokoh-tokoh kemerdekaan dari Ranahminang, merupakan produk dari pendidikan berkarakter dari Ranahminang.
Demikian dikatakan Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno, usai membuka acara Seminar Nasional Integrilisasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter untuk Membangun Peradaban Bangsa Berkualitas, di Pasca Sarjana IAIN Imam Bonjol Padang, Kamis (25/11).
“Ya. Seperti pendidikan surau itu. Memberikan pendidikan lebih. Kognitif, apektif dan psikomotorik,” jawab Irwan ketika ditanya wartawan.
Irwan dalam sambutannya menyatakan kebahagiaan atas kehadiran UU Sisdiknas yang mencantumkan pendidikan karakter. Pengalaman empiris sebagai pendidik yang ia tempuh selama ini telah membuktikan pentingnya pendidikan karakter tersebut.
“Saya bangga, karena saya ketua tim Rancangan Undang-Undang (RUU) ini. Kini tugas kita, tugas para pakar pendidikan, adalah mencari pola terbaru dari pendidikan berkarakter tersebut,” tutur Irwan.
Pengetahuan yang diberikan sekolah, masih bersifat kognitif, belum banyak lembaga pendidikan yang berhasil masuk dan berusaha untuk ke wilayah apektif dan psikomotorik. Karena memang, system pendidikan yang ada baru mampu demikian.
Wednesday, November 3, 2010
Mellyarti Syarif
Ujian Promovendus Dr. Mellyarti Syarif, M.Pd.
Layanan Rumah Sakit Bagian dari Obat untuk Sehat
PADANG --- Sejak terjadi peralihan sistem pengelolaan rumah sakit dari sosial oriented ke economic orinted, dari Perusahaan Jawatan (Perjan) ke Badan Layanan Usaha (BLU), juga diikuti perubahan iklim pelayanan kesehatan.
Salah satu dampaknya, rumah sakit dituntut lebih professional, dewasa, mandiri agar mampu bersaing. Selain menghadirkan peralatan canggih, dokter ahli, dan obat yang mujarab, rumah sakit juga butuh kehadiran para konselor.
Komplain pasien dan keluarga pasien di rumah sakit, umumnya bukanlah obat apa yang dipakai, tetapi pelayanan dan layanan prima dari manajemen rumah sakit. Persoalan seperti ini, merupakan wilayah kerja konselor, memberi pemahaman kepada pasien, memberi pengobatan kepada pasien dari sisi spiritualitas.
“Terbukit, pasien yang mendapat pelayanan bimbingan konseling di rumah sakit memperoleh kenyamanan dan kesabaran dalam menghadapi penyakit yang tengah dihadapinya. Ia akan mendapatkan kepuasan yang sangat tinggi dalam pelayanan rumah sakit,” ungkap Mellyarti Syarif menyimpulkan hasil disertasinya, di Aula Pascasarjana IAIN Imam Bonjol Padang, Kamis (5/8) malam.
Friday, October 29, 2010
Mahasiswa dan Dosen AMIK-STMIK Jayanusa Belajar Jurnalistik
Puluhan mahasiswa dan dosen mengikuti workshop jurnalistik yang diadakan AMIK-STMIK Jayanusa, di kampus Jalan Damar 69 E Padang, Sabtu (23/10/2010). Dalam worskhop tersebut, tampil sebagai pembicara mantan wartawan senior Padang Ekspres Grup Abdullah Khusairi, M.A.
Dosen jurnalistik di IAIN Imam Bonjol Padang itu tampil atraktif dan interaktif dalam mengupas tuntas teori dan praktik jurnalistik. Dasar-dasar jurnalistik, penulisan sebuah berita, teknik menulis kreatif dan kode etik jurnalistik serta cara kerja seorang jurnalis.
"Dalam menjalankan tugasnya, jurnalis harus jeli dan peka melihat berbagai persoalan atau kejadian yang ada di sekitarnya," katanya.
Pada kesempatan itu, dia mendorong para mahasiswa dan dosen untuk aktif menulis, meskipun mereka bernaung dalam lingkup pendidikan komputer.
"Menulis apa saja, yang bermanfaat bagi kemaslatahan ummat" kata mantan Wakil Pemimpin Redaksi Posemtero Padang dan Redaktur Pelaksana Padang Ekspres itu.
Untuk tahap awal, sambung mantan Pemimpin Redaksi News Portal www.padang-today.com itu, karya tulis seperti berita, artikel, puisi, dan cerpen bisa diseleksi untuk dimuat di penerbitan kampus "Info Clik" yang ada di AMIK-STMIK Jayanusa.
"Setelah itu, baru beranikan diri mengirimkan karya tulisnya ke media-media lokal maupun nasional."
Ketua Yayasan AMIK-STMIK Jayanusa Irwan Kinun menyebutkan, workshop jurnalistik ini sengaja diadakan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa dan dosen tentang dunia jurnalistik hingga bagaimana menghasilkan suatu karya jurnalistik yang baik.
"Selain menambah pengetahuan bagi mahasiswa dan dosen, di kampus ini kita juga punya media kampus "Info Click" yang bisa dijadikan wadah bagi mereka untuk menyalurkan minat dan bakat di bidang kepenulisan. Setelah eksis nanti, diharapkan mereka bisa menulis di media massa luar kampus," kata Irwan Kinun didampingi Ketua Pelaksana Workshop Isnardi S.Kom.[] sumber: www.padang-today.com
Dosen jurnalistik di IAIN Imam Bonjol Padang itu tampil atraktif dan interaktif dalam mengupas tuntas teori dan praktik jurnalistik. Dasar-dasar jurnalistik, penulisan sebuah berita, teknik menulis kreatif dan kode etik jurnalistik serta cara kerja seorang jurnalis.
"Dalam menjalankan tugasnya, jurnalis harus jeli dan peka melihat berbagai persoalan atau kejadian yang ada di sekitarnya," katanya.
Pada kesempatan itu, dia mendorong para mahasiswa dan dosen untuk aktif menulis, meskipun mereka bernaung dalam lingkup pendidikan komputer.
"Menulis apa saja, yang bermanfaat bagi kemaslatahan ummat" kata mantan Wakil Pemimpin Redaksi Posemtero Padang dan Redaktur Pelaksana Padang Ekspres itu.
Untuk tahap awal, sambung mantan Pemimpin Redaksi News Portal www.padang-today.com itu, karya tulis seperti berita, artikel, puisi, dan cerpen bisa diseleksi untuk dimuat di penerbitan kampus "Info Clik" yang ada di AMIK-STMIK Jayanusa.
"Setelah itu, baru beranikan diri mengirimkan karya tulisnya ke media-media lokal maupun nasional."
Ketua Yayasan AMIK-STMIK Jayanusa Irwan Kinun menyebutkan, workshop jurnalistik ini sengaja diadakan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa dan dosen tentang dunia jurnalistik hingga bagaimana menghasilkan suatu karya jurnalistik yang baik.
"Selain menambah pengetahuan bagi mahasiswa dan dosen, di kampus ini kita juga punya media kampus "Info Click" yang bisa dijadikan wadah bagi mereka untuk menyalurkan minat dan bakat di bidang kepenulisan. Setelah eksis nanti, diharapkan mereka bisa menulis di media massa luar kampus," kata Irwan Kinun didampingi Ketua Pelaksana Workshop Isnardi S.Kom.[] sumber: www.padang-today.com
Monday, October 18, 2010
Launching Buku Perempuan Bawang & Lelaki Kayu
Menanak Pengalaman Jadi Cerita
Ulasan terhadap Perempuan Bawang & Lelaki Kayu karya Ragdi F. Daye
Oleh: Abdullah Khusairi, M.A.
Suatu hari, entah kapan, seorang mahasiswa menghampiri meja kerja saya di Harian Pagi Padang Ekspres. Dia kelak akhirnya jadi penulis! Ia datang bersahaja dan banyak bertanya. Lalu menyodorkan karyanya. Seterusnya, saya sering menelepon, untuk sekedar menyapa dan bertanya soal karya terbaru untuk halaman sastra yang saya asuh waktu itu.
Itulah Ragdi F. Daye, yang kita kenal hari ini, penulis Perempuan Bawang & Lelaki Kayu, yang kita bicarakan proses kreatifnya. Cerpen-cerpen di dalam buku ini, telah menempatkan Ragdi F. Daye bagian dari penulis yang lahir dari Ranahminang.
Sering sekali kami terlibat dalam diskusi tentang proses kreatif dan mengikuti banyak ajang lomba. Salah satu yang membuat salut kepada penulis satu ini, ia konsisten berjuang untuk eksis melalui seluruh kekuatan akses. Ia berhasil dan bisa menerbitkan buku ini. Selamat!
*
Membaca satu per satu cerpen yang terhimpun dalam Perempuan Bawang & Laki-Laki Kayu, ada beberapa catatan untuk kita diskusikan bersama. Catatan ini tak mengacu kepada teori kritik sastra. Selain tidak punya kompetensi, juga saya juga telah membaca epilog dari Bramantio yang sudah lengkap menelaah dari banyak sisi.
Sungguhpun begitu, bukan tidak ada celah yang dapat untuk diberi telisik dengan sasaran, menggali lebih jauh sisi lain kepenulisan dan tentu saja mendorong penulis buku ini, kita semua untuk terus menggali dan menggali hingga lebih “dalam” setiap tema kehidupan untuk mendapatkan “ma’rifat” dari kepengarangan.
Membicarakan karya sastra, biasanya tidak lepas dari tema, teknik, konflik, dan ending. Perempuan Bawang & Laki-Laki Kayu juga bisa dilihat di sisi ini. Saya selalu melihat hal ini sebelum memuat karya sastra. Antara satu penulis dengan penulis lain, selalu punya kelebihan tersendiri. Ragdi F. Daye, bagi saya, memiliki keragaman tema.
Pertanyaan awalnya, kenapa lahir sebuah karya? Inilah wilayah paling filosofis penulis melaksanakan kegiatannya. Dan jawaban paling mungkin tersebut adalah: Penyampaian Pesan! Pesan tersebut biasanya, keresahan, kritik sosial, sedihan, juga cita-cita. Alam idealitas seperti inilah yang kuat mendorong seseorang untuk menulis. Dari pengalaman kehidupan yang dimaknai dengan ketajaman naluriah maka lahirlah pesan dalam bentuk proses kreatif. Pelajaran yang dapat diambil dari buku Perempuan Bawang & Laki-Laki Kayu, betapa penulisnya memiliki banyak pesan yang ingin disampaikan. Namun jika diikat dalam sebuah kalimat pendek saja, perenungan panjang penulis tentang pengalaman hidup telah ditanak menjadi deretan cerita yang matang.
Tema-tema yang diangkat seputar kehidupan yang dimiliki memang enak dijalin jadi cerita. Minim sekali kesan, Ragdi F Daye bercerita hanya untuk cerita. Selalu ada “Sesuatu yang ingin dikatakannya.” Boleh jadi bentuknya pemberontakan, kritik social, perasaan penulis, dari apa yang telah diamatinya selama ini.
Teknik-teknik penceritaan yang kuat dengan narasi yang dibangun, telah membawa kita ke wilayah imajinasi sebuah tempat, perasaan, juga sikap dari tokoh terhadap suatu hal. Ini pula membuat kita tergelitik. Pada posisi ini, bagi sebagian orang teknik penceritaan tidak lagi penting.
Begitulah, termasuk dalam hal konflik. Perempuan Bawang & Laki-Laki Kayu bagi saya menawarkan konflik-konflik yang kadang tak lazim. Perdebatan dan kejutan yang diberikan, menunjukkan sikap penulis untuk menerangkan sesuatu. Di sini, segenap informasi tentang sesuatu itu dijelaskan secara mendalam. Baik melalui tokoh maupun melalui narasi bagi pengarang. Pengarang buku ini juga berhasil di sini menyelipkan kalimat-kalimat sastrawi. Memang terkesan minim, tetapi kalimat-kalimat yang dibangun sebagai narasi yang minim tetapi kuat.
Dan ini memang pernah kami bicarakan dalam sebuah diskusi di redaksi, Ragdi bertanya soal persiapan lomba untuk Creative Writing Institute (CWI-Kemenpora) 2006. Kebetulan setahun sebelumnya, saya ikut pelatihan CWI 2005 atas karya saya, Lima Puluh Ribu Rupiah yang Jatuh ke Ember Merah (La Runduma, 2005). Saya menjelaskan soal suspense dalam konflik. Juga kejutan demi kejutan yang harus dibangun dalam dramatisasi cerita. Kapan perlu di setiap paragraph. Ini ditangkap Ragdi dan Iggoy El Fitra waktu itu. Akhirnya Punggung karya Ragdi masuk nominasi dan termaktub dalam Loktong (CWI, 2006)
Pesan-pesan dalam buku ini sangat banyak dapat disimak. Bahkan, beberapa cerita mengisyaratkan "kenakalan" penulis memasuki wilayah pemahaman spiritualitas. Ironi pada "Mungkin Malaikat Asyik Berzapin" sangat jelas konstruksi masyarakat miskin kota dengan pemahaman agama yang sangat jauh dari harapan meraih kesalehan sosial. Dimana, keluarga terbengkalai hanya karena 'itikaf. Ini sebuah otokritik aliran-aliran dalam Islam. Saya salut kepada penulis mencari celah masuk yang menusuk terhadap pemahaman agama yang menelantarkan keluarga kecil Soka.
Cerpen Perempuan Bawang bagi saya, punya komentar, penulis ingin menuliskan ironi kemiskinan. Hidup berada adalah mimpi semua orang. Sementara garis nasib di ujung takdir tak bisa serta merta dialihkan. Sebab kekuasaan atas pasar tak bisa dimiliki oleh pedagang kecil. Sebentuk protes pada keadaan memang menjadi “material” cerita yang patut bagi penulis.
Cerpen Kubah. Sebuah realitas yang ditangkap penulis menjadi cerita dengan ketegangan yang cukup tinggi dan cepat. Dan saya ingat Dan Brown yang menulis Angels and Demons. Kepentingan ekonomi menyaru dalam masalah agama memang kadang-kadang membuat pengarang tertarik untuk mempertanyakannya; kenapa masih ada orang yang beragama tetapi tidak taat. Wilayah agama yang sudah terinstitusi juga kadang-kadang membuat birokrasi yang membuat kita harus memberontak karenanya.
Cerpen Jarak. Soal Solok-Padang memang banyak sekali ada dalam kumpulan cerpen ini. Tapi Jarak bagi saya adalah bentuk Malin Kundang versi abad ini. Tapi yakinlah, bahwa kerinduan atas akar asal selalu menjadi masalah bagi siapapun yang telah jauh melangkah. Ini terjadi baik di wilayah rohani maupun jasmani.
Ragdi F. Daye bagi saya dalam Perempuan Bawang, Kubah, Jarak, Lelaki Kayu, Di Solok Aku akan Mati Perlahan, Bibir Pak Gur Bengkok, Nostalgia, Seorang Lelaki dan Boneka, Seekor Anjing Yang Menangis, Rumah Lumut, Lekuk Teluk, Empat Meter dari Pangkal, Lereng, Mungkin Jibril Asyik Berzapin dan Rumah yang Menggigil, seorang penulis yang menganyam pengalaman dan pengetahuannya jadi cerita. Beberapa memang ada dari imajinasi liar dan kenakalannya bertanya. Misalnya, Seorang Lelaki dan Boneka.
Terakhir, kita mesti menunggu karya-karya dari penulis berkacamata ini. Saya sangat yakin, selepas ia menuntaskan masa lajangnya beberapa tahun lalu, dan telah punya keturunan, ada corak cerita baru yang ditawarkannya. Sebab, proses kreatif tidak bisa lepas dari suasana dari penulisnya. Terima kasih. []
Abdullah Khusairi, lahir di Sarolangun, 16 April 1977. Menye¬lesaikan pendidikan Srata 1 Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah IAIN Imam Bonjol Padang (Tamat 2000). Aktif di pers mahasiswa, Suara Kampus. Melanjutkan Strata2 Filsafat Islam Program Pascasarjana (PPs) di lembaga yang sama (Tamat 2008). Sejak tahun 2000 bergabung ke Harian Pagi Padang Ekspres, Padang TV (2007), Posmetro Padang (2008), Padang-Today.com (2009).
Tahun 2010 memasuki ke wilayah akademis. Jadi dosen. Di sela-sela kesibukan, menyempatkan diri menulis fiksi. Aktif di Majelis Sinergi Agama dan Tradisi (Magistra) Indonesia. Cerpen dan esai tercecer di La Runduma (CWI-Kepmenpora; 2005), Opera Zaman (Grafindo; Jogja 2006), The Regala 204 B (Grapuraja; Jogja 2006), Kumpulan Cerpen Khas Ranesi, (Grasindo, 2007), Taufik Ismail di Mata Mahasiswa (Horison, 2008), Sayap Bidadari, Memorilibia Gempa 7,9 SR Sumbar, (Fahima, 2010). Juara I Journalist Writing Competitions Tentang Terumbu Karang Dinas Perikanan dan Kelautan (DPK) Sumbar 2009. Hingga kini intens menulis. Blog, www.ruangkita.com, email, abdullahkhusairi@yahoo.com.
Ulasan terhadap Perempuan Bawang & Lelaki Kayu karya Ragdi F. Daye
Oleh: Abdullah Khusairi, M.A.
Suatu hari, entah kapan, seorang mahasiswa menghampiri meja kerja saya di Harian Pagi Padang Ekspres. Dia kelak akhirnya jadi penulis! Ia datang bersahaja dan banyak bertanya. Lalu menyodorkan karyanya. Seterusnya, saya sering menelepon, untuk sekedar menyapa dan bertanya soal karya terbaru untuk halaman sastra yang saya asuh waktu itu.
Itulah Ragdi F. Daye, yang kita kenal hari ini, penulis Perempuan Bawang & Lelaki Kayu, yang kita bicarakan proses kreatifnya. Cerpen-cerpen di dalam buku ini, telah menempatkan Ragdi F. Daye bagian dari penulis yang lahir dari Ranahminang.
Sering sekali kami terlibat dalam diskusi tentang proses kreatif dan mengikuti banyak ajang lomba. Salah satu yang membuat salut kepada penulis satu ini, ia konsisten berjuang untuk eksis melalui seluruh kekuatan akses. Ia berhasil dan bisa menerbitkan buku ini. Selamat!
*
Membaca satu per satu cerpen yang terhimpun dalam Perempuan Bawang & Laki-Laki Kayu, ada beberapa catatan untuk kita diskusikan bersama. Catatan ini tak mengacu kepada teori kritik sastra. Selain tidak punya kompetensi, juga saya juga telah membaca epilog dari Bramantio yang sudah lengkap menelaah dari banyak sisi.
Sungguhpun begitu, bukan tidak ada celah yang dapat untuk diberi telisik dengan sasaran, menggali lebih jauh sisi lain kepenulisan dan tentu saja mendorong penulis buku ini, kita semua untuk terus menggali dan menggali hingga lebih “dalam” setiap tema kehidupan untuk mendapatkan “ma’rifat” dari kepengarangan.
Membicarakan karya sastra, biasanya tidak lepas dari tema, teknik, konflik, dan ending. Perempuan Bawang & Laki-Laki Kayu juga bisa dilihat di sisi ini. Saya selalu melihat hal ini sebelum memuat karya sastra. Antara satu penulis dengan penulis lain, selalu punya kelebihan tersendiri. Ragdi F. Daye, bagi saya, memiliki keragaman tema.
Pertanyaan awalnya, kenapa lahir sebuah karya? Inilah wilayah paling filosofis penulis melaksanakan kegiatannya. Dan jawaban paling mungkin tersebut adalah: Penyampaian Pesan! Pesan tersebut biasanya, keresahan, kritik sosial, sedihan, juga cita-cita. Alam idealitas seperti inilah yang kuat mendorong seseorang untuk menulis. Dari pengalaman kehidupan yang dimaknai dengan ketajaman naluriah maka lahirlah pesan dalam bentuk proses kreatif. Pelajaran yang dapat diambil dari buku Perempuan Bawang & Laki-Laki Kayu, betapa penulisnya memiliki banyak pesan yang ingin disampaikan. Namun jika diikat dalam sebuah kalimat pendek saja, perenungan panjang penulis tentang pengalaman hidup telah ditanak menjadi deretan cerita yang matang.
Tema-tema yang diangkat seputar kehidupan yang dimiliki memang enak dijalin jadi cerita. Minim sekali kesan, Ragdi F Daye bercerita hanya untuk cerita. Selalu ada “Sesuatu yang ingin dikatakannya.” Boleh jadi bentuknya pemberontakan, kritik social, perasaan penulis, dari apa yang telah diamatinya selama ini.
Teknik-teknik penceritaan yang kuat dengan narasi yang dibangun, telah membawa kita ke wilayah imajinasi sebuah tempat, perasaan, juga sikap dari tokoh terhadap suatu hal. Ini pula membuat kita tergelitik. Pada posisi ini, bagi sebagian orang teknik penceritaan tidak lagi penting.
Begitulah, termasuk dalam hal konflik. Perempuan Bawang & Laki-Laki Kayu bagi saya menawarkan konflik-konflik yang kadang tak lazim. Perdebatan dan kejutan yang diberikan, menunjukkan sikap penulis untuk menerangkan sesuatu. Di sini, segenap informasi tentang sesuatu itu dijelaskan secara mendalam. Baik melalui tokoh maupun melalui narasi bagi pengarang. Pengarang buku ini juga berhasil di sini menyelipkan kalimat-kalimat sastrawi. Memang terkesan minim, tetapi kalimat-kalimat yang dibangun sebagai narasi yang minim tetapi kuat.
Dan ini memang pernah kami bicarakan dalam sebuah diskusi di redaksi, Ragdi bertanya soal persiapan lomba untuk Creative Writing Institute (CWI-Kemenpora) 2006. Kebetulan setahun sebelumnya, saya ikut pelatihan CWI 2005 atas karya saya, Lima Puluh Ribu Rupiah yang Jatuh ke Ember Merah (La Runduma, 2005). Saya menjelaskan soal suspense dalam konflik. Juga kejutan demi kejutan yang harus dibangun dalam dramatisasi cerita. Kapan perlu di setiap paragraph. Ini ditangkap Ragdi dan Iggoy El Fitra waktu itu. Akhirnya Punggung karya Ragdi masuk nominasi dan termaktub dalam Loktong (CWI, 2006)
Pesan-pesan dalam buku ini sangat banyak dapat disimak. Bahkan, beberapa cerita mengisyaratkan "kenakalan" penulis memasuki wilayah pemahaman spiritualitas. Ironi pada "Mungkin Malaikat Asyik Berzapin" sangat jelas konstruksi masyarakat miskin kota dengan pemahaman agama yang sangat jauh dari harapan meraih kesalehan sosial. Dimana, keluarga terbengkalai hanya karena 'itikaf. Ini sebuah otokritik aliran-aliran dalam Islam. Saya salut kepada penulis mencari celah masuk yang menusuk terhadap pemahaman agama yang menelantarkan keluarga kecil Soka.
Cerpen Perempuan Bawang bagi saya, punya komentar, penulis ingin menuliskan ironi kemiskinan. Hidup berada adalah mimpi semua orang. Sementara garis nasib di ujung takdir tak bisa serta merta dialihkan. Sebab kekuasaan atas pasar tak bisa dimiliki oleh pedagang kecil. Sebentuk protes pada keadaan memang menjadi “material” cerita yang patut bagi penulis.
Cerpen Kubah. Sebuah realitas yang ditangkap penulis menjadi cerita dengan ketegangan yang cukup tinggi dan cepat. Dan saya ingat Dan Brown yang menulis Angels and Demons. Kepentingan ekonomi menyaru dalam masalah agama memang kadang-kadang membuat pengarang tertarik untuk mempertanyakannya; kenapa masih ada orang yang beragama tetapi tidak taat. Wilayah agama yang sudah terinstitusi juga kadang-kadang membuat birokrasi yang membuat kita harus memberontak karenanya.
Cerpen Jarak. Soal Solok-Padang memang banyak sekali ada dalam kumpulan cerpen ini. Tapi Jarak bagi saya adalah bentuk Malin Kundang versi abad ini. Tapi yakinlah, bahwa kerinduan atas akar asal selalu menjadi masalah bagi siapapun yang telah jauh melangkah. Ini terjadi baik di wilayah rohani maupun jasmani.
Ragdi F. Daye bagi saya dalam Perempuan Bawang, Kubah, Jarak, Lelaki Kayu, Di Solok Aku akan Mati Perlahan, Bibir Pak Gur Bengkok, Nostalgia, Seorang Lelaki dan Boneka, Seekor Anjing Yang Menangis, Rumah Lumut, Lekuk Teluk, Empat Meter dari Pangkal, Lereng, Mungkin Jibril Asyik Berzapin dan Rumah yang Menggigil, seorang penulis yang menganyam pengalaman dan pengetahuannya jadi cerita. Beberapa memang ada dari imajinasi liar dan kenakalannya bertanya. Misalnya, Seorang Lelaki dan Boneka.
Terakhir, kita mesti menunggu karya-karya dari penulis berkacamata ini. Saya sangat yakin, selepas ia menuntaskan masa lajangnya beberapa tahun lalu, dan telah punya keturunan, ada corak cerita baru yang ditawarkannya. Sebab, proses kreatif tidak bisa lepas dari suasana dari penulisnya. Terima kasih. []
Abdullah Khusairi, lahir di Sarolangun, 16 April 1977. Menye¬lesaikan pendidikan Srata 1 Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah IAIN Imam Bonjol Padang (Tamat 2000). Aktif di pers mahasiswa, Suara Kampus. Melanjutkan Strata2 Filsafat Islam Program Pascasarjana (PPs) di lembaga yang sama (Tamat 2008). Sejak tahun 2000 bergabung ke Harian Pagi Padang Ekspres, Padang TV (2007), Posmetro Padang (2008), Padang-Today.com (2009).
Tahun 2010 memasuki ke wilayah akademis. Jadi dosen. Di sela-sela kesibukan, menyempatkan diri menulis fiksi. Aktif di Majelis Sinergi Agama dan Tradisi (Magistra) Indonesia. Cerpen dan esai tercecer di La Runduma (CWI-Kepmenpora; 2005), Opera Zaman (Grafindo; Jogja 2006), The Regala 204 B (Grapuraja; Jogja 2006), Kumpulan Cerpen Khas Ranesi, (Grasindo, 2007), Taufik Ismail di Mata Mahasiswa (Horison, 2008), Sayap Bidadari, Memorilibia Gempa 7,9 SR Sumbar, (Fahima, 2010). Juara I Journalist Writing Competitions Tentang Terumbu Karang Dinas Perikanan dan Kelautan (DPK) Sumbar 2009. Hingga kini intens menulis. Blog, www.ruangkita.com, email, abdullahkhusairi@yahoo.com.
Thursday, October 14, 2010
Menyusuri Sumatera Lewat Hollywood
Oleh: Dahlan Iskan, Dirut PLN
SETELAH menelusuri Sulawesi, saya kembali melakukan perjalanan jauh. Dari Lampung terus ke utara. Bahkan sampai mendekati Hollywood dan bermalam di Bil Hotel di Kingstone.
Orang Sumsel memang selalu bangga menyebut Kota Kayu Agung dalam bahasa Inggris (Hollywood) dan Baturaja menjadi Kingstone. Sedangkan Bil Hotel tadi sebenarnya hanya singkatan dari Bukit Indah Lestari.
Karena berangkat dari Lampung sudah sore, rombongan baru tiba di Kingstone, eh Baturaja, pukul 00.00. Tanggal sudah berubah menjadi 22 September 2010. Makan malam yang disiapkan teman-teman PLN setempat menjadi mirip makan sahur di bulan Syawal.
Kali ini, perjalanan dimulai dari melihat PLTU Tarahan (Lampung) 2 x 100 MW yang sering bermasalah. Mirip PLTU Labuan Angin di Sibolga. Ada saja bagian dari boiler yang rusak. Bulan depan, persoalan tersebut harus selesai. PLTU Tarahan harus bisa menjadi andalan untuk mencegah terulangnya krisis listrik di Lampung. Terutama krisis listrik yang kronis yang selalu terjadi pada setiap musim kemarau.
Ketika saya tiba di Tarahan, satu boiler-nya sudah berhasil diperbaiki. Bulan depan giliran boiler unit-2 pun bisa sembuh total. Tim PLN telah belajar banyak dari kasus itu. Kini, mereka tahu kelemahan apa saja di sistem boiler CFB. Baik yang buatan Eropa seperti di Tarahan maupun yang buatan Tiongkok seperti yang di Labuan Angin. Banyak bagian di boiler sistem itu yang rusak karena “kalah” oleh flow batu bara.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, saya lebih bangga kalau tim PLN sendiri yang mengatasi. Sambil belajar keras. Saya tidak mau PLN bergantung pada tenaga asing. Maka, kami pun memutuskan agar PLTU Tarahan dijadikan pusat kajian dan pusat belajar untuk sistem CFB.
Memiliki kemampuan sendiri tersebut penting karena PLN segera memiliki banyak sekali pembangkit baru yang menggunakan sistem CFB. Yakni, PLTU-PLTU proyek 10.000 MW tahap I. Mengoperasikan PLTU dengan boiler sistem CFB memang barang baru bagi PLN.
Untuk membina kemampuan diri sendiri itu pula, di Tarahan dibangun fasilitas simulasi pengoperasian CFB. Di sinilah para calon operator PLTU CFB bisa belajar.
Selesai meninjau PLTU tersebut, perjalanan dilanjutkan ke proyek PLTU Tarahan Baru yang berjarak hanya setengah jam perjalanan darat. Itulah proyek 10.000 MW di Lampung yang mulainya sudah sangat terlambat. Di sini, kami mendiskusikan bagaimana caranya agar unit-1 PLTU itu sudah bisa sinkron Juni tahun depan.
Mengapa Juni? Juni adalah awal musim kemarau. Setiap musim kemarau, Sumbagsel selalu mengalami krisis listrik. Tidak pernah teratasi. Itu terjadi karena danau untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Maninjau, Singkarak, dan Bukit Panjang kekurangan air. Akibatnya, wilayah tersebut bisa kehilangan listrik sampai 350 MW.
Kalau saja PLTU Tarahan dalam keadaan sehat dan unit-1 Tarahan Baru berhasil beroperasi, kekurangan 350 MW itu bisa tertutupi. Apalagi, PLTU milik swasta di Simpang Blimbing, dekat Prabumulih, juga akan selesai pada Juni tahun depan. Di atas kertas, kekurangan listrik akibat kemarau akan bisa diatasi karena dari Simpang Blimbing akan dapat tambahan 230 MW.
Menjelang senja, kami meluncur ke pedalaman. Teman-teman PLN di Kota Metro sudah menunggu. Banyak persoalan di kawasan itu. Mulai tegangan listrik yang tidak stabil, banyaknya kecurangan dalam penyambungan, sampai soal nasib sekitar 100.000 rumah yang berlangganan listrik lewat koperasi yang menginginkan pindah ke PLN.
Jajaran PLN di Lampung kini memang lagi gencar melakukan berbagai penertiban. Tak ayal bila reaksi keras bermunculan. Terutama dari mereka yang merasa akan kehilangan objekan. Sangat banyak SMS dari Lampung yang masuk ke HP saya. Umumnya berisi caci-maki kepada jajaran PLN. Dalam dialog di Metro itu, salah seorang pimpinan PLN setempat mengemukakan kegalauan perasaannya. Dia khawatir jangan-jangan saya terpengaruh oleh SMS-SMS tersebut.
Di situ saya kemukakan bahwa saya bisa membedakan mana SMS yang tulus dan mana SMS yang bulus. Maka, saya tegaskan: Direksi PLN berdiri tegak mendukung upaya penertiban yang dilakukan di Lampung.
Tepuk tangan bergema keras. Itu pertanda bahwa teman-teman PLN Lampung tidak akan gentar memerangi praktik-praktik curang selama ini.
Soal tidak stabilnya tegangan juga bisa dipecahkan dalam dialog tersebut. Sebab, dalam rombongan itu, ikut juga Direktur Operasi Indonesia Barat Harry Jaya Pahlawan, Direktur Perencanaan dan Teknologi Nasri Sebayang, serta beberapa staf penting PLN. “Saya lihat gardu induk di dekat sini sudah selesai dibangun. Apakah bisa segera difungsikan?” tanya seorang manajer di Metro.
Kesimpulan dialog: bisa! Maka, malam itu juga gardu induk tersebut bisa dioperasikan. Memang masih ada masalah kecil, namun tiga hari setelah itu benar-benar bisa menyelesaikan keluhan tegangan yang sudah bertahun-tahun lamanya.
Pukul 21.00, kami berhenti di kantor PLN Ranting Kota Bumi. Ternyata, masih banyak karyawan yang menunggu. Karena banyak pegawai baru yang latihan kerja di ranting itu, kami pun berdoa mudah-mudahan mereka yang umumnya masih bujangan tersebut bisa segera mendapatkan jodoh di desa itu. Kalau tidak, he he, mereka akan minta cepat-cepat dipindah ke Jawa.
Karena baru pukul 00.00 tiba di Baturaja, malam itu hanya sempat tidur empat jam. Pukul 05.00, rombongan sudah harus bergerak ke proyek PLTU Simpang Blimbing yang sudah saya sebut di atas. Letaknya jauh di pedalaman hutan karet Sumatera Selatan.
Itulah PLTU mulut tambang satu-satunya yang sudah dikerjakan. Puluhan proyek PLTU mulut tambang lainnya baru sampai di bibir belaka. Saya menyampaikan penghargaan kepada pimpinan Shenhua atas keseriusan investor ini. Di Simpang Blimbing, kami bisa melihat sistem kerja yang sangat profesional. Semua serba teratur: penyiapan lahannya, penempatan materialnya, flow pekerjaannya, dan kerapian proyeknya. Dan yang lebih penting: ketepatan jadwal penyelesaiannya, Juni 2011.
Proyek Simpang Blimbing juga merupakan PLTU pertama di Indonesia yang akan menggunakan mesin pengering batu bara. Memang, moistur (tingkat kebasahan) batu bara Simpang Blimbing sangat tinggi. Hampir 50 persen. Kalorinya ternyata juga hanya 2.300. Namun, dengan mesin pengering itu, batu bara yang begitu jelek bisa dimanfaatkan.
Dari sini, perjalanan terus menuju utara membelah bagian tengah Pulau Sumatera. Tengah hari, sampailah di PLTU Bukit Asam. Lalu, mampir lagi di kantor PLN Cabang Lahat, Cabang Lubuk Linggau, dan pukul 21.00 tiba di lokasi PLTU kecil Sarolangun. Itu sudah bukan di wilayah Lampung atau Sumsel, melainkan sudah masuk Provinsi Jambi.
Di wilayah itulah saya mendapatkan renungan yang dalam. Akan diapakankah batu bara yang begitu melimpah di kawasan pedalaman Sumatera ini? Kawasan itu begitu jauh dari pantai. Untuk mengangkutnya ke pantai timur, perlu membuat jalan 300 km. Ke pantai barat terhalang pegunungan Bukit Barisan. Saya mendiskusikannya sepanjang jalan.
Mungkinkah batu bara yang melimpah tersebut bisa menjadi sumber kemakmuran rakyat setempat. Apa peran PLN untuk pertumbuhan ekonomi wilayah itu? Dari sinilah kami berpikir untuk membangun saja PLTU-PLTU besar mulut tambang berikutnya. Baik untuk kepentingan Sumatera masa depan maupun untuk ekspor listrik ke Malaysia. Apalagi, transmisi 275 kv trans-Sumatera telah selesai dibangun dan tepat melewati kawasan itu. Lebih baik mengirim listrik daripada mengirim batu bara ke mana-mana.
Di pedalaman Jambi ini keluhan akan listrik juga sama: tegangan yang tidak stabil. Maklum, kawasan tersebut jauh dari mana-mana. Selesainya PLTU kecil (2 x 7 MW) di Sarolangun (Oktober ini beroperasi) akan banyak membantu memperbaiki tegangan tersebut. Itulah PLTU kecil tapi cabai rawit.
Maka, dalam peninjauan tersebut, saya kemukakan satu filsafat kuno. “Gunung tidak harus tinggi, yang penting ada dewanya. Sungai tidak perlu dalam, yang penting ada naganya.” Orang hidup itu tidak harus hebat dan serbabesar. Yang penting bisa penuh arti atau tidak. Saya lebih menghargai proyek kecil yang penuh arti daripada proyek besar yang tidak jelas tujuannya.
Di kota kecil Sarolangun itu, saya juga belajar menahan diri. Dalam acara makan malam bersama bupati setempat, disajikanlah durian kebanggaan setempat. Yakni, durian yang jumlahnya tidak banyak tapi selalu dicari orang sampai mancanegara. Namanya durian hujan emas.
Saya sungguh tidak tahan memandangnya. Air liur saya mulai menggenangi mulut. Sebenarnya, saya tidak berminat menyentuhnya. Tapi, air liur itu telah lebih dulu menggerakkan tangan saya. Lap! Sejumput durian masuk ke mulut. Bukan main lezatnya. Pimpinan Jambi Ekspres yang mencegat saya di Sarolangun melihat itu. Dia segera menyingkirkan sisanya. Saya pun selamat dari ambisi besar menghabiskan si hujan emas.
Di Sarolangun, saya juga hanya tidur beberapa jam. Sebelum subuh sudah harus meneruskan perjalanan ke Ombilin. Tentu harus mampir di Bangko untuk salat subuh dan untuk memenuhi keinginan arus bawah yang kuat: toilet.
Tentu kami pusing di Ombilin. Mau diapakan PLTU Ombilin yang 2 x 100 MW itu” Konsep awal PLTU tersebut adalah mulut tambang. Ombilin memang kota batu bara yang amat legendaris. Sejak zaman Belanda sudah ada tambang batu bara di dekat Kota Sawahlunto ini. Masih terlihat bekas-bekas peninggalan tua di mana-mana. Tapi, batu bara itu menipis. PLTU kita yang masih relatif baru tidak mendapatkan pasokan yang cukup. Terpaksalah sebagian besar batu bara didatangkan dari Jambi. Jaraknya 200 km! Alangkah dilematisnya PLTU itu.
Memang ada rencana PT Bukit Asam untuk menambang bawah tanah di Ombilin. Tapi, ternyata baru wacana. Saya perlu banyak ide untuk mengatasi persoalan tersebut. Kepada pimpinan daerah setempat, saya kemukakan barangkali hanya Tiongkok yang cocok mengerjakan tambang bawah tanah. Mungkin orang kita tidak cocok mengerjakannya. Terutama karena kita-kita ini harus sering istirahat keluar dari lubang tambang. Misalnya, untuk salat lima waktu. Masalahnya: Apakah rakyat setempat rela melihat semua penambang itu datang dari luar negeri?
Masih banyak yang harus kami singgahi hari itu: PLN Cabang Solok, PLTU Teluk Sirih, PLN Cabang Padang, dan P3B Sumatera. Di Cabang Solok, kami melangsungkan dialog di teras saja. Ditemani kue-kue lokal yang amat lezat. Teman-teman PLN Solok sudah menyiapkan acara di gedung pertemuan. Namun, karena kami sudah berjam-jam berada di ruangan sempit (mobil), kami ingin agar bisa agak lama di udara terbuka.
Dalam dialog di taman itulah persoalan tegangan di kawasan tersebut juga berhasil dipecahkan. Di kota kecil Lubuk Gadang dan Liku, misalnya, tegangan listrik tinggal 9 dari yang seharusnya 20 atau 21. Tegangan di situ begitu jelek karena berjarak 240 km dari gardu induk terdekat. Itulah, saya pikir, jaringan penyulang 20 kv terpanjang di Indonesia. Maka, saya buka diskusi untuk menyelesaikannya. Akhirnya, pimpinan tertinggi PLN Sumbar, Krisna Simbaputra, menemukan jalan keluar. Salah satu genset di Kota Sungai Penuh akan dipindah ke kota kecil itu. Fungsinya untuk memperbaiki tegangan.
Memang ada persoalan sosial: Apakah rakyat Sungai Penuh yang belum lama bergembira karena terbebas dari krisis listrik itu tidak marah” Kalau salah satu pembangkit di kota tersebut dipindah, bisa saja masyarakat mengira akan terjadi krisis listrik lagi. Itu mirip dengan suasana di Medan.
Sebenarnya ada beberapa pembangkit di Medan yang sudah menganggur. Namun, PLN tidak berani memindahnya sekadar karena ingin menjaga perasaan orang Medan. Rakyat Medan masih trauma dengan krisis listrik yang akut pada masa lalu. Mereka khawatir krisis listrik akan terulang kalau mesin dipindah. Padahal, tidak begitu. Lalu, bagaimana agar masyarakat tetap tenang” Mungkin pemindahannya dilakukan pukul 00.00 menunggu orang tidur semua.
Kabel 20 kv yang mencapai 240 km seperti itu jelas tidak baik. Seharusnya ada gardu induk di tengah-tengahnya. Tapi, di Padang ternyata ada yang lebih panjang: 270 km! Rasanya, itulah penyulang yang benar-benar terpanjang di Indonesia. Yakni, jaringan dari Padang yang menuju Kota Indrapura dan Tapan arah Bengkulu. Tegangan juga payah di sini. Untuk itu, tidak ada jalan lain kecuali menambah gardu induk di tengahnya.
Ketika seluruh karyawan PLN Padang selesai salat asar berjamaah di masjid PLN Cabang Padang, saya diminta memberikan ceramah. Saya manfaatkan waktu itu tidak untuk berkhotbah, tapi untuk mendiskusikan persoalan tegangan di Tapan tersebut.
Ternyata, PLN setempat siap dengan jalan keluar. Akan dibangun GI khusus dengan peralatan yang dicarikan di berbagai gudang PLN di seluruh Indonesia. Dalam waktu enam bulan, GI itu sudah akan selesai dibangun. Di masjid tersebut, sambil lesehan, persoalan berat puluhan tahun itu terselesaikan.
Perjalanan panjang tiga hari ini seperti happy ending di Teluk Sirih, tidak jauh dari Teluk Bayur. Di proyek PLTU 2 x 100 MW ini, saya menemukan sikap manajer proyek yang mengesankan. Jalan masuk ke proyek itu memang masih payah, apalagi sedang diguyur hujan. Tapi, proyek tersebut kayaknya tidak akan banyak persoalan.
Ketika kami tiba di lokasi, sang manajer mengatakan begini: Bapak-bapak, serahkan proyek ini kepada kami, berikan kami kepercayaan, akan kami jalankan dengan penuh tanggung jawab dan akan selesai tepat waktu. Kami hanya perlu doa saja!
Mendengar sapaan itu, saya dan teman direksi saling berpandangan. Lalu, kami memutuskan untuk tidak banyak cakap. Bahkan tidak jadi turun dari mobil. “Inilah pimpinan proyek yang berkarakter,” komentar Nasri Sebayang. “Kalau semua kepala proyek seperti ini, cerita 10.000 MW akan lain,” sambung Harry Jaya Pahlawan.
Maka, kami pun langsung ke Bandara Padang. Kelelahan jalan darat selama tiga hari seperti terobati. Bahkan, saya sampai lupa mencatat nama manajer proyek yang hebat itu! (*) sumber: www.jpnn.com
SETELAH menelusuri Sulawesi, saya kembali melakukan perjalanan jauh. Dari Lampung terus ke utara. Bahkan sampai mendekati Hollywood dan bermalam di Bil Hotel di Kingstone.
Orang Sumsel memang selalu bangga menyebut Kota Kayu Agung dalam bahasa Inggris (Hollywood) dan Baturaja menjadi Kingstone. Sedangkan Bil Hotel tadi sebenarnya hanya singkatan dari Bukit Indah Lestari.
Karena berangkat dari Lampung sudah sore, rombongan baru tiba di Kingstone, eh Baturaja, pukul 00.00. Tanggal sudah berubah menjadi 22 September 2010. Makan malam yang disiapkan teman-teman PLN setempat menjadi mirip makan sahur di bulan Syawal.
Kali ini, perjalanan dimulai dari melihat PLTU Tarahan (Lampung) 2 x 100 MW yang sering bermasalah. Mirip PLTU Labuan Angin di Sibolga. Ada saja bagian dari boiler yang rusak. Bulan depan, persoalan tersebut harus selesai. PLTU Tarahan harus bisa menjadi andalan untuk mencegah terulangnya krisis listrik di Lampung. Terutama krisis listrik yang kronis yang selalu terjadi pada setiap musim kemarau.
Ketika saya tiba di Tarahan, satu boiler-nya sudah berhasil diperbaiki. Bulan depan giliran boiler unit-2 pun bisa sembuh total. Tim PLN telah belajar banyak dari kasus itu. Kini, mereka tahu kelemahan apa saja di sistem boiler CFB. Baik yang buatan Eropa seperti di Tarahan maupun yang buatan Tiongkok seperti yang di Labuan Angin. Banyak bagian di boiler sistem itu yang rusak karena “kalah” oleh flow batu bara.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, saya lebih bangga kalau tim PLN sendiri yang mengatasi. Sambil belajar keras. Saya tidak mau PLN bergantung pada tenaga asing. Maka, kami pun memutuskan agar PLTU Tarahan dijadikan pusat kajian dan pusat belajar untuk sistem CFB.
Memiliki kemampuan sendiri tersebut penting karena PLN segera memiliki banyak sekali pembangkit baru yang menggunakan sistem CFB. Yakni, PLTU-PLTU proyek 10.000 MW tahap I. Mengoperasikan PLTU dengan boiler sistem CFB memang barang baru bagi PLN.
Untuk membina kemampuan diri sendiri itu pula, di Tarahan dibangun fasilitas simulasi pengoperasian CFB. Di sinilah para calon operator PLTU CFB bisa belajar.
Selesai meninjau PLTU tersebut, perjalanan dilanjutkan ke proyek PLTU Tarahan Baru yang berjarak hanya setengah jam perjalanan darat. Itulah proyek 10.000 MW di Lampung yang mulainya sudah sangat terlambat. Di sini, kami mendiskusikan bagaimana caranya agar unit-1 PLTU itu sudah bisa sinkron Juni tahun depan.
Mengapa Juni? Juni adalah awal musim kemarau. Setiap musim kemarau, Sumbagsel selalu mengalami krisis listrik. Tidak pernah teratasi. Itu terjadi karena danau untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Maninjau, Singkarak, dan Bukit Panjang kekurangan air. Akibatnya, wilayah tersebut bisa kehilangan listrik sampai 350 MW.
Kalau saja PLTU Tarahan dalam keadaan sehat dan unit-1 Tarahan Baru berhasil beroperasi, kekurangan 350 MW itu bisa tertutupi. Apalagi, PLTU milik swasta di Simpang Blimbing, dekat Prabumulih, juga akan selesai pada Juni tahun depan. Di atas kertas, kekurangan listrik akibat kemarau akan bisa diatasi karena dari Simpang Blimbing akan dapat tambahan 230 MW.
Menjelang senja, kami meluncur ke pedalaman. Teman-teman PLN di Kota Metro sudah menunggu. Banyak persoalan di kawasan itu. Mulai tegangan listrik yang tidak stabil, banyaknya kecurangan dalam penyambungan, sampai soal nasib sekitar 100.000 rumah yang berlangganan listrik lewat koperasi yang menginginkan pindah ke PLN.
Jajaran PLN di Lampung kini memang lagi gencar melakukan berbagai penertiban. Tak ayal bila reaksi keras bermunculan. Terutama dari mereka yang merasa akan kehilangan objekan. Sangat banyak SMS dari Lampung yang masuk ke HP saya. Umumnya berisi caci-maki kepada jajaran PLN. Dalam dialog di Metro itu, salah seorang pimpinan PLN setempat mengemukakan kegalauan perasaannya. Dia khawatir jangan-jangan saya terpengaruh oleh SMS-SMS tersebut.
Di situ saya kemukakan bahwa saya bisa membedakan mana SMS yang tulus dan mana SMS yang bulus. Maka, saya tegaskan: Direksi PLN berdiri tegak mendukung upaya penertiban yang dilakukan di Lampung.
Tepuk tangan bergema keras. Itu pertanda bahwa teman-teman PLN Lampung tidak akan gentar memerangi praktik-praktik curang selama ini.
Soal tidak stabilnya tegangan juga bisa dipecahkan dalam dialog tersebut. Sebab, dalam rombongan itu, ikut juga Direktur Operasi Indonesia Barat Harry Jaya Pahlawan, Direktur Perencanaan dan Teknologi Nasri Sebayang, serta beberapa staf penting PLN. “Saya lihat gardu induk di dekat sini sudah selesai dibangun. Apakah bisa segera difungsikan?” tanya seorang manajer di Metro.
Kesimpulan dialog: bisa! Maka, malam itu juga gardu induk tersebut bisa dioperasikan. Memang masih ada masalah kecil, namun tiga hari setelah itu benar-benar bisa menyelesaikan keluhan tegangan yang sudah bertahun-tahun lamanya.
Pukul 21.00, kami berhenti di kantor PLN Ranting Kota Bumi. Ternyata, masih banyak karyawan yang menunggu. Karena banyak pegawai baru yang latihan kerja di ranting itu, kami pun berdoa mudah-mudahan mereka yang umumnya masih bujangan tersebut bisa segera mendapatkan jodoh di desa itu. Kalau tidak, he he, mereka akan minta cepat-cepat dipindah ke Jawa.
Karena baru pukul 00.00 tiba di Baturaja, malam itu hanya sempat tidur empat jam. Pukul 05.00, rombongan sudah harus bergerak ke proyek PLTU Simpang Blimbing yang sudah saya sebut di atas. Letaknya jauh di pedalaman hutan karet Sumatera Selatan.
Itulah PLTU mulut tambang satu-satunya yang sudah dikerjakan. Puluhan proyek PLTU mulut tambang lainnya baru sampai di bibir belaka. Saya menyampaikan penghargaan kepada pimpinan Shenhua atas keseriusan investor ini. Di Simpang Blimbing, kami bisa melihat sistem kerja yang sangat profesional. Semua serba teratur: penyiapan lahannya, penempatan materialnya, flow pekerjaannya, dan kerapian proyeknya. Dan yang lebih penting: ketepatan jadwal penyelesaiannya, Juni 2011.
Proyek Simpang Blimbing juga merupakan PLTU pertama di Indonesia yang akan menggunakan mesin pengering batu bara. Memang, moistur (tingkat kebasahan) batu bara Simpang Blimbing sangat tinggi. Hampir 50 persen. Kalorinya ternyata juga hanya 2.300. Namun, dengan mesin pengering itu, batu bara yang begitu jelek bisa dimanfaatkan.
Dari sini, perjalanan terus menuju utara membelah bagian tengah Pulau Sumatera. Tengah hari, sampailah di PLTU Bukit Asam. Lalu, mampir lagi di kantor PLN Cabang Lahat, Cabang Lubuk Linggau, dan pukul 21.00 tiba di lokasi PLTU kecil Sarolangun. Itu sudah bukan di wilayah Lampung atau Sumsel, melainkan sudah masuk Provinsi Jambi.
Di wilayah itulah saya mendapatkan renungan yang dalam. Akan diapakankah batu bara yang begitu melimpah di kawasan pedalaman Sumatera ini? Kawasan itu begitu jauh dari pantai. Untuk mengangkutnya ke pantai timur, perlu membuat jalan 300 km. Ke pantai barat terhalang pegunungan Bukit Barisan. Saya mendiskusikannya sepanjang jalan.
Mungkinkah batu bara yang melimpah tersebut bisa menjadi sumber kemakmuran rakyat setempat. Apa peran PLN untuk pertumbuhan ekonomi wilayah itu? Dari sinilah kami berpikir untuk membangun saja PLTU-PLTU besar mulut tambang berikutnya. Baik untuk kepentingan Sumatera masa depan maupun untuk ekspor listrik ke Malaysia. Apalagi, transmisi 275 kv trans-Sumatera telah selesai dibangun dan tepat melewati kawasan itu. Lebih baik mengirim listrik daripada mengirim batu bara ke mana-mana.
Di pedalaman Jambi ini keluhan akan listrik juga sama: tegangan yang tidak stabil. Maklum, kawasan tersebut jauh dari mana-mana. Selesainya PLTU kecil (2 x 7 MW) di Sarolangun (Oktober ini beroperasi) akan banyak membantu memperbaiki tegangan tersebut. Itulah PLTU kecil tapi cabai rawit.
Maka, dalam peninjauan tersebut, saya kemukakan satu filsafat kuno. “Gunung tidak harus tinggi, yang penting ada dewanya. Sungai tidak perlu dalam, yang penting ada naganya.” Orang hidup itu tidak harus hebat dan serbabesar. Yang penting bisa penuh arti atau tidak. Saya lebih menghargai proyek kecil yang penuh arti daripada proyek besar yang tidak jelas tujuannya.
Di kota kecil Sarolangun itu, saya juga belajar menahan diri. Dalam acara makan malam bersama bupati setempat, disajikanlah durian kebanggaan setempat. Yakni, durian yang jumlahnya tidak banyak tapi selalu dicari orang sampai mancanegara. Namanya durian hujan emas.
Saya sungguh tidak tahan memandangnya. Air liur saya mulai menggenangi mulut. Sebenarnya, saya tidak berminat menyentuhnya. Tapi, air liur itu telah lebih dulu menggerakkan tangan saya. Lap! Sejumput durian masuk ke mulut. Bukan main lezatnya. Pimpinan Jambi Ekspres yang mencegat saya di Sarolangun melihat itu. Dia segera menyingkirkan sisanya. Saya pun selamat dari ambisi besar menghabiskan si hujan emas.
Di Sarolangun, saya juga hanya tidur beberapa jam. Sebelum subuh sudah harus meneruskan perjalanan ke Ombilin. Tentu harus mampir di Bangko untuk salat subuh dan untuk memenuhi keinginan arus bawah yang kuat: toilet.
Tentu kami pusing di Ombilin. Mau diapakan PLTU Ombilin yang 2 x 100 MW itu” Konsep awal PLTU tersebut adalah mulut tambang. Ombilin memang kota batu bara yang amat legendaris. Sejak zaman Belanda sudah ada tambang batu bara di dekat Kota Sawahlunto ini. Masih terlihat bekas-bekas peninggalan tua di mana-mana. Tapi, batu bara itu menipis. PLTU kita yang masih relatif baru tidak mendapatkan pasokan yang cukup. Terpaksalah sebagian besar batu bara didatangkan dari Jambi. Jaraknya 200 km! Alangkah dilematisnya PLTU itu.
Memang ada rencana PT Bukit Asam untuk menambang bawah tanah di Ombilin. Tapi, ternyata baru wacana. Saya perlu banyak ide untuk mengatasi persoalan tersebut. Kepada pimpinan daerah setempat, saya kemukakan barangkali hanya Tiongkok yang cocok mengerjakan tambang bawah tanah. Mungkin orang kita tidak cocok mengerjakannya. Terutama karena kita-kita ini harus sering istirahat keluar dari lubang tambang. Misalnya, untuk salat lima waktu. Masalahnya: Apakah rakyat setempat rela melihat semua penambang itu datang dari luar negeri?
Masih banyak yang harus kami singgahi hari itu: PLN Cabang Solok, PLTU Teluk Sirih, PLN Cabang Padang, dan P3B Sumatera. Di Cabang Solok, kami melangsungkan dialog di teras saja. Ditemani kue-kue lokal yang amat lezat. Teman-teman PLN Solok sudah menyiapkan acara di gedung pertemuan. Namun, karena kami sudah berjam-jam berada di ruangan sempit (mobil), kami ingin agar bisa agak lama di udara terbuka.
Dalam dialog di taman itulah persoalan tegangan di kawasan tersebut juga berhasil dipecahkan. Di kota kecil Lubuk Gadang dan Liku, misalnya, tegangan listrik tinggal 9 dari yang seharusnya 20 atau 21. Tegangan di situ begitu jelek karena berjarak 240 km dari gardu induk terdekat. Itulah, saya pikir, jaringan penyulang 20 kv terpanjang di Indonesia. Maka, saya buka diskusi untuk menyelesaikannya. Akhirnya, pimpinan tertinggi PLN Sumbar, Krisna Simbaputra, menemukan jalan keluar. Salah satu genset di Kota Sungai Penuh akan dipindah ke kota kecil itu. Fungsinya untuk memperbaiki tegangan.
Memang ada persoalan sosial: Apakah rakyat Sungai Penuh yang belum lama bergembira karena terbebas dari krisis listrik itu tidak marah” Kalau salah satu pembangkit di kota tersebut dipindah, bisa saja masyarakat mengira akan terjadi krisis listrik lagi. Itu mirip dengan suasana di Medan.
Sebenarnya ada beberapa pembangkit di Medan yang sudah menganggur. Namun, PLN tidak berani memindahnya sekadar karena ingin menjaga perasaan orang Medan. Rakyat Medan masih trauma dengan krisis listrik yang akut pada masa lalu. Mereka khawatir krisis listrik akan terulang kalau mesin dipindah. Padahal, tidak begitu. Lalu, bagaimana agar masyarakat tetap tenang” Mungkin pemindahannya dilakukan pukul 00.00 menunggu orang tidur semua.
Kabel 20 kv yang mencapai 240 km seperti itu jelas tidak baik. Seharusnya ada gardu induk di tengah-tengahnya. Tapi, di Padang ternyata ada yang lebih panjang: 270 km! Rasanya, itulah penyulang yang benar-benar terpanjang di Indonesia. Yakni, jaringan dari Padang yang menuju Kota Indrapura dan Tapan arah Bengkulu. Tegangan juga payah di sini. Untuk itu, tidak ada jalan lain kecuali menambah gardu induk di tengahnya.
Ketika seluruh karyawan PLN Padang selesai salat asar berjamaah di masjid PLN Cabang Padang, saya diminta memberikan ceramah. Saya manfaatkan waktu itu tidak untuk berkhotbah, tapi untuk mendiskusikan persoalan tegangan di Tapan tersebut.
Ternyata, PLN setempat siap dengan jalan keluar. Akan dibangun GI khusus dengan peralatan yang dicarikan di berbagai gudang PLN di seluruh Indonesia. Dalam waktu enam bulan, GI itu sudah akan selesai dibangun. Di masjid tersebut, sambil lesehan, persoalan berat puluhan tahun itu terselesaikan.
Perjalanan panjang tiga hari ini seperti happy ending di Teluk Sirih, tidak jauh dari Teluk Bayur. Di proyek PLTU 2 x 100 MW ini, saya menemukan sikap manajer proyek yang mengesankan. Jalan masuk ke proyek itu memang masih payah, apalagi sedang diguyur hujan. Tapi, proyek tersebut kayaknya tidak akan banyak persoalan.
Ketika kami tiba di lokasi, sang manajer mengatakan begini: Bapak-bapak, serahkan proyek ini kepada kami, berikan kami kepercayaan, akan kami jalankan dengan penuh tanggung jawab dan akan selesai tepat waktu. Kami hanya perlu doa saja!
Mendengar sapaan itu, saya dan teman direksi saling berpandangan. Lalu, kami memutuskan untuk tidak banyak cakap. Bahkan tidak jadi turun dari mobil. “Inilah pimpinan proyek yang berkarakter,” komentar Nasri Sebayang. “Kalau semua kepala proyek seperti ini, cerita 10.000 MW akan lain,” sambung Harry Jaya Pahlawan.
Maka, kami pun langsung ke Bandara Padang. Kelelahan jalan darat selama tiga hari seperti terobati. Bahkan, saya sampai lupa mencatat nama manajer proyek yang hebat itu! (*) sumber: www.jpnn.com
Wednesday, October 13, 2010
Bantuan Gempa Tahap I Sisakan Catatan
Syamsul Maarif : Jangan Sampai Laporan Lebih Indah dari Warna Aslinya
Padang---Realisasi bantuan tahap I untuk rehab dan rekon pascagempa Sumbar belum sampai separuh. Dalam perjalannya, bantuan tersebut sudah menyisakan sejumlah catatan untuk disampaikan ke inspektorat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Namun, laporan realisasi bantuan tahap I tersebut haruslah seindah warna aslinya di lapangan.
Harapan tersebut disampaikan Kepala BNPB Syamsul Maarif usai rapat koordinasi antara BNPB dengan instansi terkait di daerah. Dengan demikian, laporan yang disampaikan ke penanggung jawab dan masyarakat bisa diterima oleh semua pihak.
”Jangan sampai laporan lebih indah dari warna aslinya. Dan, perlu dijelaskan kepada masyarakat penerima bantuan, bahwa bantuan ini adalah stimulan, bukan kompensasi atas kerusakan atau kerugian yang diderita korban gempa,” ujarnya usai rapat yang berlangsung di Pangeran Beach Hotel, Rabu (14/7).
Dari laporan yang ia peroleh dari Tim Pendukung Teknis (TPT) Rehab Rekon Sumbar, realisasi bantuan tahap I per 14 Juli mencapai 38 persen untuk realisasi fisik dan 43,91 persen untuk realisasi keuangan. Jika dibandingkan dengan realisasi bantuan serupa di Provinsi Jawa Barat yang gempanya terjadi sebulan sebelum gempa Padang, Sumbar jauh tertinggal. “Namun, kita tidak bisa membandingkan antara keduanya karena tingkat kerusakannya berbeda,” lanjut Syamsul didampingi staf ahli Menkokesra Djasri Marin.
Setidaknya, sebut Syamul, kondisi ini bisa memperbaiki pengelolaan anggaran bantuan gempa tahap I yang telah digelontorkan sebesar Rp313 miliar, November 2009 silam. Catatan dari bantuan tahap I, menurutnya bukanlah cacat. Sebab, dari laporan yang ia terima, keterlambatan realisasi lebih karena prosedur administrasi dan aturannya yang mengharuskan seperti itu.
Dimana, di bantuan tahap I, pencairan bantuan pengelolaannya disertakan dengan APBD. Jadinya, harus melewati proses persetujuan yang panjang dan disesuaikan dengan kegiatan APBD. “Semua ingin cepat. Tapi jangan sampai melanggar prosedur. Ikutilah prosedur yang ada, ” lanjutnya.
Meski demikian, ia berharap dalam pengelolaannya nanti, improvisasi yang tidak melanggar aturan tadi. Ia mengakui, dalam penyusunan aturan, pengelola bantuan memang dilibatkan. Namun, dampak yang terjadi memang sulit ditebak. Makanya, dalam penyaluran bantuan tahap II senilai Rp350 miliar yang masih menunggu persetujuan Permenkeu, bisa lebih baik karena mekanismenya telah diubah.
Makanya, ia mengharapkan semua pihak yang terlibat, baik di daerah ataupun di pusat tidak merasa kewenangannya tergilas. Sebab, posisi BPBD di daerah ataupun BNPB di pusat hanyalah sebatas koordinasi. “Sebagai amanat UU No 24 tahun 2007, tugas penanggulangan bencana itu hanya dikoordinir BNPB dengan dukungan kementerian terkait,” ulas Syamsul.
Realisasi Tahap I
Sejauh ini, berdasarkan laporan TPT Rehab dan Rekon Sumbar, sektor perumahan bidang perbaikan rumah masyarakat realisasi keuangannya mencapai 40,56 persen. Sementara, realisasi fisiknya 40 persen. Kemudian, untuk relokasi, realisasi keuangan mencapai 64 persen dan fisik 34,54 persen.
Sementara, di bidang infrastruktur, menurut Koordinator TPT RR Sumbar Sugimin Pranoto, bidang jalan dan jembatan realisasi fisiknya 40,15 persen dan realisasi fisik 46 persen. Anggaran tahap I-nya mencapai Rp48,4 miliar. Bidang irigasi, dari Rp37,8 miliar, realiasi keuangannya 23,70 persen dan fisik 53,28 persen. Bidang air minum dan sanitasi, bermodal dana Rp7 miliar, realisasi keuangan 8,1 persen dan fisiknya 40 persen.
Di sektor sosial, khususnya bidang kesehatan, dengan anggaran tahap I sebesar Rp22,7 miliar, realisasi keuangannya mencapai 63,2 persen dan realisasi fisik 70,98 persen. Kemudian, sektor ekonomi produktif yang meliputi bidang pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, perdagangan dan industri kecil, realisasi fisiknya ada yang mencapai 100 persen. Yakni bidang perkebunan dan peternakan masing-masing dengan realisasi keuangan 57 persen dari Rp225 juta dan 98,4 persen dari Rp1,18 miliar.
Realisasi terendah adalah bidang perdagangan dan industri kecil dengan realisasi keuangan 52 persen dari Rp11,9 miliar dan fisik 46,9 persen. Di atasnya, bidang perikanan telah menghabiskan 43,3 persen dari Rp2,16 miliar dengan realisasi fisik 59,4 persen. Terakhir, bidang pertanian yang menghabiskan 27,7 persen dari Rp28 miliar dengan pelaksanaan fisik mencapai 78,3 persen.
Kemudian, untuk sektor pendampingan dan pengurangan resiko bencana realisasi keuangan sudah mencapai 10,42 persen dari Rp22,5 miliar dengan pelaksanaan fisik 50 persen. ”Selain karena proses administrasi yang panjang, di sejumlah sektor terjadi double anggaran. Karena tidak dibolehkan, anggaran dari BNPB ditahan dulu untuk program berikutnya. Misalnya, di bidang kesehatan yang telah mendapatkan bantuan dari NGO asing,” bebernya.
Soal kelebihan anggaran tahap I ini, ia pastikan akan diteruskan untuk masyarakat kembali. Soal aturan, karena sudah tergabung dalam APBD, tentunya ada pembicaraan khusus antara Pemprov dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) agar tidak jadi masalah di kemudian hari.
Sementara, dalam kesempatan tersebut, wakil dari BPKP Sumbar menyatakan, pada prinsipnya bantuan tersebut dapat memang dapat disalurkan kembali ke masyarakat. Dengan catatan, tetap dianggarkan kembali lewat APBD sebagaimana bantuan tahap I disalurkan. Jadi, tidak ada pengalihan pengelolaan seperti yang disebutkan sebelumnya.
Kemudian, peruntutan atau pengusulan anggaran tersebut tetap untuk rehab dan rekon pascagempa. Tentunya, dalam pelaksanaan anggaran tersebut memang digunakan untuk rehab dan rekon. [Abdullah Khusairi] Sumber Buletting RR Edisi V Juli Tahun I 2010
Padang---Realisasi bantuan tahap I untuk rehab dan rekon pascagempa Sumbar belum sampai separuh. Dalam perjalannya, bantuan tersebut sudah menyisakan sejumlah catatan untuk disampaikan ke inspektorat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Namun, laporan realisasi bantuan tahap I tersebut haruslah seindah warna aslinya di lapangan.
Harapan tersebut disampaikan Kepala BNPB Syamsul Maarif usai rapat koordinasi antara BNPB dengan instansi terkait di daerah. Dengan demikian, laporan yang disampaikan ke penanggung jawab dan masyarakat bisa diterima oleh semua pihak.
”Jangan sampai laporan lebih indah dari warna aslinya. Dan, perlu dijelaskan kepada masyarakat penerima bantuan, bahwa bantuan ini adalah stimulan, bukan kompensasi atas kerusakan atau kerugian yang diderita korban gempa,” ujarnya usai rapat yang berlangsung di Pangeran Beach Hotel, Rabu (14/7).
Dari laporan yang ia peroleh dari Tim Pendukung Teknis (TPT) Rehab Rekon Sumbar, realisasi bantuan tahap I per 14 Juli mencapai 38 persen untuk realisasi fisik dan 43,91 persen untuk realisasi keuangan. Jika dibandingkan dengan realisasi bantuan serupa di Provinsi Jawa Barat yang gempanya terjadi sebulan sebelum gempa Padang, Sumbar jauh tertinggal. “Namun, kita tidak bisa membandingkan antara keduanya karena tingkat kerusakannya berbeda,” lanjut Syamsul didampingi staf ahli Menkokesra Djasri Marin.
Setidaknya, sebut Syamul, kondisi ini bisa memperbaiki pengelolaan anggaran bantuan gempa tahap I yang telah digelontorkan sebesar Rp313 miliar, November 2009 silam. Catatan dari bantuan tahap I, menurutnya bukanlah cacat. Sebab, dari laporan yang ia terima, keterlambatan realisasi lebih karena prosedur administrasi dan aturannya yang mengharuskan seperti itu.
Dimana, di bantuan tahap I, pencairan bantuan pengelolaannya disertakan dengan APBD. Jadinya, harus melewati proses persetujuan yang panjang dan disesuaikan dengan kegiatan APBD. “Semua ingin cepat. Tapi jangan sampai melanggar prosedur. Ikutilah prosedur yang ada, ” lanjutnya.
Meski demikian, ia berharap dalam pengelolaannya nanti, improvisasi yang tidak melanggar aturan tadi. Ia mengakui, dalam penyusunan aturan, pengelola bantuan memang dilibatkan. Namun, dampak yang terjadi memang sulit ditebak. Makanya, dalam penyaluran bantuan tahap II senilai Rp350 miliar yang masih menunggu persetujuan Permenkeu, bisa lebih baik karena mekanismenya telah diubah.
Makanya, ia mengharapkan semua pihak yang terlibat, baik di daerah ataupun di pusat tidak merasa kewenangannya tergilas. Sebab, posisi BPBD di daerah ataupun BNPB di pusat hanyalah sebatas koordinasi. “Sebagai amanat UU No 24 tahun 2007, tugas penanggulangan bencana itu hanya dikoordinir BNPB dengan dukungan kementerian terkait,” ulas Syamsul.
Realisasi Tahap I
Sejauh ini, berdasarkan laporan TPT Rehab dan Rekon Sumbar, sektor perumahan bidang perbaikan rumah masyarakat realisasi keuangannya mencapai 40,56 persen. Sementara, realisasi fisiknya 40 persen. Kemudian, untuk relokasi, realisasi keuangan mencapai 64 persen dan fisik 34,54 persen.
Sementara, di bidang infrastruktur, menurut Koordinator TPT RR Sumbar Sugimin Pranoto, bidang jalan dan jembatan realisasi fisiknya 40,15 persen dan realisasi fisik 46 persen. Anggaran tahap I-nya mencapai Rp48,4 miliar. Bidang irigasi, dari Rp37,8 miliar, realiasi keuangannya 23,70 persen dan fisik 53,28 persen. Bidang air minum dan sanitasi, bermodal dana Rp7 miliar, realisasi keuangan 8,1 persen dan fisiknya 40 persen.
Di sektor sosial, khususnya bidang kesehatan, dengan anggaran tahap I sebesar Rp22,7 miliar, realisasi keuangannya mencapai 63,2 persen dan realisasi fisik 70,98 persen. Kemudian, sektor ekonomi produktif yang meliputi bidang pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, perdagangan dan industri kecil, realisasi fisiknya ada yang mencapai 100 persen. Yakni bidang perkebunan dan peternakan masing-masing dengan realisasi keuangan 57 persen dari Rp225 juta dan 98,4 persen dari Rp1,18 miliar.
Realisasi terendah adalah bidang perdagangan dan industri kecil dengan realisasi keuangan 52 persen dari Rp11,9 miliar dan fisik 46,9 persen. Di atasnya, bidang perikanan telah menghabiskan 43,3 persen dari Rp2,16 miliar dengan realisasi fisik 59,4 persen. Terakhir, bidang pertanian yang menghabiskan 27,7 persen dari Rp28 miliar dengan pelaksanaan fisik mencapai 78,3 persen.
Kemudian, untuk sektor pendampingan dan pengurangan resiko bencana realisasi keuangan sudah mencapai 10,42 persen dari Rp22,5 miliar dengan pelaksanaan fisik 50 persen. ”Selain karena proses administrasi yang panjang, di sejumlah sektor terjadi double anggaran. Karena tidak dibolehkan, anggaran dari BNPB ditahan dulu untuk program berikutnya. Misalnya, di bidang kesehatan yang telah mendapatkan bantuan dari NGO asing,” bebernya.
Soal kelebihan anggaran tahap I ini, ia pastikan akan diteruskan untuk masyarakat kembali. Soal aturan, karena sudah tergabung dalam APBD, tentunya ada pembicaraan khusus antara Pemprov dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) agar tidak jadi masalah di kemudian hari.
Sementara, dalam kesempatan tersebut, wakil dari BPKP Sumbar menyatakan, pada prinsipnya bantuan tersebut dapat memang dapat disalurkan kembali ke masyarakat. Dengan catatan, tetap dianggarkan kembali lewat APBD sebagaimana bantuan tahap I disalurkan. Jadi, tidak ada pengalihan pengelolaan seperti yang disebutkan sebelumnya.
Kemudian, peruntutan atau pengusulan anggaran tersebut tetap untuk rehab dan rekon pascagempa. Tentunya, dalam pelaksanaan anggaran tersebut memang digunakan untuk rehab dan rekon. [Abdullah Khusairi] Sumber Buletting RR Edisi V Juli Tahun I 2010
Saturday, October 2, 2010
Gempa Sumbar
Kunci Pintu Sekali Putar, Apatisme yang Mekar
Abdullah Khusairi, MA
Bencana gempa telah melahirkan luka lara panjang. Menghancurkan infrastruktur. Meruntuhkan sendi-sendi kehidupan. Sejak beberapa saat setelah gempa, perubahan di sekitar kita mulai terjadi. Terus menjadi. Hingga memasuki masa tanggap darurat, masa rehabilitasi dan rekonstruksi, perubahan hebat merambat. Maka benarlah adegium dari ranah ini, sakali aia gadang sakali tapian berubah.
Perubahan tersebut baik disadari maupun tidak, ia merambat. Apa saja perubahan tersebut? Kita bisa lihat, paling tidak fenomena beberapa bulan belakangan. Setelah gempa, warga Kota Padang, pada malam hari mengunci pintu rumah dengan sekali putar saja. Padahal biasanya, pintu dikunci, anak kunci dicabut diletakkan ke tempat yang aman, tidak tinggal di pintu. Juga diberi pengaman tambahan, berupa palang. Ini sebuah perubahan. Asumsinya, kalau terjadi gempa di tengah malam, membuka pintu bisa cepat. Kalau kuncinya dua kali putar, sangat susah membukanya ketika sedang berguncang.
Monday, September 27, 2010
BERITA
NASIONAL - SOSIAL
Jum'at, 09 Oktober 2009 , 22:16:00
Wako Padang Minta Jawa Pos Group Jadi "PR"
JAKARTA - Wali Kota (Wako) Padang H Fauzi Bahar, meminta Jawa Pos Group berkenan jadi "Public Relations" terdepan dalam penanggulangan bencana gempa bumi berkekuatan 7.6 pada skala richter di Sumatera Barat, akhir September lalu. Dengan jaringan yang dimiliki Jawa Pos Grouo, diharapkan penyebarluasan informasi tentang rekonstruksi dan rehabilitasi pascabencana bisa dilakukan hingga seluruh pelosok tanah airm tempat para perantau Minang bermukim.
"Dengan jaringan koran terbesar di Indonesia, Jawa Pos Group tentu punya kapasitas untuk menyampaikan bencana dan rencana penanggulangannya kepada seluruh masyarakat di semua kabupaten/kota di Indonesia," pinta Fauzi Bahar saat menerima Direktur/penanggung jawab Jawa Pos Nani Wijaya dan rombongan di rumah dinas wali kota, di Padang, Jumat (9/10).
"Pemko Padang telah memilih perbaikan bangunan sekolah yang segera dilakukan. Dalam keadaan apapun, anak-anak harus tetap sekolah. Termasuk saat bencana ini, pendidikan tidak boleh berhenti," kata Wako Padang, kepada Nani Wijaya yang didampingi Pimpinan Umum Posmetro Padang H Wiztian Yoetri, Pimred Posmetro Sukri Umar, Pimpred Padang Today Abdullah Khusairi, Wapimpred Padang Ekspres Sulaiman Tanjung dan GM Padang TV Rita Gusveniza.
Terkait dengan kepentingan rekonstruksi pendidikan itu, media di bawah Jawa Pos Group bisa menyampaikan informasi kepada perantau Minang, bahwa di Kota Padang setidaknya sekitar 1.108 ruang kelas rusak dan tidak bisa digunakan lagi. Dimana kerusakan paling dominan terjadi di sekolah dasar dengan jumlah yang hampir mencapai 673 ruang kelas.
Dijelaskan Fauzi Bahar, untuk membangun 673 ruang kelas baru, dibutuhkan dana US$ 14 ribu. Asumsinya, satu ruang kelas dengan luas 73 meter persegi menghabiskan dana sebesar Rp144 juta. "Jumlah tersebut sesungguhnya tidak terlalu signifikan, jika partisipasi dan bantuan diarahkan untuk sektor rekonstruksi pendidikan itu. Bagi donatur, silakan pasang logo perusahaan atau nama pribadi di sekolah yang dibangunnya," ujar Fauzi.
Guna memperlihatkan kesungguhannya untuk memprioritaskan rekonstruksi ruang pendidikan tersebut, Fauzi Bahar menjelaskan bahwa saat ini sudah ada tawaran dari Westerfield Sdn BhD, Malaysia untuk pembangunan sekolah. "Perusahaan mampu membangun 1.108 ruang kelas baru dalam lima hari saja dengan bahan dan material bangunan ringan, tahan gempa," kata Fauzi Bahar.
Sementara Eksekutif Direktur Westerfield Sdn BhD, Ahmad Effendi Abdullah, yang juga hadir dalam pertemuan tersebut menjelaskan, biaya pembangunan ruang kelas baru yang akan dibangunnya lebih rendah 30 persen dibanding bahan biasa. "Kami menggunakan bahan composit sebagai material bangunan. Material ini merupakan bahan daur ulang yang berisi sabut kelapa, jerami padi dan bahan alam lainnya. Produk terbaru ini dibuat oleh insinyur Australia. Materialnya anti-rayap, gempa dan air. Kalau tsunami datang, bahan ini bisa menjadi pelampung," ujarnya.
Sedangkan Nani Wijaya pada kesempatan itu menyebutkan, bantuan Jawa Pos berbentuk makanan disalurkan ke daerah Pariaman yang menjadi daerah terparah akibat gempa. Sedang untuk Kota Padang, Jawa Pos berpartisipasi dalam bentuk tim medis yang ditempatkan di rumah sakit terapung di Pelabuhan Taluak Bayua. Sedang terkait permintaan Fauzi Bahar menjadikan media di bawah Jawa Pos Group sebagai penyampai informasi bantuan, disambut positif Nani Wijaya. (har/fas/JPNN) sumber: http://www.jpnn.com/berita.detail-51083
Jum'at, 09 Oktober 2009 , 22:16:00
Wako Padang Minta Jawa Pos Group Jadi "PR"
JAKARTA - Wali Kota (Wako) Padang H Fauzi Bahar, meminta Jawa Pos Group berkenan jadi "Public Relations" terdepan dalam penanggulangan bencana gempa bumi berkekuatan 7.6 pada skala richter di Sumatera Barat, akhir September lalu. Dengan jaringan yang dimiliki Jawa Pos Grouo, diharapkan penyebarluasan informasi tentang rekonstruksi dan rehabilitasi pascabencana bisa dilakukan hingga seluruh pelosok tanah airm tempat para perantau Minang bermukim.
"Dengan jaringan koran terbesar di Indonesia, Jawa Pos Group tentu punya kapasitas untuk menyampaikan bencana dan rencana penanggulangannya kepada seluruh masyarakat di semua kabupaten/kota di Indonesia," pinta Fauzi Bahar saat menerima Direktur/penanggung jawab Jawa Pos Nani Wijaya dan rombongan di rumah dinas wali kota, di Padang, Jumat (9/10).
"Pemko Padang telah memilih perbaikan bangunan sekolah yang segera dilakukan. Dalam keadaan apapun, anak-anak harus tetap sekolah. Termasuk saat bencana ini, pendidikan tidak boleh berhenti," kata Wako Padang, kepada Nani Wijaya yang didampingi Pimpinan Umum Posmetro Padang H Wiztian Yoetri, Pimred Posmetro Sukri Umar, Pimpred Padang Today Abdullah Khusairi, Wapimpred Padang Ekspres Sulaiman Tanjung dan GM Padang TV Rita Gusveniza.
Terkait dengan kepentingan rekonstruksi pendidikan itu, media di bawah Jawa Pos Group bisa menyampaikan informasi kepada perantau Minang, bahwa di Kota Padang setidaknya sekitar 1.108 ruang kelas rusak dan tidak bisa digunakan lagi. Dimana kerusakan paling dominan terjadi di sekolah dasar dengan jumlah yang hampir mencapai 673 ruang kelas.
Dijelaskan Fauzi Bahar, untuk membangun 673 ruang kelas baru, dibutuhkan dana US$ 14 ribu. Asumsinya, satu ruang kelas dengan luas 73 meter persegi menghabiskan dana sebesar Rp144 juta. "Jumlah tersebut sesungguhnya tidak terlalu signifikan, jika partisipasi dan bantuan diarahkan untuk sektor rekonstruksi pendidikan itu. Bagi donatur, silakan pasang logo perusahaan atau nama pribadi di sekolah yang dibangunnya," ujar Fauzi.
Guna memperlihatkan kesungguhannya untuk memprioritaskan rekonstruksi ruang pendidikan tersebut, Fauzi Bahar menjelaskan bahwa saat ini sudah ada tawaran dari Westerfield Sdn BhD, Malaysia untuk pembangunan sekolah. "Perusahaan mampu membangun 1.108 ruang kelas baru dalam lima hari saja dengan bahan dan material bangunan ringan, tahan gempa," kata Fauzi Bahar.
Sementara Eksekutif Direktur Westerfield Sdn BhD, Ahmad Effendi Abdullah, yang juga hadir dalam pertemuan tersebut menjelaskan, biaya pembangunan ruang kelas baru yang akan dibangunnya lebih rendah 30 persen dibanding bahan biasa. "Kami menggunakan bahan composit sebagai material bangunan. Material ini merupakan bahan daur ulang yang berisi sabut kelapa, jerami padi dan bahan alam lainnya. Produk terbaru ini dibuat oleh insinyur Australia. Materialnya anti-rayap, gempa dan air. Kalau tsunami datang, bahan ini bisa menjadi pelampung," ujarnya.
Sedangkan Nani Wijaya pada kesempatan itu menyebutkan, bantuan Jawa Pos berbentuk makanan disalurkan ke daerah Pariaman yang menjadi daerah terparah akibat gempa. Sedang untuk Kota Padang, Jawa Pos berpartisipasi dalam bentuk tim medis yang ditempatkan di rumah sakit terapung di Pelabuhan Taluak Bayua. Sedang terkait permintaan Fauzi Bahar menjadikan media di bawah Jawa Pos Group sebagai penyampai informasi bantuan, disambut positif Nani Wijaya. (har/fas/JPNN) sumber: http://www.jpnn.com/berita.detail-51083
Friday, September 3, 2010
Mercon Atau Bom
Abdullah Khusairi, MA/Dosen Fakultas Dakwah IAIN Imam Bonjol Padang
Petasan dan mercun itu sebenarnya bukanlah budaya Islam. Tapi kenyataannya, setiap ramadhan datang, jumlah petasan yang meledak pun semakin banyak. Jelas tidak ada hubungan dengan Islam. Hanya saja, itu bagian dari hobi remaja atau anak muda kita.
Hobi semacam itu harus disalurkan. Kalau tidak, beginilah yang terjadi. Banyak yang bermain petasan atau mercun tidak pada tempatnya. Seperti contoh, pada saat jamaah sedang melaksnakan sholat tarawih. Itu jelas mengganggu. Daripada menganggu lebih baik disalurkan pada kegiatan serupa tapi tidak mengangu
Misalnya canon ball atau atau sejenis lainnya. Ini akan lebih membuat sobeX merasa lebih baik ketimbang harus menyalakan petasan tidak pada tempatnya. Jika melakukan dengan hobi lain, sobex bisa menyalurkan hobi tapi tidak menganggu orang lain.
Selain dengan hal tersebut, sobeX juga pandai memfilter diri. Petasan jelas berbahaya, apalagi polusi suara menganggu siapa saja. Lebih cerdas jika seandainya menyalakannya di tempat yang tidak akan mengganggu orang lain. Sebagai remaja, tentunya sobeX lebih tahu yang mana yang lebih berpengaruh dan yang mana yang tidak. Lebih baik dicerdasi saja. Sudah sejak lama pemerintah melarang peredaran petasan, tapi tetap juga beredar hingga sekarang, tinggal tindakan bijak dari sobeX sendiri apakah masih mau menggangu kenyamanan orangtua kita yang sedang beribadah dengan bunyi-bunyian tersebut. [fresti]sumber, padang ekspres
Petasan dan mercun itu sebenarnya bukanlah budaya Islam. Tapi kenyataannya, setiap ramadhan datang, jumlah petasan yang meledak pun semakin banyak. Jelas tidak ada hubungan dengan Islam. Hanya saja, itu bagian dari hobi remaja atau anak muda kita.
Hobi semacam itu harus disalurkan. Kalau tidak, beginilah yang terjadi. Banyak yang bermain petasan atau mercun tidak pada tempatnya. Seperti contoh, pada saat jamaah sedang melaksnakan sholat tarawih. Itu jelas mengganggu. Daripada menganggu lebih baik disalurkan pada kegiatan serupa tapi tidak mengangu
Misalnya canon ball atau atau sejenis lainnya. Ini akan lebih membuat sobeX merasa lebih baik ketimbang harus menyalakan petasan tidak pada tempatnya. Jika melakukan dengan hobi lain, sobex bisa menyalurkan hobi tapi tidak menganggu orang lain.
Selain dengan hal tersebut, sobeX juga pandai memfilter diri. Petasan jelas berbahaya, apalagi polusi suara menganggu siapa saja. Lebih cerdas jika seandainya menyalakannya di tempat yang tidak akan mengganggu orang lain. Sebagai remaja, tentunya sobeX lebih tahu yang mana yang lebih berpengaruh dan yang mana yang tidak. Lebih baik dicerdasi saja. Sudah sejak lama pemerintah melarang peredaran petasan, tapi tetap juga beredar hingga sekarang, tinggal tindakan bijak dari sobeX sendiri apakah masih mau menggangu kenyamanan orangtua kita yang sedang beribadah dengan bunyi-bunyian tersebut. [fresti]sumber, padang ekspres
Saturday, August 21, 2010
Progres Rehab Rekon Agustus 2010
Habis Tahap I, Terbitlah Tahap II
Padang --- Hingga pertengahan Agustus 2010, progres kegiatan rehab rekon tahap I sudah menyerap dana sebesar 51 persen. Sedangkan progres fisik mencapai 66.67 persen.
Empat sektor penyerapan dana Rp313,9 Miliar tersebut, sektor perumahan, sektor infrastruktur, gedung pemerintah dan lintas sektor, sektor sosial, sektor ekonomi produktif.
Sektor perumahan, tahap I sebagai percontohan untuk 7000 unit rumah telah 60 persen dana terserap. Dengan realisasi fisik 84 persen. Rinciannya, Kota Padang dengan 86 Kelompok Masyarakat (Pokmas), 96 persen selesai.
Kabupaten Padangpariaman sudah mencapai 91 persen dengan 139 Pokmas. Sedangkan Kota Pariaman, 86 persen, dengan 15 Pokmas.
Sementara itu, Kabupaten Agam sudah 67 persen dari 26 Pokmas. Sedangkan Kabupaten Pesisir Selatan 87 persen. Kabupaten Solok, 96 persen dan Pasaman Barat 68 persen. Artinya, dana Rp144 miliar yang dicanangkan untuk sektor perumahan pada tahap I sebagai percontohan akan habis.
Sektor Infrastruktur, Gedung-Gedung Pemerintahan, juga telah memperlihatkan angka penyelesaian yang signifikan. Sub Sektor Jalan dan Jembatan dengan alokasi Rp49 Miliar, realisasi fisik mencapai 45,30 persen dan realisasi keuangan Rp39,7 persen.
Rehabilitasi jalan ini, meliputi Wilayah I, Kabupaten Padangpariaman dan Pesisir. Wilayah II meliputi Pasaman, Pasaman Barat, Kabupaten Agam.
Wilayah III, Tanahdatar, Kabupaten Solok dan Sijunjung. Jembatan di wilayah-wilayah ini juga menjadi bagian yang direkonstruksi.
Untuk sub rekon, Air Minum Rp7 Miliar di Kota Padang, Kota Padang, Kab. Padang Pariaman, Kab. Agam dan Kab. Pesisir Selatan, telah sampai pada titik 40,3 persen. Irigasi Rp36 Miliar telah sampai 48,93 persen.
Sedangkan untuk gedung pemerintahan, sudah dirancang Design Engineering Detail (DED) untuk 15 gedung. DED menghabiskan dana Rp15,6 Miliar, terealisasi 23,50 persen.
Sektor kesehatan dengan kegiatan Peningkatan Kesehatan Masyarakat, Penanggulangan dan Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, telah mencapai 72 persen realisasi fisik kegiatan dari Rp22, 7 miliar dana rehab rekon.
Realisasi di Sektor Ekonomi Produktif, dari anggaran Rp225 Miliar, sudah terealisasi 100 persen fisik, dan keuangan 57 persen. Sektor ini melingkupi, peralatan Kesehatan Hewan, Obat Hewan, Peralatan Inseminasi BuatanPadang dan Bantuan Kandang Ternak.
Menanggapi kegiatan yang telah dilaksanakan hingga Agustus 2010 ini, Koordinator TPT Rehab Rekon Sumbar Dr. Sugimin Pranoto mengaku cukup puas.
"Memasuki tahap II, memang banyak yang menilai lamban. Namun perlu dipahami, rehab rekon dimulai Januari akhir, Februari baru memulai koordinasi. Jadi, tidak bisa dinilai satu tahun full kerja," ujar Sugimin.
Sugimin optimis, pada kegiatan Rehab Rekon Sumbar Tahap II akan mengalami percepatan karena mekanisme sudah berubah dan fokus kerjanya cuma dua sektor saja. Perumahan dan Gedung Pemerintahan. [] sumber: Singgalang, Sabtu, 21 Agustus 2010
Padang --- Hingga pertengahan Agustus 2010, progres kegiatan rehab rekon tahap I sudah menyerap dana sebesar 51 persen. Sedangkan progres fisik mencapai 66.67 persen.
Empat sektor penyerapan dana Rp313,9 Miliar tersebut, sektor perumahan, sektor infrastruktur, gedung pemerintah dan lintas sektor, sektor sosial, sektor ekonomi produktif.
Sektor perumahan, tahap I sebagai percontohan untuk 7000 unit rumah telah 60 persen dana terserap. Dengan realisasi fisik 84 persen. Rinciannya, Kota Padang dengan 86 Kelompok Masyarakat (Pokmas), 96 persen selesai.
Kabupaten Padangpariaman sudah mencapai 91 persen dengan 139 Pokmas. Sedangkan Kota Pariaman, 86 persen, dengan 15 Pokmas.
Sementara itu, Kabupaten Agam sudah 67 persen dari 26 Pokmas. Sedangkan Kabupaten Pesisir Selatan 87 persen. Kabupaten Solok, 96 persen dan Pasaman Barat 68 persen. Artinya, dana Rp144 miliar yang dicanangkan untuk sektor perumahan pada tahap I sebagai percontohan akan habis.
Sektor Infrastruktur, Gedung-Gedung Pemerintahan, juga telah memperlihatkan angka penyelesaian yang signifikan. Sub Sektor Jalan dan Jembatan dengan alokasi Rp49 Miliar, realisasi fisik mencapai 45,30 persen dan realisasi keuangan Rp39,7 persen.
Rehabilitasi jalan ini, meliputi Wilayah I, Kabupaten Padangpariaman dan Pesisir. Wilayah II meliputi Pasaman, Pasaman Barat, Kabupaten Agam.
Wilayah III, Tanahdatar, Kabupaten Solok dan Sijunjung. Jembatan di wilayah-wilayah ini juga menjadi bagian yang direkonstruksi.
Untuk sub rekon, Air Minum Rp7 Miliar di Kota Padang, Kota Padang, Kab. Padang Pariaman, Kab. Agam dan Kab. Pesisir Selatan, telah sampai pada titik 40,3 persen. Irigasi Rp36 Miliar telah sampai 48,93 persen.
Sedangkan untuk gedung pemerintahan, sudah dirancang Design Engineering Detail (DED) untuk 15 gedung. DED menghabiskan dana Rp15,6 Miliar, terealisasi 23,50 persen.
Sektor kesehatan dengan kegiatan Peningkatan Kesehatan Masyarakat, Penanggulangan dan Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, telah mencapai 72 persen realisasi fisik kegiatan dari Rp22, 7 miliar dana rehab rekon.
Realisasi di Sektor Ekonomi Produktif, dari anggaran Rp225 Miliar, sudah terealisasi 100 persen fisik, dan keuangan 57 persen. Sektor ini melingkupi, peralatan Kesehatan Hewan, Obat Hewan, Peralatan Inseminasi BuatanPadang dan Bantuan Kandang Ternak.
Menanggapi kegiatan yang telah dilaksanakan hingga Agustus 2010 ini, Koordinator TPT Rehab Rekon Sumbar Dr. Sugimin Pranoto mengaku cukup puas.
"Memasuki tahap II, memang banyak yang menilai lamban. Namun perlu dipahami, rehab rekon dimulai Januari akhir, Februari baru memulai koordinasi. Jadi, tidak bisa dinilai satu tahun full kerja," ujar Sugimin.
Sugimin optimis, pada kegiatan Rehab Rekon Sumbar Tahap II akan mengalami percepatan karena mekanisme sudah berubah dan fokus kerjanya cuma dua sektor saja. Perumahan dan Gedung Pemerintahan. [] sumber: Singgalang, Sabtu, 21 Agustus 2010
Thursday, August 19, 2010
Dana Gempa Cair
Padang---Koordinator Tim Pendukung Teknis (TPT) Rehab Rekon Sumbar, Dr. Sugimin Pranoto menjelaskan, dana tahap II Rp350 miliar telah cair. Sebagian telah ditransfer ke Bendahara Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Rehab Rekon Sumbar.
"Tahap II Rehab Rekon dengan dana Rp1,65 Triliun, juga telah masuk ke Satuan Anggaran Kerja dan disetujui oleh Menteri Keuangan. Sekarang sedang proses penyusunan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) oleh Dirjen Perbendaharaan," ungkap Sugimin di ruang kerjanya, Rabu (18/8).
PPK Rehab Rekon Sumbar adalah Kepala Dinas Prasarana Jalan dan Tarkim (Prasjal Tarkim), Ir. Dodi Ruswandi, MSC, yang selama ini terlibat aktif dalam penanganan rehab rekon sumbar, dalam bidang perumahan dan infrastruktur.
Penjelasan Sugimin ini, menjawab pernyataan Gubernur Sumbar di Singgalang, Rabu (18/8) seputar dana gempa yang belum jelas. Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno menyatakan, kendala pencairan dana bantuan gempa di pusat.
Dikatakan Sugimin, dana bantuan gempa tetap mengikuti mekanisme keuangan negara. Setelah diusulkan, baru disetuju, lalu diturunkan melalui proses yang ditetapkan peraturan yang berlaku. Beberapa waktu lalu, dana bantuan korban gempa memang telah disetujui oleh DPR RI.
"Tidak ada kendala yang berarti. Mekanismenya memang harus diikuti," ujar Sugimin.
Dana tahap II ini lebih banyak dialokasikan ke perumahan masyarakat. Jika Tahap I rehab rekon hanya bisa membantu sektor perumahan Rp114 miliar, untuk 7000 rumah, sedangkan tahap II, setidaknya Rp118 rumah akan mendapat bantuan. Selain untuk sektor perumahan, dana juga dialokasikan untuk sektor infrastruktur gedung pemerintahan.
“Sembari tahap I diselesaikan, tahap II kita masuki secepatnya,” ujar Sugimin Optimis.
Realisasi tahap I dari Rp313 miliar untuk Sektor Perumahan, Infrastruktur, Kesehatan, Ekonomi Produktif dan Sosial, telah mememasuki tahap akhir monitoring dan evaluasi. [] Sumber, Singgalang. Kamis 19 Agustus 2010
"Tahap II Rehab Rekon dengan dana Rp1,65 Triliun, juga telah masuk ke Satuan Anggaran Kerja dan disetujui oleh Menteri Keuangan. Sekarang sedang proses penyusunan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) oleh Dirjen Perbendaharaan," ungkap Sugimin di ruang kerjanya, Rabu (18/8).
PPK Rehab Rekon Sumbar adalah Kepala Dinas Prasarana Jalan dan Tarkim (Prasjal Tarkim), Ir. Dodi Ruswandi, MSC, yang selama ini terlibat aktif dalam penanganan rehab rekon sumbar, dalam bidang perumahan dan infrastruktur.
Penjelasan Sugimin ini, menjawab pernyataan Gubernur Sumbar di Singgalang, Rabu (18/8) seputar dana gempa yang belum jelas. Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno menyatakan, kendala pencairan dana bantuan gempa di pusat.
Dikatakan Sugimin, dana bantuan gempa tetap mengikuti mekanisme keuangan negara. Setelah diusulkan, baru disetuju, lalu diturunkan melalui proses yang ditetapkan peraturan yang berlaku. Beberapa waktu lalu, dana bantuan korban gempa memang telah disetujui oleh DPR RI.
"Tidak ada kendala yang berarti. Mekanismenya memang harus diikuti," ujar Sugimin.
Dana tahap II ini lebih banyak dialokasikan ke perumahan masyarakat. Jika Tahap I rehab rekon hanya bisa membantu sektor perumahan Rp114 miliar, untuk 7000 rumah, sedangkan tahap II, setidaknya Rp118 rumah akan mendapat bantuan. Selain untuk sektor perumahan, dana juga dialokasikan untuk sektor infrastruktur gedung pemerintahan.
“Sembari tahap I diselesaikan, tahap II kita masuki secepatnya,” ujar Sugimin Optimis.
Realisasi tahap I dari Rp313 miliar untuk Sektor Perumahan, Infrastruktur, Kesehatan, Ekonomi Produktif dan Sosial, telah mememasuki tahap akhir monitoring dan evaluasi. [] Sumber, Singgalang. Kamis 19 Agustus 2010
Thursday, August 5, 2010
HBA: Dari Sarolangun Memimpin Jambi
HBA: Dari Sarolangun Memimpin Jambi
Ditulis oleh Alpadli Monas/Roz, Jambi
Akhiri Masa Jabatan, Proyek ZN Disorot Mahasiswa
JAMBI - Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi berharap partai politik (parpol) tidak mengintervensi Hasan Basri Agus-Fachrori Umar (HBA-FU) selama memimpin Jambi. Pernyataan itu digaungkan Gamawan dalam sambutannya saat melantik HBA-FU sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jambi 2010-2015 di DPRD Provinsi Jambi, kemarin (3/8). Sejak dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jambi, kata Gamawan, HBA dan FU bukan lagi milik siapa-siapa, termasuk partai politik. HBA-FU, tegasnya, kini resmi menjadi milik rakyat Jambi. Karena itu, dia berharap setiap kebijakan HBA-FU nantinya tidak diintervensi parpol pengusung. “Pembangunan daerah harus benar-benar tanpa campur tangan parpol,” tegas mantan Gubernur Sumbar dan Bupati Solok ini.
HBA sendiri dalam sambutannya menerangkan visi-misi dalam membangun Jambi ke depan. Dia berharap, program-programnya mendapat dukungan masyarakat. “Mudah-mudahan, Jambi Emas bisa terwujud,” ujarnya, disambut tepuk tangan undangan yang hadir.
Jambi Emas adalah kependekan dari Ekonomi Maju, Aman, Adil dan Sejahtera, slogan visi dan misi HBA-FU. “Saya tidak bisa bekerja sendiri, sama-sama kita membangun Jambi,” begitu HBA menutup pidatonya.
Prosesi pelantikan dimulai sekitar pukul 10.20, dihadiri Ketua DPRD Provinsi Jambi Effendi Hatta sebagai pemimpin sidang istimewa di ruang rapat utama DPRD. Zulkifli Nurdin, Gubernur Jambi periode 2005-2010, ikut menghadiri acara tersebut untuk menyerahkan jabatannya kepada HBA.
Selama acara berlangsung, di deretan kursi pimpinan sidang, ZN terlihat banyak termenung. Matanya sesekali menerawang. Meski begitu, gubernur yang telah memimpin Jambi selama 10 tahun itu berusaha tampak santai.
Sesekali, dia meladeni bisik-bisik Gamawan Fauzi yang duduk di sebelahnya, sambil memiringkan tubuh. Sementara, HBA-FU tak banyak senyum. Kedua tokoh itu hanya bersender di kursi masing-masing sambil memperhatikan jalannya acara sesi per sesi.
Pelantikan HBA-FU ditandai pengambilan sumpah jabatan lalu diikuti penandatanganan serahterima jabatan (sertijab) dari Gubernur Jambi periode 2005-2010 Zulkifli Nurdin kepada Gubernur Jambi periode 2010-2015 Hasan Basri Agus. Gamawan Fauzi bertindak sebagai saksi.
Usai sertijab, ZN memeluk HBA. HBA menyambut tak kalah hangat. Untuk beberapa saat, kedua orang penting di Jambi itu tampak berbisik-bisik sambil tertawa kecil. Selanjutnya giliran FU mendapat pelukan ZN, tapi hanya sepintas tak selama ZN memeluk HBA.
Pelantikan berlangsung meriah. Masyarakat dan pendukung HBA-FU, tumpah ruah memenuhi gedung DPRD Provinsi Jambi mulai pelataran parkir sampai ruang sidang utama.
Bahkan, ketika akan memasuki ruang sidang, wartawan pun kesulitan. Petugas Satpol PP yang berjaga berusaha menutup pintu. Alasannya, undangan yang memenuhi ruang sidang utama sudah melampau kapasitas. “Nanti, nanti...,” tegas petugas Satpol PP sambil mendorong massa yang bergerak masuk.
Di dalam, para tamu memenuhi hampir di setiap sudut ruangan. Kebanyakan berdiri di jalan utama dan di belakang ruang itu. Kursi yang sudah disediakan panitia, rata-rata sudah ditempati. Tak ada lagi sisa.
Sementara di jalan, puluhan mahasiswa IAIN Sultan Thaha Syarifudin dan Universitas Jambi yang tergabung Aliansi Tombak (Tonggak Melawan Birokrasi Anti Kerakyatan) berunjuk rasa menuju Kantor Gubernur, dimulai sekitar pukul 10.00. Mereka menyorot beberapa proyek di masa pemerintahan ZN.
Di antaranya, mega proyek pembangunan Jembatan Batanghari II yang menghabiskan dana sebesar Rp 161, 3 miliar. Sedangkan nilai kontraknya, menurut mereka, hanya Rp 94 miliar dan harusnya selesai dalam tiga tahun.
“Dananya dari uang rakyat, pembangunannya memakan waktu tujuh tahun, tapi sampai saat ini belum ada kejelasan terkait mega proyek tersebut,” ujar salah seorang orator.
Proyek patin jambal dan peremajaan (replanting) karet yang tidak terealisasi dengan baik juga menjadi sorotan mereka. Mereka menilai, dua proyek tersebut telah menyebabkan pemborosan APBD.
Tarik ulur relokasi Pasar Angsoduo antara Wali Kota Jambi dan DPRD Provinsi yang perencanaan relokasinya akan menghabiskan dana Rp 119 miliar juga menjadi perhatian. Mereka meminta ini diselesaikan untuk ekonomi rakyat.
Kepada HBA, mahasiswa menuntut agar memperbaiki infrastruktur penunjang perekonomian rakyat, menolak konversi minyak tanah ke gas, menolak kenaikan tarif dasar listrik, dan menjaga stabilitas harga sembako.
Ramadan dan Lebaran Jadi Perhatian
Begitu resmi menjabat Gubernur Jambi periode 2010-2015, HBA tak banyak menyiapkan gebrakan. Dalam pidato pelantikan kemarin (3/8), mantan Bupati Sarolangun ini mengatakan bahwa pada tahun pertama, dia akan memprioritaskan peningkatan kualitas jalan dan jembatan.
Menurutnya, tidak bisa tercapai ekonomi kerakyatan tanpa dukungan infrastruktur yang memadai. Nah, dengan baiknya kondisi jalan, maka pengangkutan hasil-hasil pertanian dari sentra pertanian, perkebunan dan perikanan, bisa berjalan lancar. “Ini harus tuntas dalam lima tahun ke depan,” jelasnya.
Di luar ruangan usai pelantikan, HBA menjelaskan bahwa dia tidak akan menyiapkan program 100 hari. Sebab, dalam undang-undang tidak ada aturan soal program tersebut.
Ditemui di kediamannya pada Senin (2/8) lalu, HBA mengatakan bahwa semua program yang dirintis oleh gubernur yang lama, Zulkifli Nurdin, untuk tahun anggaran 2010 akan diinventarisir dan dievaluasi. “Saya juga akan mengamati dan mengevaluasi seluruh SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang ada,” katanya.
“Nanti akan kita bentuk tim untuk mengevaluasi itu, dan mengkaji permasalahan yang ada. Mana yang bisa kita selesaikan, termasuk ranah hukum yang ada, tahun 2011 baru kita mulai program yang baru,” terangnya.
HBA menggarisbawahi, karena ia dilantik menjelang Ramadan dan Idul Fitri, maka dua momentum besar itu menjadi perhatiannya dalam waktu dekat ini. Menurutnya, memasuki Ramadan dan jelang Idul Fitri, akan muncul gejolak harga sembako.
Yang mengkhawatirkan, kata dia, bila terjadi kenaikan drastis. “Tentu ini perlu antisipasi, akan kita kaji agar masyarakat tidak repot,” sebutnya. Arus mudik lebaran, lanjutnya, juga memerlukan perhatian khusus, terutama terkait masalah kondisi jalan.
“Kita berharap, jangan sampai pemudik berlebaran di jalan. Itulah program dalam menghabisi tahun anggaran 2010. Dan itu bukanlah program 100 hari,” terangnya.
Secara tegas, HBA mengatakan tidak menyukai pejabat yang cenderung memberikan laporan “Asal Bapak Senang” atau ABS. Dia berharap para pejabat melaporkan apa adanya. Dia pun akan bekerja apa adanya. “Jika lima tahun ini saya tidak mampu, masyarakat jangan memilih saya (lagi),” sambungnya.(*/roz) sumber, www.jambi-independen.co.id
Ditulis oleh Alpadli Monas/Roz, Jambi
Akhiri Masa Jabatan, Proyek ZN Disorot Mahasiswa
JAMBI - Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi berharap partai politik (parpol) tidak mengintervensi Hasan Basri Agus-Fachrori Umar (HBA-FU) selama memimpin Jambi. Pernyataan itu digaungkan Gamawan dalam sambutannya saat melantik HBA-FU sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jambi 2010-2015 di DPRD Provinsi Jambi, kemarin (3/8). Sejak dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jambi, kata Gamawan, HBA dan FU bukan lagi milik siapa-siapa, termasuk partai politik. HBA-FU, tegasnya, kini resmi menjadi milik rakyat Jambi. Karena itu, dia berharap setiap kebijakan HBA-FU nantinya tidak diintervensi parpol pengusung. “Pembangunan daerah harus benar-benar tanpa campur tangan parpol,” tegas mantan Gubernur Sumbar dan Bupati Solok ini.
HBA sendiri dalam sambutannya menerangkan visi-misi dalam membangun Jambi ke depan. Dia berharap, program-programnya mendapat dukungan masyarakat. “Mudah-mudahan, Jambi Emas bisa terwujud,” ujarnya, disambut tepuk tangan undangan yang hadir.
Jambi Emas adalah kependekan dari Ekonomi Maju, Aman, Adil dan Sejahtera, slogan visi dan misi HBA-FU. “Saya tidak bisa bekerja sendiri, sama-sama kita membangun Jambi,” begitu HBA menutup pidatonya.
Prosesi pelantikan dimulai sekitar pukul 10.20, dihadiri Ketua DPRD Provinsi Jambi Effendi Hatta sebagai pemimpin sidang istimewa di ruang rapat utama DPRD. Zulkifli Nurdin, Gubernur Jambi periode 2005-2010, ikut menghadiri acara tersebut untuk menyerahkan jabatannya kepada HBA.
Selama acara berlangsung, di deretan kursi pimpinan sidang, ZN terlihat banyak termenung. Matanya sesekali menerawang. Meski begitu, gubernur yang telah memimpin Jambi selama 10 tahun itu berusaha tampak santai.
Sesekali, dia meladeni bisik-bisik Gamawan Fauzi yang duduk di sebelahnya, sambil memiringkan tubuh. Sementara, HBA-FU tak banyak senyum. Kedua tokoh itu hanya bersender di kursi masing-masing sambil memperhatikan jalannya acara sesi per sesi.
Pelantikan HBA-FU ditandai pengambilan sumpah jabatan lalu diikuti penandatanganan serahterima jabatan (sertijab) dari Gubernur Jambi periode 2005-2010 Zulkifli Nurdin kepada Gubernur Jambi periode 2010-2015 Hasan Basri Agus. Gamawan Fauzi bertindak sebagai saksi.
Usai sertijab, ZN memeluk HBA. HBA menyambut tak kalah hangat. Untuk beberapa saat, kedua orang penting di Jambi itu tampak berbisik-bisik sambil tertawa kecil. Selanjutnya giliran FU mendapat pelukan ZN, tapi hanya sepintas tak selama ZN memeluk HBA.
Pelantikan berlangsung meriah. Masyarakat dan pendukung HBA-FU, tumpah ruah memenuhi gedung DPRD Provinsi Jambi mulai pelataran parkir sampai ruang sidang utama.
Bahkan, ketika akan memasuki ruang sidang, wartawan pun kesulitan. Petugas Satpol PP yang berjaga berusaha menutup pintu. Alasannya, undangan yang memenuhi ruang sidang utama sudah melampau kapasitas. “Nanti, nanti...,” tegas petugas Satpol PP sambil mendorong massa yang bergerak masuk.
Di dalam, para tamu memenuhi hampir di setiap sudut ruangan. Kebanyakan berdiri di jalan utama dan di belakang ruang itu. Kursi yang sudah disediakan panitia, rata-rata sudah ditempati. Tak ada lagi sisa.
Sementara di jalan, puluhan mahasiswa IAIN Sultan Thaha Syarifudin dan Universitas Jambi yang tergabung Aliansi Tombak (Tonggak Melawan Birokrasi Anti Kerakyatan) berunjuk rasa menuju Kantor Gubernur, dimulai sekitar pukul 10.00. Mereka menyorot beberapa proyek di masa pemerintahan ZN.
Di antaranya, mega proyek pembangunan Jembatan Batanghari II yang menghabiskan dana sebesar Rp 161, 3 miliar. Sedangkan nilai kontraknya, menurut mereka, hanya Rp 94 miliar dan harusnya selesai dalam tiga tahun.
“Dananya dari uang rakyat, pembangunannya memakan waktu tujuh tahun, tapi sampai saat ini belum ada kejelasan terkait mega proyek tersebut,” ujar salah seorang orator.
Proyek patin jambal dan peremajaan (replanting) karet yang tidak terealisasi dengan baik juga menjadi sorotan mereka. Mereka menilai, dua proyek tersebut telah menyebabkan pemborosan APBD.
Tarik ulur relokasi Pasar Angsoduo antara Wali Kota Jambi dan DPRD Provinsi yang perencanaan relokasinya akan menghabiskan dana Rp 119 miliar juga menjadi perhatian. Mereka meminta ini diselesaikan untuk ekonomi rakyat.
Kepada HBA, mahasiswa menuntut agar memperbaiki infrastruktur penunjang perekonomian rakyat, menolak konversi minyak tanah ke gas, menolak kenaikan tarif dasar listrik, dan menjaga stabilitas harga sembako.
Ramadan dan Lebaran Jadi Perhatian
Begitu resmi menjabat Gubernur Jambi periode 2010-2015, HBA tak banyak menyiapkan gebrakan. Dalam pidato pelantikan kemarin (3/8), mantan Bupati Sarolangun ini mengatakan bahwa pada tahun pertama, dia akan memprioritaskan peningkatan kualitas jalan dan jembatan.
Menurutnya, tidak bisa tercapai ekonomi kerakyatan tanpa dukungan infrastruktur yang memadai. Nah, dengan baiknya kondisi jalan, maka pengangkutan hasil-hasil pertanian dari sentra pertanian, perkebunan dan perikanan, bisa berjalan lancar. “Ini harus tuntas dalam lima tahun ke depan,” jelasnya.
Di luar ruangan usai pelantikan, HBA menjelaskan bahwa dia tidak akan menyiapkan program 100 hari. Sebab, dalam undang-undang tidak ada aturan soal program tersebut.
Ditemui di kediamannya pada Senin (2/8) lalu, HBA mengatakan bahwa semua program yang dirintis oleh gubernur yang lama, Zulkifli Nurdin, untuk tahun anggaran 2010 akan diinventarisir dan dievaluasi. “Saya juga akan mengamati dan mengevaluasi seluruh SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang ada,” katanya.
“Nanti akan kita bentuk tim untuk mengevaluasi itu, dan mengkaji permasalahan yang ada. Mana yang bisa kita selesaikan, termasuk ranah hukum yang ada, tahun 2011 baru kita mulai program yang baru,” terangnya.
HBA menggarisbawahi, karena ia dilantik menjelang Ramadan dan Idul Fitri, maka dua momentum besar itu menjadi perhatiannya dalam waktu dekat ini. Menurutnya, memasuki Ramadan dan jelang Idul Fitri, akan muncul gejolak harga sembako.
Yang mengkhawatirkan, kata dia, bila terjadi kenaikan drastis. “Tentu ini perlu antisipasi, akan kita kaji agar masyarakat tidak repot,” sebutnya. Arus mudik lebaran, lanjutnya, juga memerlukan perhatian khusus, terutama terkait masalah kondisi jalan.
“Kita berharap, jangan sampai pemudik berlebaran di jalan. Itulah program dalam menghabisi tahun anggaran 2010. Dan itu bukanlah program 100 hari,” terangnya.
Secara tegas, HBA mengatakan tidak menyukai pejabat yang cenderung memberikan laporan “Asal Bapak Senang” atau ABS. Dia berharap para pejabat melaporkan apa adanya. Dia pun akan bekerja apa adanya. “Jika lima tahun ini saya tidak mampu, masyarakat jangan memilih saya (lagi),” sambungnya.(*/roz) sumber, www.jambi-independen.co.id
Pasien Cepat Sehat Tak Hanya Karena Obat Mahal
Dr.Mellyarti Syarif, M.Pd Dikukuhkan
PADANG--- Penyembuhan pasien tidak hanya diperoleh dari obat-obatan mahal saja. Pasien juga butuh bimbingan konseling dari penyuluh agama. Cara ini akan membuat pasien menjadi lebih sabar dalam menghadapi penyakit yang sedang diidapnya.
“Warga rumah sakit merasakan manfaat atas keberadaaan penyuluh agama. Warga yang mendapatkan pelayanan konseling secara mendalam memperoleh kenyamanan dengan motivasi kesabaran atas apa yang dialaminya dari pembimbing rohani.”
Pernyataan tersebut merupakan hasil Disertasi Mellyarti syarif, dosen Fakultas Dakwah IAIN Imam Bonjol Padang yang akan meraih gelar doktor pada promosi doktornya di Aula Pasca Sarjana IAIN Imam Bonjol Padang hari ini, Kamis (05/08) pukul 19.30 WIB.
Dalam sidang senat terbuka IAIN Imam Bonjol Padang ini, perempuan yang juga Pembantu Dekan III Bidang kemahasiswaan ini akan mempertahankan disertasinya dengan judul “Pelayanan Bimbingan Penyuluhan Islam Terhadap Pasien (Studi Kasus di Rumah Sakit Umum Pusat DR. M Jamil dan Rumah sakit Islam Ibnu Sina YARSI Padang).
Mellyarti tercatat juga doktor keempat yang dikeluarkan pasca IAIN Imam Bonjol, namun bukan dari lingkungan IAIN Imam Bonjol Padang. Dan gelar doktor pertama yang dikeluarkan pasca untuk lembaga yang sama.
Sebelum melangsungkan promosi doktor ini, Mellyarti telah melewati ujian tertutup yang diuji oleh 7 orang doktor. Diantaranya, Prof DR H Amri Yusuf, M.Pd. Prof DR H Syafruddin Nurdin, M.Pd, Prof DR H Salmadanis, M.Ag, Prof DR H. Asnawir, Prof Hj Hayati Nizar (Alm), Prof DR Yahya Jaya, M.A dan Prof DR H Makmur Syarif, Sh, M.Ag yang bertindak sebagai pemimpin sidang.
Disertasi dosen fakultas dakwah yang mengambil S3 konsentrasi pendidikan islam ini meneliti tentang idealnya penyuluh islam di rumah sakit. Sedangkan fokes penelitiannya yaitu implikasi pelayanan bimbingan dan penyuluh terhadap pasien di rumah sakit terhadap kesabaran, peningkatan ibadah, percepatan penyembuhan dan upaya pengembangan bimbdi rumah sakit.ingan penyuluhan islam Ia mengambil sampel di dua rumah sakit di kota Padang yaitu rumah sakit DR M Jamil Padang dan rumah sakit YARSI Ibnu Sina Padang.
Kesehariannya, Ketua Persatuan Majelis Taklim (PMT) ini memang mengajar mata kuliah konseling dan penyuluhan islam di Fakultas Dakwah, IAIN Imam Bonjol Padang. Selain Aktif di berbagai organisasi, ibu dari 4 orang anak ini juga telah menulis sebanyak 11 karya tulis. Ia berharap promosi gelar doktor yang dilangsungkannya malam ini dapat berjalan dengan sukses. “Saya berharap promosi nanti malam berjalan sukses karena juga akan menjadi dosen pertama yang meraih gelar doktor lulusan Pasca IAIN,” ujarnya mengakhiri. [] RELIS PANITIA / Singgalang, Padang Ekspres, Kamis, 5 Agustus 2010
PADANG--- Penyembuhan pasien tidak hanya diperoleh dari obat-obatan mahal saja. Pasien juga butuh bimbingan konseling dari penyuluh agama. Cara ini akan membuat pasien menjadi lebih sabar dalam menghadapi penyakit yang sedang diidapnya.
“Warga rumah sakit merasakan manfaat atas keberadaaan penyuluh agama. Warga yang mendapatkan pelayanan konseling secara mendalam memperoleh kenyamanan dengan motivasi kesabaran atas apa yang dialaminya dari pembimbing rohani.”
Pernyataan tersebut merupakan hasil Disertasi Mellyarti syarif, dosen Fakultas Dakwah IAIN Imam Bonjol Padang yang akan meraih gelar doktor pada promosi doktornya di Aula Pasca Sarjana IAIN Imam Bonjol Padang hari ini, Kamis (05/08) pukul 19.30 WIB.
Dalam sidang senat terbuka IAIN Imam Bonjol Padang ini, perempuan yang juga Pembantu Dekan III Bidang kemahasiswaan ini akan mempertahankan disertasinya dengan judul “Pelayanan Bimbingan Penyuluhan Islam Terhadap Pasien (Studi Kasus di Rumah Sakit Umum Pusat DR. M Jamil dan Rumah sakit Islam Ibnu Sina YARSI Padang).
Mellyarti tercatat juga doktor keempat yang dikeluarkan pasca IAIN Imam Bonjol, namun bukan dari lingkungan IAIN Imam Bonjol Padang. Dan gelar doktor pertama yang dikeluarkan pasca untuk lembaga yang sama.
Sebelum melangsungkan promosi doktor ini, Mellyarti telah melewati ujian tertutup yang diuji oleh 7 orang doktor. Diantaranya, Prof DR H Amri Yusuf, M.Pd. Prof DR H Syafruddin Nurdin, M.Pd, Prof DR H Salmadanis, M.Ag, Prof DR H. Asnawir, Prof Hj Hayati Nizar (Alm), Prof DR Yahya Jaya, M.A dan Prof DR H Makmur Syarif, Sh, M.Ag yang bertindak sebagai pemimpin sidang.
Disertasi dosen fakultas dakwah yang mengambil S3 konsentrasi pendidikan islam ini meneliti tentang idealnya penyuluh islam di rumah sakit. Sedangkan fokes penelitiannya yaitu implikasi pelayanan bimbingan dan penyuluh terhadap pasien di rumah sakit terhadap kesabaran, peningkatan ibadah, percepatan penyembuhan dan upaya pengembangan bimbdi rumah sakit.ingan penyuluhan islam Ia mengambil sampel di dua rumah sakit di kota Padang yaitu rumah sakit DR M Jamil Padang dan rumah sakit YARSI Ibnu Sina Padang.
Kesehariannya, Ketua Persatuan Majelis Taklim (PMT) ini memang mengajar mata kuliah konseling dan penyuluhan islam di Fakultas Dakwah, IAIN Imam Bonjol Padang. Selain Aktif di berbagai organisasi, ibu dari 4 orang anak ini juga telah menulis sebanyak 11 karya tulis. Ia berharap promosi gelar doktor yang dilangsungkannya malam ini dapat berjalan dengan sukses. “Saya berharap promosi nanti malam berjalan sukses karena juga akan menjadi dosen pertama yang meraih gelar doktor lulusan Pasca IAIN,” ujarnya mengakhiri. [] RELIS PANITIA / Singgalang, Padang Ekspres, Kamis, 5 Agustus 2010
Monday, July 26, 2010
Menunggu Gubernur Baru
Oleh: Abdullah Khusairi
Pesta Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) telah usai. Sebuah perhelatan dengan menghabiskan dana miliaran rupiah dari pasangan calon yang ikut dalam suksesi dan dana negara. Rakyat diberi suguhan sebentuk pesta. Namanya, pesta demokrasi. Beberapa minggu terakhir saja, kita tak lagi melihat baliho-baliho kampanye di setiap sudut kota.
Pesta telah usai. Gubernur terpilih telah ditetapkan, menunggu pelantikan dan menyimak hasil gugatan di Mahmah Konstitusi (MK). Pasangan terpilih bak sepasang pengantin yang baru saja akad nikah, menunggu pesta perkawinan saja. Dan tentu, menunggu malam pertama dengan getar yang tak tertahan.
Pasangan Irwan Prayitno-Muslim Kasim terpilih sekali putaran saja (32,63 persen). Inilah pilihan rakyat. Hasil pesta demokrasi yang harus dihormati, walau dengan tingkat partisipasi yang masih dipertanyakan. Namun demikian, kerja keras pelaksanaan Pemilukada di tengah penanggulangan bencana dan sepenungguan bantuan bencana, adalah hal yang patut diapresiasikan.
Harapan masyarakat, begitu besar atas terpilihnya pemimpin baru. Harapan itu, kadang terasa naif, kadang terasa realistis. Lebih-lebih ketika dihubungkaitkan dengan masalah kebencanaan, kesejahteraan, kemakmuran, dan kepastian-kepastian peningkatan kapasitas pelayanan birokrasi kepada masyarakat.
Perubahan untuk Sumbar Lebih Baik. Inilah jargon yang diusung oleh pasangan Nomor 3 Irwan-MK. Sebuah jargon yang di dalamnya berisi janji. Janji untuk lebih baik. Janji adalah utang. Harus dibayar. Apakah bisa lebih baik, atau tidak? Tentu di ujung waktu dari pasangan ini dapat dilihat. Lima tahun lagi.
Sumatera Barat, dari dulu, begitu-begitu saja. Ratusan kali pejabat menyatakan, kemajuan di sana-sini, tetapi secara substansi, dapat dilihat dengan kasat mata. Masih banyak kantong-kantong kemiskinan, masih begitu banyak pembangunan yang timpang. Baik antar kabupaten dan kota, maupun antar bidang kehidupan.
Oleh karenanya, janji dalam visi dan misi pasangan calon gubernur terpilih, adalah harapan besar kita semua. Lebih-lebih mengingat jargon yang telah disuarakan kemana-mana, terbaca di setiap sudut kota. Pertanyaannya? Apakah mampu atau tidak? Harapan kita tentu saja bisa direalisasi, dengan catatan, bisa didukung seluruh elemen. Menghormati seluruh kebijakan dari pemimpin baru kita dan memberi dorongan agar kerja keras dan cerdas di seluruh lini aparat pemerintah daerah.
Retorika politik bisa saja berubah-ubah. Namun janji tetaplah janji. Harus ditepati. Dan tidaklah arif, jika nanti mencari dalih, bahwa tugas gubernur dan wakil gubernur hanya termaktub dalam surat keputusan dan perundang-undangan, berlindung di balik angka-angka nisbi, kegagalan dilapis dengan pencitraan.
Pemimpin yang berhasil dan diakui, dikenang sepanjang hayatnya, adalah pemimpin yang bekerja keras dan cerdas. Di hati masyarakat punya monumen kepemimpinan yang selalu diingat. Hati rakyat sudah terbiasa luka, berdarah, kecewa, tapi mereka tak kan pernah bisa didustai dua kali. Kita tunggu kiprah pemimpin baru.
Apa yang paling penting bagi rakyat masyarakat Sumatera Barat? Salah satu yang paling krusial adalah rasa aman. Dalam Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow. Rasa aman ini, menduduki peringkat kedua, setelah sandang pangan.
Menjawab kebutuhan rasa aman itu, pemerintah dan legislatif membuat UU No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Undang-Undang ini, juga mengamanatkan agar setiap daerah membuat badan penanggulangan bencana beserta perangkatnya.
Sumbar sudah memiliki itu, namun masih baru. Baru dibuat setelah bencana gempa mengguncang beberapa kali. Kita butuh manajemen kebencanaan yang profesional. Ini harus menjadi prioritas di atas yang lain. Sebab, negeri ini sangat rawan bencana. Seperti rawannya kebakaran, oleh karenanya, manajemen kebencanaan dengan segala persiapannya, tidak bisa lagi diremehkan. Kehadiran sebuah badan penanggulangan bencana seharusnya adalah menjawab dari rasa takut dan melahirkan rasa aman.
Jika sudah dengan persiapan yang matang, paling tidak, kerugian dari bencana alam, baik banjir, galodo, gempa, badai, dapat diminimalisir. Bencana memang tidak diduga, tapi alam akan tidak bersahabat jika manusia lupa.
Pola kepemimpinan daerah yang memiliki isu selama ini soal penghargaan dari pemerintahan pusat agaknya mesti dirubah, bahwa pemimpin yang berhasil itu haruslah diberi penghargaan oleh rakyat sendiri.
Kiprah gubernur baru merupakan harapan besar, apalagi mengingat jargon, Perubahan Untuk Sumbar Lebih Baik. Semoga janji itu ditepati dan nyata. Tidak semu dan bisu. Kita tunggu! [] Sumber www.hariansinggalang.co.id
Pesta Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) telah usai. Sebuah perhelatan dengan menghabiskan dana miliaran rupiah dari pasangan calon yang ikut dalam suksesi dan dana negara. Rakyat diberi suguhan sebentuk pesta. Namanya, pesta demokrasi. Beberapa minggu terakhir saja, kita tak lagi melihat baliho-baliho kampanye di setiap sudut kota.
Pesta telah usai. Gubernur terpilih telah ditetapkan, menunggu pelantikan dan menyimak hasil gugatan di Mahmah Konstitusi (MK). Pasangan terpilih bak sepasang pengantin yang baru saja akad nikah, menunggu pesta perkawinan saja. Dan tentu, menunggu malam pertama dengan getar yang tak tertahan.
Pasangan Irwan Prayitno-Muslim Kasim terpilih sekali putaran saja (32,63 persen). Inilah pilihan rakyat. Hasil pesta demokrasi yang harus dihormati, walau dengan tingkat partisipasi yang masih dipertanyakan. Namun demikian, kerja keras pelaksanaan Pemilukada di tengah penanggulangan bencana dan sepenungguan bantuan bencana, adalah hal yang patut diapresiasikan.
Harapan masyarakat, begitu besar atas terpilihnya pemimpin baru. Harapan itu, kadang terasa naif, kadang terasa realistis. Lebih-lebih ketika dihubungkaitkan dengan masalah kebencanaan, kesejahteraan, kemakmuran, dan kepastian-kepastian peningkatan kapasitas pelayanan birokrasi kepada masyarakat.
Perubahan untuk Sumbar Lebih Baik. Inilah jargon yang diusung oleh pasangan Nomor 3 Irwan-MK. Sebuah jargon yang di dalamnya berisi janji. Janji untuk lebih baik. Janji adalah utang. Harus dibayar. Apakah bisa lebih baik, atau tidak? Tentu di ujung waktu dari pasangan ini dapat dilihat. Lima tahun lagi.
Sumatera Barat, dari dulu, begitu-begitu saja. Ratusan kali pejabat menyatakan, kemajuan di sana-sini, tetapi secara substansi, dapat dilihat dengan kasat mata. Masih banyak kantong-kantong kemiskinan, masih begitu banyak pembangunan yang timpang. Baik antar kabupaten dan kota, maupun antar bidang kehidupan.
Oleh karenanya, janji dalam visi dan misi pasangan calon gubernur terpilih, adalah harapan besar kita semua. Lebih-lebih mengingat jargon yang telah disuarakan kemana-mana, terbaca di setiap sudut kota. Pertanyaannya? Apakah mampu atau tidak? Harapan kita tentu saja bisa direalisasi, dengan catatan, bisa didukung seluruh elemen. Menghormati seluruh kebijakan dari pemimpin baru kita dan memberi dorongan agar kerja keras dan cerdas di seluruh lini aparat pemerintah daerah.
Retorika politik bisa saja berubah-ubah. Namun janji tetaplah janji. Harus ditepati. Dan tidaklah arif, jika nanti mencari dalih, bahwa tugas gubernur dan wakil gubernur hanya termaktub dalam surat keputusan dan perundang-undangan, berlindung di balik angka-angka nisbi, kegagalan dilapis dengan pencitraan.
Pemimpin yang berhasil dan diakui, dikenang sepanjang hayatnya, adalah pemimpin yang bekerja keras dan cerdas. Di hati masyarakat punya monumen kepemimpinan yang selalu diingat. Hati rakyat sudah terbiasa luka, berdarah, kecewa, tapi mereka tak kan pernah bisa didustai dua kali. Kita tunggu kiprah pemimpin baru.
Apa yang paling penting bagi rakyat masyarakat Sumatera Barat? Salah satu yang paling krusial adalah rasa aman. Dalam Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow. Rasa aman ini, menduduki peringkat kedua, setelah sandang pangan.
Menjawab kebutuhan rasa aman itu, pemerintah dan legislatif membuat UU No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Undang-Undang ini, juga mengamanatkan agar setiap daerah membuat badan penanggulangan bencana beserta perangkatnya.
Sumbar sudah memiliki itu, namun masih baru. Baru dibuat setelah bencana gempa mengguncang beberapa kali. Kita butuh manajemen kebencanaan yang profesional. Ini harus menjadi prioritas di atas yang lain. Sebab, negeri ini sangat rawan bencana. Seperti rawannya kebakaran, oleh karenanya, manajemen kebencanaan dengan segala persiapannya, tidak bisa lagi diremehkan. Kehadiran sebuah badan penanggulangan bencana seharusnya adalah menjawab dari rasa takut dan melahirkan rasa aman.
Jika sudah dengan persiapan yang matang, paling tidak, kerugian dari bencana alam, baik banjir, galodo, gempa, badai, dapat diminimalisir. Bencana memang tidak diduga, tapi alam akan tidak bersahabat jika manusia lupa.
Pola kepemimpinan daerah yang memiliki isu selama ini soal penghargaan dari pemerintahan pusat agaknya mesti dirubah, bahwa pemimpin yang berhasil itu haruslah diberi penghargaan oleh rakyat sendiri.
Kiprah gubernur baru merupakan harapan besar, apalagi mengingat jargon, Perubahan Untuk Sumbar Lebih Baik. Semoga janji itu ditepati dan nyata. Tidak semu dan bisu. Kita tunggu! [] Sumber www.hariansinggalang.co.id
Thursday, July 22, 2010
Pilkada Usai, Bola Selesai
Malam itu, dunia terjaga. Kesebelasan Spanyol Vs Belanda berlaga final dalam ajang bergengsi, Piala Dunia. Hiruk pikuk perhelatan si kulit bundar ini, menyita dunia. Begitu juga kita di sini, di Ranahminang. Melupakan sejenak tentang bencana, menyimak prediksi si Paul, si gurita hebat di Jerman sana. Dan kita terpesona gemerlap benua hitam, Afrika.
Dan masih dalam bulan yang sama, kita melupakan sejenak bencana karena Pemilukada 2010 untuk 14 Kota Kabupaten plus Provinsi. Hasilnya, kita punya pemimpin baru terpilih. Siapa pun dia, kita harap punya kepedulian yang dahsyat dalam penanggulangan bencana.
Tugas kemanusiaan, penanggulangan bencana tidak bisa dilupakan begitu saja. Sebab bencana selalu mengintai, masyarakat harus tetap diberi mitigasi dan pemahaman yang matang atas geografi yang disebut supermarket bencana ini.
Begitulah, setiap edisi, bulletin ini hadir melaporkan kepada pembaca, seluruh bentuk kegiatan penanggulangan bencana dan rehab rekon yang dicanangkan. Edisi kali ini, hadir dengan segenap "menu", mulai dari rapat koordinasi, perkembangan terbaru pencairan dana, kehadiran Kepala BNPB Dr. Syamsul Maarif dan pelatihan fasilitator.
Bencana datang tak diduga, tak bisa diprediksi si Paul, gurita terkenal itu. Hanya kewaspadaan dan pengetahuanlah, kita bisa selamat. Selamat membaca! [] DAPUR REDAKSI R&R EDISI V JULI 2010
Dan masih dalam bulan yang sama, kita melupakan sejenak bencana karena Pemilukada 2010 untuk 14 Kota Kabupaten plus Provinsi. Hasilnya, kita punya pemimpin baru terpilih. Siapa pun dia, kita harap punya kepedulian yang dahsyat dalam penanggulangan bencana.
Tugas kemanusiaan, penanggulangan bencana tidak bisa dilupakan begitu saja. Sebab bencana selalu mengintai, masyarakat harus tetap diberi mitigasi dan pemahaman yang matang atas geografi yang disebut supermarket bencana ini.
Begitulah, setiap edisi, bulletin ini hadir melaporkan kepada pembaca, seluruh bentuk kegiatan penanggulangan bencana dan rehab rekon yang dicanangkan. Edisi kali ini, hadir dengan segenap "menu", mulai dari rapat koordinasi, perkembangan terbaru pencairan dana, kehadiran Kepala BNPB Dr. Syamsul Maarif dan pelatihan fasilitator.
Bencana datang tak diduga, tak bisa diprediksi si Paul, gurita terkenal itu. Hanya kewaspadaan dan pengetahuanlah, kita bisa selamat. Selamat membaca! [] DAPUR REDAKSI R&R EDISI V JULI 2010
Saturday, July 10, 2010
Mencari Bakat, Menggali Minat
Mendapat kepercayaan dari Plant Indonesia menjadi "guru" dalam Workshop Menulis untuk anak-anak korban bencana, meninggalkan kesan mendalam bagi saya. Ternyata, bakat dan minat kadang tak perlu hadir bersamaan. Kalau tak berbakat, tapi punya minat besar, maka kemahiran sebuah keterampilan segera bisa diraih. Apalagi bila berbakat sejak awal. Sebaliknya, jika punya bakat tapi tak berminat, maka yang terjadi adalah kesia-siaan!
Di negeri ini, masalah "menulis", bagi banyak orang adalah "masalah besar". Hal ini berawal dari masalah "membaca". Dimana budaya "baca" memang tidak begitu besar. Meminjam istilah Seno Gumira Adjidarma, "membaca" bagi masyarakat kita adalah, hanyalah membaca seberapa besar discount di pusat belanja. Tidak banyak yang lebih dari itu.
Tetapi sebenarnya, bakat selalu terpendam. Jauh dari pusat keramaian dan glamour kehidupan di kota-kota besar, di sebuah daerah yang baru saja dihantam bencana, terdapat talenta-talenta menulis yang luar biasa hebatnya. Kedengarannya memang berlebihan. Tetapi, saya tidak sekali ini menjadi tutor penulisan singkat. Banyak tempat dan kesempatan, bahkan di kampus. Hasilnya, tidaklah sedemikian rupa apresiasi saya terhadap 'anak didik' yang cepat mendapatkan keterampilan khusus menulis ini diberikan. Persoalan klasiknya adalah; banyak orang, sudah ketakutan lebih dahulu sebelum mencoba!
Saya membaca setiap karya dari sekitar 30 orang anak-anak terpilih, dari siswa sekolah dasar, hingga sekolah menengah ke atas. Mereka umumnya, mengaku awalnya tidak menyukai dunia tulis menulis. Namun setelah diperkenalkan, mereka mencoba, dan ternyata bisa. Setelah "dipapah" selama lima kali pertemuan, hasilnya, dua news letter dan satu buku kumpulan tulisan bisa dilahirkan. Tak terbayangkan, bila gerakan Plan ini bisa diikuti oleh NGO lain, akan banyak talenta-talenta terpilih bidang menulis bisa muncul di permukaan. Pada titik ini, guru bahasa Indonesia mereka di sekolah patut memberi apresiasi lebih kepada siswanya.
Menulis memang persoalan sepele bagi yang berbakat dan yang berminat. Seperti keterampilan lain, jika dijalani terus menerus segera mahir. Namun, ada perbedaan mendasar dalam menulis. Dimana, bahan-bahan kalimat yang dibangun seperti batu bata merupakan hasil pencernaan dari pikiran. Bahan-bahan ini masuk ke ruang nalar melalui panca indera yang diasah sedemikian rupa. Dari sinilah, ide-ide yang pada awalnya tidak begitu penting ditangkap menjadi bahan-bahan tulisan.
Peserta workshop ini telah diberikan materi-materi teknis penulisan yang paling mutakhir. Diperkenalkan pada dunia yang berbeda dari sebelumnya. Mereka belum mengenal bacaan-bacaan yang paling baru. Mereka menggeleng kepala ketika ditanya tentang Novel Laskar Pelangi, Ayat-Ayat Cinta, apalagi Harry Potter, Dan Brown, dst.
"Cuma nonton filmnya," begitu jawab mereka.
Padahal, film dan novel adalah hal yang jauh berbeda. Tetapi, bagaimana bila digelitik untuk menulis tentang pengalaman yang mereka rasakan saat bencana 30 September 2010 lalu. Semuanya lancar menulis. Runtut dan menarik. Dari hal-hal kecil sampai hal besar, bisa mereka tangkap. Inilah menariknya, ada daya dorong mereka untuk bercerita. Sebab, cerita mereka masih terpendam dalam kepala masing-masing.
Agaknya, Program Plant Indonesia untuk anak-anak seperti ini harus dilanjutkan di masa-masa mendatang. Tidak hanya satu tempat, satu kecamatan saja. Sebaiknya merata. Sebab, berharap pada dunia pendidikan yang mengutamakan kelulusan Ujian Nasional (UN) dari pada menggali talenta adalah pengharapan yang cuma-cuma. [Abdullah Khusairi] Sandereh, Tahun I Edisi Juli 2010
Di negeri ini, masalah "menulis", bagi banyak orang adalah "masalah besar". Hal ini berawal dari masalah "membaca". Dimana budaya "baca" memang tidak begitu besar. Meminjam istilah Seno Gumira Adjidarma, "membaca" bagi masyarakat kita adalah, hanyalah membaca seberapa besar discount di pusat belanja. Tidak banyak yang lebih dari itu.
Tetapi sebenarnya, bakat selalu terpendam. Jauh dari pusat keramaian dan glamour kehidupan di kota-kota besar, di sebuah daerah yang baru saja dihantam bencana, terdapat talenta-talenta menulis yang luar biasa hebatnya. Kedengarannya memang berlebihan. Tetapi, saya tidak sekali ini menjadi tutor penulisan singkat. Banyak tempat dan kesempatan, bahkan di kampus. Hasilnya, tidaklah sedemikian rupa apresiasi saya terhadap 'anak didik' yang cepat mendapatkan keterampilan khusus menulis ini diberikan. Persoalan klasiknya adalah; banyak orang, sudah ketakutan lebih dahulu sebelum mencoba!
Saya membaca setiap karya dari sekitar 30 orang anak-anak terpilih, dari siswa sekolah dasar, hingga sekolah menengah ke atas. Mereka umumnya, mengaku awalnya tidak menyukai dunia tulis menulis. Namun setelah diperkenalkan, mereka mencoba, dan ternyata bisa. Setelah "dipapah" selama lima kali pertemuan, hasilnya, dua news letter dan satu buku kumpulan tulisan bisa dilahirkan. Tak terbayangkan, bila gerakan Plan ini bisa diikuti oleh NGO lain, akan banyak talenta-talenta terpilih bidang menulis bisa muncul di permukaan. Pada titik ini, guru bahasa Indonesia mereka di sekolah patut memberi apresiasi lebih kepada siswanya.
Menulis memang persoalan sepele bagi yang berbakat dan yang berminat. Seperti keterampilan lain, jika dijalani terus menerus segera mahir. Namun, ada perbedaan mendasar dalam menulis. Dimana, bahan-bahan kalimat yang dibangun seperti batu bata merupakan hasil pencernaan dari pikiran. Bahan-bahan ini masuk ke ruang nalar melalui panca indera yang diasah sedemikian rupa. Dari sinilah, ide-ide yang pada awalnya tidak begitu penting ditangkap menjadi bahan-bahan tulisan.
Peserta workshop ini telah diberikan materi-materi teknis penulisan yang paling mutakhir. Diperkenalkan pada dunia yang berbeda dari sebelumnya. Mereka belum mengenal bacaan-bacaan yang paling baru. Mereka menggeleng kepala ketika ditanya tentang Novel Laskar Pelangi, Ayat-Ayat Cinta, apalagi Harry Potter, Dan Brown, dst.
"Cuma nonton filmnya," begitu jawab mereka.
Padahal, film dan novel adalah hal yang jauh berbeda. Tetapi, bagaimana bila digelitik untuk menulis tentang pengalaman yang mereka rasakan saat bencana 30 September 2010 lalu. Semuanya lancar menulis. Runtut dan menarik. Dari hal-hal kecil sampai hal besar, bisa mereka tangkap. Inilah menariknya, ada daya dorong mereka untuk bercerita. Sebab, cerita mereka masih terpendam dalam kepala masing-masing.
Agaknya, Program Plant Indonesia untuk anak-anak seperti ini harus dilanjutkan di masa-masa mendatang. Tidak hanya satu tempat, satu kecamatan saja. Sebaiknya merata. Sebab, berharap pada dunia pendidikan yang mengutamakan kelulusan Ujian Nasional (UN) dari pada menggali talenta adalah pengharapan yang cuma-cuma. [Abdullah Khusairi] Sandereh, Tahun I Edisi Juli 2010
Friday, July 9, 2010
Sumbar Butuh Prodi Manajemen Penanggulangan Bencana
Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Bakri Beck, menyarakan Perguruan Tinggi (PT) di Sumatera Barat perlu membuka program studi (prodi) manajemen penanggulangan bencanaan.
Bakri menjelaskan, prodi manajemen penanggulangan bencana di Universitas Tarumanegara Jakarta sudah mulai digagas, di ITB juga ada yang fokus pada mitigasi bencana dan di Universitas Gajah Mada (UGM) fokus ke Geologi.
Jadi, di wilayah Sumatra belum ada PT yang membuka prodi tentang manajemen kebencanaan sehingga ahli-ahli dalam penanganan bencana alam masih kurang. Selain itu ujarnya, Sumbar sudah disebut-sebut sebagai daerah supermarket bencana, artinya semua potensi bencana alam ada di wilayah ini, termasuk lintasan patahan, lempengan tektonik dan vulkanik, serta banjir dan longsor perbukitan terdapat di Sumbar.
"Makanya kesempatan untuk belajar dan mencetak banyak lehirkan ahli-ahli,"tegas Bakri kepada wartawan, di sela-sela Workshop dan Pameran yang digelar TPT Rehab Rekon bersama Shelter Working Groups, di kantor gubernur Sumbar, Kamis (8/7).
Jadi, kalau sudah banyak lahir sarjana, bahkan doktor ahli-ahli dalam penanganan bencana sehingga bisa menjadi keunggulan untuk diekspor pengalamannya ke luar negeri.
"Pikiran membuka jurusan manajemen kebencanaan sederhana saja, Indonesia kalau ingin bersaing tentang produk manufaktur sudah ratusan tahun ketinggalan dari China. Kalau bidang pertanian sudah kalah dengan Thailand," katanya.
Selain itu, kalau bersaing dengan teknologi tidak usah jauh-juah bersaing dengan Amerika Serikata, tapi sama India saja Indonesia sudah kalah 60-70 tahun.
"Ke depan Indonesia bisa menjual orang-orang ahli ke luar negeri yang ahli menangani bencana. Makanya perlu dipersiapkan orang yang terampil," katanya.[]
Bakri menjelaskan, prodi manajemen penanggulangan bencana di Universitas Tarumanegara Jakarta sudah mulai digagas, di ITB juga ada yang fokus pada mitigasi bencana dan di Universitas Gajah Mada (UGM) fokus ke Geologi.
Jadi, di wilayah Sumatra belum ada PT yang membuka prodi tentang manajemen kebencanaan sehingga ahli-ahli dalam penanganan bencana alam masih kurang. Selain itu ujarnya, Sumbar sudah disebut-sebut sebagai daerah supermarket bencana, artinya semua potensi bencana alam ada di wilayah ini, termasuk lintasan patahan, lempengan tektonik dan vulkanik, serta banjir dan longsor perbukitan terdapat di Sumbar.
"Makanya kesempatan untuk belajar dan mencetak banyak lehirkan ahli-ahli,"tegas Bakri kepada wartawan, di sela-sela Workshop dan Pameran yang digelar TPT Rehab Rekon bersama Shelter Working Groups, di kantor gubernur Sumbar, Kamis (8/7).
Jadi, kalau sudah banyak lahir sarjana, bahkan doktor ahli-ahli dalam penanganan bencana sehingga bisa menjadi keunggulan untuk diekspor pengalamannya ke luar negeri.
"Pikiran membuka jurusan manajemen kebencanaan sederhana saja, Indonesia kalau ingin bersaing tentang produk manufaktur sudah ratusan tahun ketinggalan dari China. Kalau bidang pertanian sudah kalah dengan Thailand," katanya.
Selain itu, kalau bersaing dengan teknologi tidak usah jauh-juah bersaing dengan Amerika Serikata, tapi sama India saja Indonesia sudah kalah 60-70 tahun.
"Ke depan Indonesia bisa menjual orang-orang ahli ke luar negeri yang ahli menangani bencana. Makanya perlu dipersiapkan orang yang terampil," katanya.[]
Tuesday, July 6, 2010
900 Fasilitator Tahap II Ikut Pelatihan
Padang---Sebanyak 900 fasilitator untuk menyukseskan pencairan dana tahap II, besok, Rabu (7/7) akan mengikuti Pelatihan Teknis. Sebelum turun ke lapangan, segala persiapan teknis dan soft skill diberikan oleh pemerintah.
Fasilitator terbagi atas, fasilitator teknis dan fasilitator pemberdayaan. Mereka akan bertugas di Kota Padang, Kabupaten Padangpariaman, Kota Pariaman, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Solok, Kabupaten Agam, Kabupaten Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat, Kota Padangpanjang, Kabupaten Tanahdatar.
Tugas fasilitator ini adalah, mendampingi Kelompok Masyarakat (Pokmas) dalam mengelola dana bantuan Rp15 Juta untuk Korban Rusak Berat (BR), Rp10 Juta (Rusak Sedang), dan Rp1 Juta (Rusak Ringan). Tugas pendampingan juga termasuk, kampanye rumah aman gempa.
Pada tahap I, pencairan dana Rp144 Miliar sebagai pilot project, sebanyak 301 orang fasilitator yang disebarkan di daerah, Kota Padang, Pesisir Selatan, Kabupaten Solok, Kabupaten Padangpariaman, Kota Pariaman dan Kabupaten Agam. Ini daerah percontohan.
Fasilitator tahap II akan sangat merata, karena dana yang diturunkan Rp1,9 Triliun, khusus untuk perumahan saja. Korban yang dibantu tahap II ini, 143 ribu rumah. [] Abdullah Khusairi
Fasilitator terbagi atas, fasilitator teknis dan fasilitator pemberdayaan. Mereka akan bertugas di Kota Padang, Kabupaten Padangpariaman, Kota Pariaman, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Solok, Kabupaten Agam, Kabupaten Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat, Kota Padangpanjang, Kabupaten Tanahdatar.
Tugas fasilitator ini adalah, mendampingi Kelompok Masyarakat (Pokmas) dalam mengelola dana bantuan Rp15 Juta untuk Korban Rusak Berat (BR), Rp10 Juta (Rusak Sedang), dan Rp1 Juta (Rusak Ringan). Tugas pendampingan juga termasuk, kampanye rumah aman gempa.
Pada tahap I, pencairan dana Rp144 Miliar sebagai pilot project, sebanyak 301 orang fasilitator yang disebarkan di daerah, Kota Padang, Pesisir Selatan, Kabupaten Solok, Kabupaten Padangpariaman, Kota Pariaman dan Kabupaten Agam. Ini daerah percontohan.
Fasilitator tahap II akan sangat merata, karena dana yang diturunkan Rp1,9 Triliun, khusus untuk perumahan saja. Korban yang dibantu tahap II ini, 143 ribu rumah. [] Abdullah Khusairi
Monday, July 5, 2010
Dinas Kimpraswil Prasjal - BRI Tandatangani MoU
Padang--- Menyukseskan Bantuan Perumahan Tahap II Rehab Rekon Sumbar Pasca Gempa, Dinas Permukiman Prasarana Jalan Wilayah - Bank Rakyat Indonesia (BRI) menandatangani Memorandum of Understanding (MoU).
"Ini amanah yang harus diselesaikan dengan baik," ungkap Pimpinan Wilayah BRI Padang, Ano Kurniadi, ketika memberi sambutan dalam acara Penandatanganan MoU, Jumat pagi ini (2/7) di ruang Kepala Dinas Kimpraswil Pemprov Sumbar, di Jl. Taman Siswa No. 1 Padang.
Ano Kurniadi menyebutkan, bantuan langsung perumahan untuk masyarakat melalui BRI kepercayaan dari BNPB. BRI akan bekerja maksimal dengan perangkat yang memang telah siap sebelumnya. Online hingga ke pelosok daerah.
Kepala Dinas Kimpraswil Sumbar, Ir. Dodi Ruswandi menyatakan, MoU ini merupakan perangkat untuk menyukseskan bantuan senilai Rp1,907 Triliun Sektor Perumahan. Bantuan tahap II ini melanjutkan tahap I yang sudah bergulir, untuk Sektor Perumahan Rp114 Miliar dari dana Rehab Rekon Rp313 Miliar yang ditetapkan.
"Sistem yang dibuat sudah sangat jelas, walau terasa agak lambat, tetapi ini lebih baik dari pada tahun 2007 yang tidak punya petunjuk teknis," ungkap Dodi.
Pola bantuan yang sebelumnya melalui bank daerah, langsung ke masyarakat, kali ini langsung dari BRI pusat. Sementara di daerah, langsung menyalurkannya.
Koordinator Tim Pendukung Teknis (TPT) BNPB Rehab Rekon Sumbar, Dr. Sugimin Pranoto, M.Eng, dalam sambutannya, BRI sebagai mitra untuk menyukseskan rehab rekon Sumbar ikut dipercayakan setelah mengikuti seleksi ketat di Kemenkeu dan BNPB. Fasilitas BRI memungkinkan kelompok masyarakat (Pokmas) bisa cepat menerima langsung ke rekening dari pusat pemerintah. [] Abdullah Khusairi Lihat juga di www.rehabrekon-sumbar.org
"Ini amanah yang harus diselesaikan dengan baik," ungkap Pimpinan Wilayah BRI Padang, Ano Kurniadi, ketika memberi sambutan dalam acara Penandatanganan MoU, Jumat pagi ini (2/7) di ruang Kepala Dinas Kimpraswil Pemprov Sumbar, di Jl. Taman Siswa No. 1 Padang.
Ano Kurniadi menyebutkan, bantuan langsung perumahan untuk masyarakat melalui BRI kepercayaan dari BNPB. BRI akan bekerja maksimal dengan perangkat yang memang telah siap sebelumnya. Online hingga ke pelosok daerah.
Kepala Dinas Kimpraswil Sumbar, Ir. Dodi Ruswandi menyatakan, MoU ini merupakan perangkat untuk menyukseskan bantuan senilai Rp1,907 Triliun Sektor Perumahan. Bantuan tahap II ini melanjutkan tahap I yang sudah bergulir, untuk Sektor Perumahan Rp114 Miliar dari dana Rehab Rekon Rp313 Miliar yang ditetapkan.
"Sistem yang dibuat sudah sangat jelas, walau terasa agak lambat, tetapi ini lebih baik dari pada tahun 2007 yang tidak punya petunjuk teknis," ungkap Dodi.
Pola bantuan yang sebelumnya melalui bank daerah, langsung ke masyarakat, kali ini langsung dari BRI pusat. Sementara di daerah, langsung menyalurkannya.
Koordinator Tim Pendukung Teknis (TPT) BNPB Rehab Rekon Sumbar, Dr. Sugimin Pranoto, M.Eng, dalam sambutannya, BRI sebagai mitra untuk menyukseskan rehab rekon Sumbar ikut dipercayakan setelah mengikuti seleksi ketat di Kemenkeu dan BNPB. Fasilitas BRI memungkinkan kelompok masyarakat (Pokmas) bisa cepat menerima langsung ke rekening dari pusat pemerintah. [] Abdullah Khusairi Lihat juga di www.rehabrekon-sumbar.org
Thursday, July 1, 2010
TPT Rehab Rekon Akan Gelar Workshop dan Pameran
Padang --- Tim Pendukung Teknis (TPT) Rehab Rekon Sumbar Pasca Gempa bersama Shelter Working Groups akan menggelar Workshop dan Pameran Rehabilitasi dan Rekonstruksi Sumbar, 8 Juli 2010 di Gubernuran Sumbar.
Hal ini dilaksanakan, berdasarkan Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi pasca Gempa Sumatra Barat 30 September 2009, banyak hal yang telah dilakukan oleh Pemerintah bersama Lembaga Non Pemerintah untuk membantu masyarakat kembali bangkit dan pulih dari musibah.
"Berbagai program sudah dilaksanakan dalam waktu delapan bulan terakhir, perbaikan dan pembangunan rumah, pembangunan dan perbaikan sarana pendidikan, sarana kesehatan, livelihood dan mata pencaharian, perbaikan sarana dan prasarana dan lain sebagainya," ungkap Koordinator TPT RR Sumbar, Dr. Sugimin Pranoto, M.Eng.
Program pemerintah dan Non Pemerintah (lokal dan internasional) di bidang perbaikan atau pembangunan rumah dan pembangunan hunian sementara pun sudah banyak dilakukan, hanya saja kegiatan tersebut selama ini kurang mendapat banyak publikasi sehingga masyarakat tidak mengetahui perkembangan dan tantangan yang terjadi selama proses rehab–rekon.
Ketidaktahuan ini menyebabkan masyarakat dan media mempersepsikan dengan belum atau bahkan tidak adanya kemajuan yang terjadi.
"Tujuan acaranya, menyebarluaskan informasi kegiatan perbaikan rumah masyarakat yang telah dan akan dilaksanakan oleh pemerintah dan lembaga non pemerintah yang beroperasi di Sumatra Barat," jelas Sugimin.
Selain itu, memaparkan berbagai hasil Rehabilitasi dan Rekonstruksi baik keberhasilanya maupun kendalanya.
"Juga memformulasikan strategi bersama antara lembaga pemerintah (TPT?BNPB), BPBD, SKPD terkait dan lembaga?lembaga non pemerintah lokal dan asing untuk menjalankan program perbaikan perumahan yang lebih baik berdasarkan hasil pembelajaran dan praktek program yang telah dilakukan oleh semua pihak," tambah Anggota TPT, Sugeng Sentosa.
Acara satu hari penuh ini memilih tema, "Dengan kordinasi dan kolaborasi kita tingkatkan percepatan pemulihan perumahan rakyat di Sumatera Barat”
Acara ini setidaknya akan diikuti oleh UN Habitat, Aceh People Forum, Caritas Switzerland, Habitat For Humanity, Cipta Fondasi Komunitas, Build Change, IFRC?PMI, Swiss Labour Asistance, Caritas Carina, GenAssist/CWRWC, dll. [] Abdullah Khusairi
Hal ini dilaksanakan, berdasarkan Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi pasca Gempa Sumatra Barat 30 September 2009, banyak hal yang telah dilakukan oleh Pemerintah bersama Lembaga Non Pemerintah untuk membantu masyarakat kembali bangkit dan pulih dari musibah.
"Berbagai program sudah dilaksanakan dalam waktu delapan bulan terakhir, perbaikan dan pembangunan rumah, pembangunan dan perbaikan sarana pendidikan, sarana kesehatan, livelihood dan mata pencaharian, perbaikan sarana dan prasarana dan lain sebagainya," ungkap Koordinator TPT RR Sumbar, Dr. Sugimin Pranoto, M.Eng.
Program pemerintah dan Non Pemerintah (lokal dan internasional) di bidang perbaikan atau pembangunan rumah dan pembangunan hunian sementara pun sudah banyak dilakukan, hanya saja kegiatan tersebut selama ini kurang mendapat banyak publikasi sehingga masyarakat tidak mengetahui perkembangan dan tantangan yang terjadi selama proses rehab–rekon.
Ketidaktahuan ini menyebabkan masyarakat dan media mempersepsikan dengan belum atau bahkan tidak adanya kemajuan yang terjadi.
"Tujuan acaranya, menyebarluaskan informasi kegiatan perbaikan rumah masyarakat yang telah dan akan dilaksanakan oleh pemerintah dan lembaga non pemerintah yang beroperasi di Sumatra Barat," jelas Sugimin.
Selain itu, memaparkan berbagai hasil Rehabilitasi dan Rekonstruksi baik keberhasilanya maupun kendalanya.
"Juga memformulasikan strategi bersama antara lembaga pemerintah (TPT?BNPB), BPBD, SKPD terkait dan lembaga?lembaga non pemerintah lokal dan asing untuk menjalankan program perbaikan perumahan yang lebih baik berdasarkan hasil pembelajaran dan praktek program yang telah dilakukan oleh semua pihak," tambah Anggota TPT, Sugeng Sentosa.
Acara satu hari penuh ini memilih tema, "Dengan kordinasi dan kolaborasi kita tingkatkan percepatan pemulihan perumahan rakyat di Sumatera Barat”
Acara ini setidaknya akan diikuti oleh UN Habitat, Aceh People Forum, Caritas Switzerland, Habitat For Humanity, Cipta Fondasi Komunitas, Build Change, IFRC?PMI, Swiss Labour Asistance, Caritas Carina, GenAssist/CWRWC, dll. [] Abdullah Khusairi
Tuesday, June 29, 2010
Marhalim Zaini Mencipta Rindu
Judul : Amuk Tun Teja : Kumpulan Cerpen
Pengarang : Marhalim ZainiPenerbit : Pustaka Pujangga
Cetakan : I, Juli 2007
Tebal : xx + 120 hlm
Mengenal sosok Marhalim Zaini lebih dekat, membuat tak henti bibir berdecak kagum. Seorang sastrawan Riau masa kini yang pernah menerbitkan Antologi Puisi Segantang Bintang, Sepasang Bulan (Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau, 2003) dan Langgam Negeri Puisi (Dewan Kesenian Bengkalis, 2004), Kumpulan Naskah Drama; Di Bawah Payung Tragedi (2003), Kumpulan Esai; Tubuh Teater (2004) dan dua Novel: Getah Bunga Rimba (2005) dan Hikayat Kampung Mati yang pernah dimuat bersambung di Harian Riau Pos dan diterbitkan oleh Penerbit Adicita Yogyakarta. Kali ini ia menghadirkan suasana suram dalam Kumpulan Cerpennya dengan judul Amuk Tun Teja.
Amuk Tun Teja yang diangkat penulis menjadi judul buku Kumpulan Cerpennya ini diambil dari Cerpennya pada halaman 93, yang mengisahkan seorang nenek renta yang datang tiba tiba ke sebuah perkantoran tempat tokoh Aku bekerja. Nenek renta ini menyeracau…gila rupanya.
“Air dalam bertambah dalam/ hujan di hulu belum lagi teduh/hati dendam bertambah dendam/dendam dahulu belum lagi sembuh! Sampai hati kau, Tuah! Kau renjiskan minyak wangi guna-guna itu ke ranjangku. Pengecut itu namanya!”
Begitu pantun nenek tua yang disinyalir gila ini …Akhirnya setelah perdebatan sengit antara tokoh Aku dan nenek tua, nenek Tun memilih menusukkan keris ke perutnya sendiri. Dan mati…
Penulis kelahiran Teluk Pambang, Bengkalis, Riau 31 tahun lalu ini sempat kuliah di IAIN Imam Bonjol Padang, namun tidak sampai selesai. Beliau yang pernah mengasuh tabloid Shoutul Jami’ah di kampus tersebut kemudian pindah ke Yogyakarta dan merampungkan studinya di Institut Seni Indonesia, jurusan teater.
Membaca 15 Cerita Pendek yang terangkum dalam Kumpulan cerpen ini membuat pembaca seolah dibawa ke dalam suasana yang kelam. Kekuatan Marhalim adalah menulis dengan diksi dan metafora yang puitik. Sempurna indah, meski kelam.
“Demikianlah, kau kukekalkan. Segalanya yang sempat kukenang. Dan hidup di tepian ini, tak banyak yang dapat kuberi nama pada setiap yang singgah, selain laut yang selalu menyimpan ketakterdugaan. Dan aku yakin kau di sana. Aku sering mencuri kabar dari mulut-mulit para pelaut yang singgah, bahwa kau masih di sana. Di suatu tempat yang terlampau asing untuk disebut.” (Hal 2).
Demikian tadi kutipan dari cerpennya yang berjudul “Belajar Bercinta dengan Laut” yang menceritakan tentang kesetiaan nenek tua pada Hang Jebat kekasihnya yang hilang ditelan ombak di laut. Cerpen ini pernah dimuat di Koran Tempo, Minggu 19 Juni 2005 lalu.
Tak mudah memang mengartikan paragraf demi paragraf yang terangkum dalam cerpen-cerpen Marhalim. Pembaca diajak berhenti sejenak memaknainya, hal ini dikarenakan Marhalim membungkus cerita ini dengan kalimat-kalimat puistis metaforis. Butuh ruang kontemplatif bagi pembaca untuk mengerti apa yang disiratkan. Ia sangat bersahaja dalam bertutur, dan embaca buku ini seperti sedang mendengarkan Marhalim bersenandung, menyanyikan lagu-lagu kepedihan.
Gambaran suasana muram juga dapat dibaca dalam cerpen yang berjudul “Malam Lebaran di Pelabuhan”. Dikisahkan pertemua seorang yang bernama Tok Bayan (berdarah Melayu) yang tersingkir dari puaknya dengan Markus berdarah Ambon. Nasib buruk telah mempertemukan mereka. Dan mereka bertujuan sama…pulang ke kampung halaman. Namun akhirnya Tok Bayan dan Markus tak pulang, mereka bersama pergi ke Masjid dan bermaafan pada hari raya, serta tak lupa makan ketupat di kedai kopi Lela.
Cerpen dengan judul “Pengantin Hamil” mengisahkan tentang perempuan yang hamil sebelum menikah. Sejak itu terjailah perubahan tata nilai dalam kehidupan. Hamil di luar nikah dianggap sebagai kelaziman. Bahkan kehamilan dijadikan senjata untuk mewujudkan perkawinan yang sedianya tak berestu.
Marhalim telah mengetengahkan kehidupan yang kental dengan aroma Melayu di dalam buku Kumpulan Cerpen ini. Membaca cerpen ini membangkitkan rindu, bagi pembaca yang berdarah Melayu..ya…..seperti saya ini (Nai) sumber: www.evolia.wordpress.com
Pengarang : Marhalim ZainiPenerbit : Pustaka Pujangga
Cetakan : I, Juli 2007
Tebal : xx + 120 hlm
Mengenal sosok Marhalim Zaini lebih dekat, membuat tak henti bibir berdecak kagum. Seorang sastrawan Riau masa kini yang pernah menerbitkan Antologi Puisi Segantang Bintang, Sepasang Bulan (Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau, 2003) dan Langgam Negeri Puisi (Dewan Kesenian Bengkalis, 2004), Kumpulan Naskah Drama; Di Bawah Payung Tragedi (2003), Kumpulan Esai; Tubuh Teater (2004) dan dua Novel: Getah Bunga Rimba (2005) dan Hikayat Kampung Mati yang pernah dimuat bersambung di Harian Riau Pos dan diterbitkan oleh Penerbit Adicita Yogyakarta. Kali ini ia menghadirkan suasana suram dalam Kumpulan Cerpennya dengan judul Amuk Tun Teja.
Amuk Tun Teja yang diangkat penulis menjadi judul buku Kumpulan Cerpennya ini diambil dari Cerpennya pada halaman 93, yang mengisahkan seorang nenek renta yang datang tiba tiba ke sebuah perkantoran tempat tokoh Aku bekerja. Nenek renta ini menyeracau…gila rupanya.
“Air dalam bertambah dalam/ hujan di hulu belum lagi teduh/hati dendam bertambah dendam/dendam dahulu belum lagi sembuh! Sampai hati kau, Tuah! Kau renjiskan minyak wangi guna-guna itu ke ranjangku. Pengecut itu namanya!”
Begitu pantun nenek tua yang disinyalir gila ini …Akhirnya setelah perdebatan sengit antara tokoh Aku dan nenek tua, nenek Tun memilih menusukkan keris ke perutnya sendiri. Dan mati…
Penulis kelahiran Teluk Pambang, Bengkalis, Riau 31 tahun lalu ini sempat kuliah di IAIN Imam Bonjol Padang, namun tidak sampai selesai. Beliau yang pernah mengasuh tabloid Shoutul Jami’ah di kampus tersebut kemudian pindah ke Yogyakarta dan merampungkan studinya di Institut Seni Indonesia, jurusan teater.
Membaca 15 Cerita Pendek yang terangkum dalam Kumpulan cerpen ini membuat pembaca seolah dibawa ke dalam suasana yang kelam. Kekuatan Marhalim adalah menulis dengan diksi dan metafora yang puitik. Sempurna indah, meski kelam.
“Demikianlah, kau kukekalkan. Segalanya yang sempat kukenang. Dan hidup di tepian ini, tak banyak yang dapat kuberi nama pada setiap yang singgah, selain laut yang selalu menyimpan ketakterdugaan. Dan aku yakin kau di sana. Aku sering mencuri kabar dari mulut-mulit para pelaut yang singgah, bahwa kau masih di sana. Di suatu tempat yang terlampau asing untuk disebut.” (Hal 2).
Demikian tadi kutipan dari cerpennya yang berjudul “Belajar Bercinta dengan Laut” yang menceritakan tentang kesetiaan nenek tua pada Hang Jebat kekasihnya yang hilang ditelan ombak di laut. Cerpen ini pernah dimuat di Koran Tempo, Minggu 19 Juni 2005 lalu.
Tak mudah memang mengartikan paragraf demi paragraf yang terangkum dalam cerpen-cerpen Marhalim. Pembaca diajak berhenti sejenak memaknainya, hal ini dikarenakan Marhalim membungkus cerita ini dengan kalimat-kalimat puistis metaforis. Butuh ruang kontemplatif bagi pembaca untuk mengerti apa yang disiratkan. Ia sangat bersahaja dalam bertutur, dan embaca buku ini seperti sedang mendengarkan Marhalim bersenandung, menyanyikan lagu-lagu kepedihan.
Gambaran suasana muram juga dapat dibaca dalam cerpen yang berjudul “Malam Lebaran di Pelabuhan”. Dikisahkan pertemua seorang yang bernama Tok Bayan (berdarah Melayu) yang tersingkir dari puaknya dengan Markus berdarah Ambon. Nasib buruk telah mempertemukan mereka. Dan mereka bertujuan sama…pulang ke kampung halaman. Namun akhirnya Tok Bayan dan Markus tak pulang, mereka bersama pergi ke Masjid dan bermaafan pada hari raya, serta tak lupa makan ketupat di kedai kopi Lela.
Cerpen dengan judul “Pengantin Hamil” mengisahkan tentang perempuan yang hamil sebelum menikah. Sejak itu terjailah perubahan tata nilai dalam kehidupan. Hamil di luar nikah dianggap sebagai kelaziman. Bahkan kehamilan dijadikan senjata untuk mewujudkan perkawinan yang sedianya tak berestu.
Marhalim telah mengetengahkan kehidupan yang kental dengan aroma Melayu di dalam buku Kumpulan Cerpen ini. Membaca cerpen ini membangkitkan rindu, bagi pembaca yang berdarah Melayu..ya…..seperti saya ini (Nai) sumber: www.evolia.wordpress.com
Friday, June 25, 2010
Launching Suara Kampus Online
Awal berdirinya, Suara Kampus lahir 1977, menggunakan sistem manual. Untuk mewadahi civitas akademika IAIN Imam Bonjol dalam menuangkan intelektualitasnya dalam bentuk tulisan. Lahir dengan tema Mengemban Tri Dharma Perguruan Tinggi dan Berpartisipasi dalam Pembangunan Daerah.
Hal ini disampaikan Aktivis Pers Mahasisa Suara Kampus periode pertama, Emma Yohanna saat launching portal berita suarakampus.com, Rabu (23/06/2010) di Gedung Serbaguna IAIN Imam Bonjol Padang.
“Saya teringat masa lalu ketika kami menerbitkan Suara Kampus dengan sistem manual. Namun kini, perjuangan dan usaha keras kami dilanjutkan adik-adik ini dengan menerbitkan suara kampus versi online. Saya bangga, karena ada generasi penerus dengan semangat juang yang tinggi. Selamat!” ujarnya bernostalgia.
Anggota DPD RI ini berharap, dengan adanya media baru yang memiliki jangkauan yang luas, portal berita suarakampus.com ini, bisa menjadi control dan sarana berkreatifitas bagi civitas akademika.
Pemimpin Umum LPM Suara Kampus Suara Kampus Andri El Faruqi mengatakan, pesatnya perkembangan teknologi informasi akhir-akhir ini memicu lahirnya portal berita suarakampus.com.
“Kami meneruskan dan menorehkan sejarah baru, dengan menetaskan new media sebagai wadah untuk berkreatifitas dalam meningkatkan produktifitas berkarya. Serta dalam meneruskan amanat founding father Yulizal Yunus dan Zaili Asril, kami akan memberikan warna baru terhadap perkembangan pers mahasiswa di Indonesia,” ujarnya
Awalnya, Suara Kampus yang juga disebut Shout Al- Jami’ah beredar dalam bentuk tabloid (1978-1981), bentuk koran besar (1981-1983), bentuk majalah dengan cover separasi full color (1983-1989), 1989 kembali dalam bentuk tabloid, namun keseluruhannya berbentuk cetak. Tapi sekarang, Suara Kampus memiliki dua versi, cetak dan online.
“Dengan adanya portal berita ini, kita bisa menyampaikan informasi aktual di kampus ini ke seluruh alumni yang tersebar di dalam maupun di luar negeri ini,” ujarnya.
Sementara, Pemimpin Redaksi Suarakampus.com, Syofia Fitri mengatakan, isi suarakampus tak jauh berbeda dengan versi cetaknya, seperti Berita Kampus, Berita Daerah, Opini, Feature, Cerpen, Essay, Puisi, Profil, Tokoh, serta Life Style yang didalamnya ada konsultasi akademik dan agama.
“Tentunya, dengan adanya suarakampus.com, informasi atau peristiwa yang ada di sekitar dan luar kampus bisa dengan cepat, akurat kami sampaikan kepada para pembaca.” ujarnya.
Launching Suara Kampus Online ini dimeriahkan oleh, Talkshow Konvergensi Media Cetak ke Online yang disampaikan oleh Abdullah Khusairi, Mantan Pemimpin Redaksi News Portal www.padang-today.com dan Akademisi IT Politeknik Unand, Yuhefizar, M.Kom. Juga digelar lomba penulisan Opini, Penyiar Radio. Disponsori oleh Operator Seluler, XL. [] Andri El-Faruqi
Hal ini disampaikan Aktivis Pers Mahasisa Suara Kampus periode pertama, Emma Yohanna saat launching portal berita suarakampus.com, Rabu (23/06/2010) di Gedung Serbaguna IAIN Imam Bonjol Padang.
“Saya teringat masa lalu ketika kami menerbitkan Suara Kampus dengan sistem manual. Namun kini, perjuangan dan usaha keras kami dilanjutkan adik-adik ini dengan menerbitkan suara kampus versi online. Saya bangga, karena ada generasi penerus dengan semangat juang yang tinggi. Selamat!” ujarnya bernostalgia.
Anggota DPD RI ini berharap, dengan adanya media baru yang memiliki jangkauan yang luas, portal berita suarakampus.com ini, bisa menjadi control dan sarana berkreatifitas bagi civitas akademika.
Pemimpin Umum LPM Suara Kampus Suara Kampus Andri El Faruqi mengatakan, pesatnya perkembangan teknologi informasi akhir-akhir ini memicu lahirnya portal berita suarakampus.com.
“Kami meneruskan dan menorehkan sejarah baru, dengan menetaskan new media sebagai wadah untuk berkreatifitas dalam meningkatkan produktifitas berkarya. Serta dalam meneruskan amanat founding father Yulizal Yunus dan Zaili Asril, kami akan memberikan warna baru terhadap perkembangan pers mahasiswa di Indonesia,” ujarnya
Awalnya, Suara Kampus yang juga disebut Shout Al- Jami’ah beredar dalam bentuk tabloid (1978-1981), bentuk koran besar (1981-1983), bentuk majalah dengan cover separasi full color (1983-1989), 1989 kembali dalam bentuk tabloid, namun keseluruhannya berbentuk cetak. Tapi sekarang, Suara Kampus memiliki dua versi, cetak dan online.
“Dengan adanya portal berita ini, kita bisa menyampaikan informasi aktual di kampus ini ke seluruh alumni yang tersebar di dalam maupun di luar negeri ini,” ujarnya.
Sementara, Pemimpin Redaksi Suarakampus.com, Syofia Fitri mengatakan, isi suarakampus tak jauh berbeda dengan versi cetaknya, seperti Berita Kampus, Berita Daerah, Opini, Feature, Cerpen, Essay, Puisi, Profil, Tokoh, serta Life Style yang didalamnya ada konsultasi akademik dan agama.
“Tentunya, dengan adanya suarakampus.com, informasi atau peristiwa yang ada di sekitar dan luar kampus bisa dengan cepat, akurat kami sampaikan kepada para pembaca.” ujarnya.
Launching Suara Kampus Online ini dimeriahkan oleh, Talkshow Konvergensi Media Cetak ke Online yang disampaikan oleh Abdullah Khusairi, Mantan Pemimpin Redaksi News Portal www.padang-today.com dan Akademisi IT Politeknik Unand, Yuhefizar, M.Kom. Juga digelar lomba penulisan Opini, Penyiar Radio. Disponsori oleh Operator Seluler, XL. [] Andri El-Faruqi
Wednesday, June 23, 2010
Muhammadiyah Salurkan Miliaran Rupiah
Padang—Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sumbar juga berperan aktif dalam pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa. Miliaran rupiah langsung disalurkan untuk pemberdayaan ummat dan fasilitas ummat.
Sekretaris Tim Rehab Rekon PWM Sumbar, Bakhtiar MAg, memaparkan, rencana aksi rehab rekon Muhammadiyah Sumbar melingkupi, bidang kesehatan, bidang pendidikan, bidang keagamaan, pemulihan sosial, bidang pertanian, bidang ekonomi mikro dan bidang perumahan warga.
”Kini masih berlangsung. Rencana aksi Muhammadiyah hingga 2012. Karena kerugian yang dialami akibat bencana gempa tak kurang dari Rp44 Miliar," jelas Bakhtiar.
Hingga kini, bantuan yang telah langsung diserap ke masyarakat dari donatur sudah mencapai Rp.7 Miliar. Di antara bantuan tersebut adalah, dari Bupati Kabupaten Bantul, Idham Samawi yang dikumpulkan melalui Penerbit Kedaulatan Rakyat, Rp1,8 M untuk Pembangunan Masjid Perguruan Muhammadiyah Marapalam Padang.
Wali Kota Jakarta Selatan, Syahrul Effendi, melalui Gerakan Sosial Rantau (Gesor) sebanyak Rp750 Juta untuk Pembangunan Masjid SMK Simp. Haru. Dari World Vision untuk 8 Lokal SMK Simp. Haru.
PWM Jawa Timur sebanyak Rp1,6 M digunakan untuk Komplek Aisyiyah Ulak Karang RP600 Juta, Panti Asuhan Aisyiyah Lubuh Basung RP500 Juta, Rumah Bersalin PKU Muhammadiyah Balaiselasa Rp500 Juta.
”Dari PWM Jogja, juga dibantu 1 Unit Ambulan, sedangkan dari Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, melalui Lazis dibangun 45 Rumah Tanjung Sani, Sei Batang, Maninjau Agam. Sedang dikerjakan sekarang," jelas Dosen IAIN Imam Bonjol Padang ini.
PWM Sumbar juga membuka rekening Rehab Rekon demi membantu masyarakat. Dari rekening ini, bantuan telah disalurkan untuk 81 unit fasilitas umum seperti, masjid, sekolah, dan panti asuhan, senilai Rp510 juta.
Muhammadiyah Sumbar yang memiliki 134 Cabang dan 758 Ranting, bahu membahu untuk membantu ummat. Bantuan tak boleh dibiarkan menumpuk.
”Sebagai organisasi yang memiliki anggota di seluruh pelosok Sumbar, PWM terus bergerak untuk membangkitkan ummat," ujarnya. [abdullah khusairi] Bulletin R&R Sumbar Edisi IV Tahun Juni 2010
Sekretaris Tim Rehab Rekon PWM Sumbar, Bakhtiar MAg, memaparkan, rencana aksi rehab rekon Muhammadiyah Sumbar melingkupi, bidang kesehatan, bidang pendidikan, bidang keagamaan, pemulihan sosial, bidang pertanian, bidang ekonomi mikro dan bidang perumahan warga.
”Kini masih berlangsung. Rencana aksi Muhammadiyah hingga 2012. Karena kerugian yang dialami akibat bencana gempa tak kurang dari Rp44 Miliar," jelas Bakhtiar.
Hingga kini, bantuan yang telah langsung diserap ke masyarakat dari donatur sudah mencapai Rp.7 Miliar. Di antara bantuan tersebut adalah, dari Bupati Kabupaten Bantul, Idham Samawi yang dikumpulkan melalui Penerbit Kedaulatan Rakyat, Rp1,8 M untuk Pembangunan Masjid Perguruan Muhammadiyah Marapalam Padang.
Wali Kota Jakarta Selatan, Syahrul Effendi, melalui Gerakan Sosial Rantau (Gesor) sebanyak Rp750 Juta untuk Pembangunan Masjid SMK Simp. Haru. Dari World Vision untuk 8 Lokal SMK Simp. Haru.
PWM Jawa Timur sebanyak Rp1,6 M digunakan untuk Komplek Aisyiyah Ulak Karang RP600 Juta, Panti Asuhan Aisyiyah Lubuh Basung RP500 Juta, Rumah Bersalin PKU Muhammadiyah Balaiselasa Rp500 Juta.
”Dari PWM Jogja, juga dibantu 1 Unit Ambulan, sedangkan dari Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, melalui Lazis dibangun 45 Rumah Tanjung Sani, Sei Batang, Maninjau Agam. Sedang dikerjakan sekarang," jelas Dosen IAIN Imam Bonjol Padang ini.
PWM Sumbar juga membuka rekening Rehab Rekon demi membantu masyarakat. Dari rekening ini, bantuan telah disalurkan untuk 81 unit fasilitas umum seperti, masjid, sekolah, dan panti asuhan, senilai Rp510 juta.
Muhammadiyah Sumbar yang memiliki 134 Cabang dan 758 Ranting, bahu membahu untuk membantu ummat. Bantuan tak boleh dibiarkan menumpuk.
”Sebagai organisasi yang memiliki anggota di seluruh pelosok Sumbar, PWM terus bergerak untuk membangkitkan ummat," ujarnya. [abdullah khusairi] Bulletin R&R Sumbar Edisi IV Tahun Juni 2010
Monday, June 21, 2010
TPT BNPB Sosialisasi Bantuan Tahap II
PADANG---Satu minggu terakhir, Tim Pendukung Teknis (TPT) BNPB Rehab Rekon Sumbar melaksanakan sosialisasi ke daerah. Seluruh camat, di bawah koordinasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dikumpulkan untuk menyamakan visi dan misi dalam pelaksanaan realisasi bantuan tahap II.
Daerah sosialisasi tersebut adalah, Kota Padang, Pesisir Selatan, Kabupaten Solok, Padangpanjang, Tanahdatar, Kota Pariaman, Padangpariaman, Pasaman Barat dan Pasaman.
"Karena sedikit berbeda format pelaksanaan bantuan, maka sosialisasi ini dilaksanakan," ungkap Koordinator TPT BNPB Rehab Rekon Sumbar, Dr. Sugimin Pranoto, M.Eng, tadi siang.
Daerah yang sudah diberi sosialisasi adalah, Kota Padang, Pesisir Selatan, Kabupaten Solok, Padangpanjang, Tanahdatar, Padangpariaman, Pasaman Barat.
Segera menyusul, Selasa (22/6), Kota Pariaman. Hari ini, Senin (21), sosialisasi program ini di Simpang Empat, Kabupaten Pasaman Barat.
Bantuan gempa khusus untuk perumahan, langsung dihandle pemerintah pusat. BNPB langsung mengucurkan dana ke Pokmas dengan koordinasi Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK) yang ditunjuk oleh kepala daerah melalui BPBD.
"Sedangkan untuk infrastruktur dan gedung pemerintah, tetap dihandle Pemprov Sumbar," ujar Sugimin.
Persoalan-persoalan yang muncul pada tahap I telah dievaluasi dengan seksama oleh BNPB. Hasilnya, pola dirubah tanpa menghilangkan substansi tujuan bantuan.
Akan turun tahap II ini, Rp2,4 Triliun, alokasi untuk perumahan Rp1,9 Triliun, Infrastruktur Rp478 Miliar. [] Abdullah Khusairi
Daerah sosialisasi tersebut adalah, Kota Padang, Pesisir Selatan, Kabupaten Solok, Padangpanjang, Tanahdatar, Kota Pariaman, Padangpariaman, Pasaman Barat dan Pasaman.
"Karena sedikit berbeda format pelaksanaan bantuan, maka sosialisasi ini dilaksanakan," ungkap Koordinator TPT BNPB Rehab Rekon Sumbar, Dr. Sugimin Pranoto, M.Eng, tadi siang.
Daerah yang sudah diberi sosialisasi adalah, Kota Padang, Pesisir Selatan, Kabupaten Solok, Padangpanjang, Tanahdatar, Padangpariaman, Pasaman Barat.
Segera menyusul, Selasa (22/6), Kota Pariaman. Hari ini, Senin (21), sosialisasi program ini di Simpang Empat, Kabupaten Pasaman Barat.
Bantuan gempa khusus untuk perumahan, langsung dihandle pemerintah pusat. BNPB langsung mengucurkan dana ke Pokmas dengan koordinasi Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK) yang ditunjuk oleh kepala daerah melalui BPBD.
"Sedangkan untuk infrastruktur dan gedung pemerintah, tetap dihandle Pemprov Sumbar," ujar Sugimin.
Persoalan-persoalan yang muncul pada tahap I telah dievaluasi dengan seksama oleh BNPB. Hasilnya, pola dirubah tanpa menghilangkan substansi tujuan bantuan.
Akan turun tahap II ini, Rp2,4 Triliun, alokasi untuk perumahan Rp1,9 Triliun, Infrastruktur Rp478 Miliar. [] Abdullah Khusairi
Thursday, June 17, 2010
Dewan Asal Sumbar Beri Rekomendasi
Padang---Keterlambatan penyaluran bantuan untuk korban gempa, bagi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI asal pemilihan Sumbar menjadi catatan untuk Pemprov. Tampaknya, manajemen penanggulangan bencana menjadi sangat penting dan prioritas dikuasai.
"Sangat lambat, sudah enam bulan lebih. Ini menunjukkan ketidakmampuan menyerap dana bantuan. Sementara, ketika kami ke lapangan, ke daerah pemilihan kami, rakyat menagih. Padahal, kita berjuang untuk mendapatkan dana bantuan di tingkat nasional," ungkap Anggota DPR RI, Fraksi Golkar, Nudirman Munir SH MH, dalam pertemuan evaluasi bantuan kebencanaan di Gubernuran, pertengahan bulan lalu.
Hal senada diungkapkan Michel El Qudsi dari fraksi PAN. Tokoh muda asal Sumbar ini menyatakan, Pemprov Sumbar harus menghargai perjuangan yang telah dilakukan dengan cara menyerap dana secara cepat. "Kita sungguh kecewa," ujar Michel.
Koordinator Tim Pendukung Teknis (TPT) BNBP Rehab Rekon Sumbar, Dr. Sugimin Pranoto, M.Eng, dalam presentasi bulanannya menyatakan, aturan keuangan daerah melalui Peraturan Gubernur (Pergub) salah satu menjadi kendala di samping kesiapan masyarakat.
"Kita telah berusaha maksimal agar penyerapan baik di sektor ekonomi produktif, sektor perumahan, sektor kesehatan, agar semuanya sejalan," ujar Sugimin di hadapan Anggota DPR-RI dan unsur dari Pemprov Sumbar.
Dalam dua kali pertemuan tersebut, catatan tentang mekanisme baru untuk penyerapan dana yang lebih cepat digagas dan direkomendasikan.
Sementara itu, penjelasan dari Ketua Tim Pelaksana Teknis Rehab Rekon Pemprov Sumbar, yang juga Kepala Dinas Pra Sarana Jalan dan Tata Ruang Permukiman (Prasjal Tarkim) Dodi Ruswandy, menyadari dan memaklumi seluruh proses yang lambat. Namun kehati-hatian yang membuat semua ini harus sesuai aturan.
Dodi juga menjelaskan program lanjutan beberapa sarana transportasi yang sering terkena dampak bencana. Salah satunya adalah jalur Lembah Anai.
"Membutuhkan dana yang besar agar jalur ini aman untuk dilewati," jelas Dodi.
Pemerintah berencana akan memasang jaring pengaman di dua titik perbukitan rawan longsor di daerah Lembah Anai. Pemasangan jaring untuk mengantisipasi jatuhnya batuan dan material lain dari tebing yang retak akibat gempa 30 September 2009 lalu. Pengaman berupa jaring mampu menahan bebatuan yang beratnya mencapai 30 sampai 50 ton. Jaring ini juga akan disanggah dengan pondasi kuat dari tembok. Sehingga bebatuan yang jatuh dari tebing bisa tersangkut di jaring dan tidak jatuh ke badan jalan.
Dua titik yang akan diberi jaring dengan panjang 80 meter dan 20 meter dan ketinggian mencapai 70 meter membutuhkan biaya Rp 20 miliar. “Untuk itu kita sudah ajukan anggaran ke pemerintah pusat,” kata Dodi.
Selain jalan negara di Lembah Anai yang kini rusak akibat dihantam banjir dan longsor, pemerintah juga memprioritaskan perbaikan jalan di kawasan Sitinjau Laut, Lubuk Silasih yang terban.
Dua daerah tersebut merupakan jalan vital yang menghubungkan sejumlah kabupaten dan kota di Sumatera Barat. Jalan Lembah Anai merupakan jalur yang menghubungkan Padang dengan Bukittinggi, sedang Lubuk Silasih adalah jalan penghubung Padang dengan Solok. Keduanya juga termasuk jalan negara yang merupakan jalur Padang menuju Pekanbaru dan Jambi.Pascagempa, perbukitan di dua kawasan tersebut, khususnya Lembah Anai mengalami keretakan yang sangat serius. Bahkan akhir-akhir ini sering terjadi longsor di Lembah Anai.
Saat ini, perbaikan jalan di Lembah Anai telah rampung sekitar 80 persen sedangkan untuk kawasan Sitinjau Laut, kata Dodi, saat ini masih ada kekurangan dana sebesar Rp 30 miliar lagi.
Kekurangan dana tersebut juga berimbas kepada proyek perbaikan infrastruktur di kawasan tersebut sehingga saat ini masih terbengkalai. [] Abdullah Khusairi
"Sangat lambat, sudah enam bulan lebih. Ini menunjukkan ketidakmampuan menyerap dana bantuan. Sementara, ketika kami ke lapangan, ke daerah pemilihan kami, rakyat menagih. Padahal, kita berjuang untuk mendapatkan dana bantuan di tingkat nasional," ungkap Anggota DPR RI, Fraksi Golkar, Nudirman Munir SH MH, dalam pertemuan evaluasi bantuan kebencanaan di Gubernuran, pertengahan bulan lalu.
Hal senada diungkapkan Michel El Qudsi dari fraksi PAN. Tokoh muda asal Sumbar ini menyatakan, Pemprov Sumbar harus menghargai perjuangan yang telah dilakukan dengan cara menyerap dana secara cepat. "Kita sungguh kecewa," ujar Michel.
Koordinator Tim Pendukung Teknis (TPT) BNBP Rehab Rekon Sumbar, Dr. Sugimin Pranoto, M.Eng, dalam presentasi bulanannya menyatakan, aturan keuangan daerah melalui Peraturan Gubernur (Pergub) salah satu menjadi kendala di samping kesiapan masyarakat.
"Kita telah berusaha maksimal agar penyerapan baik di sektor ekonomi produktif, sektor perumahan, sektor kesehatan, agar semuanya sejalan," ujar Sugimin di hadapan Anggota DPR-RI dan unsur dari Pemprov Sumbar.
Dalam dua kali pertemuan tersebut, catatan tentang mekanisme baru untuk penyerapan dana yang lebih cepat digagas dan direkomendasikan.
Sementara itu, penjelasan dari Ketua Tim Pelaksana Teknis Rehab Rekon Pemprov Sumbar, yang juga Kepala Dinas Pra Sarana Jalan dan Tata Ruang Permukiman (Prasjal Tarkim) Dodi Ruswandy, menyadari dan memaklumi seluruh proses yang lambat. Namun kehati-hatian yang membuat semua ini harus sesuai aturan.
Dodi juga menjelaskan program lanjutan beberapa sarana transportasi yang sering terkena dampak bencana. Salah satunya adalah jalur Lembah Anai.
"Membutuhkan dana yang besar agar jalur ini aman untuk dilewati," jelas Dodi.
Pemerintah berencana akan memasang jaring pengaman di dua titik perbukitan rawan longsor di daerah Lembah Anai. Pemasangan jaring untuk mengantisipasi jatuhnya batuan dan material lain dari tebing yang retak akibat gempa 30 September 2009 lalu. Pengaman berupa jaring mampu menahan bebatuan yang beratnya mencapai 30 sampai 50 ton. Jaring ini juga akan disanggah dengan pondasi kuat dari tembok. Sehingga bebatuan yang jatuh dari tebing bisa tersangkut di jaring dan tidak jatuh ke badan jalan.
Dua titik yang akan diberi jaring dengan panjang 80 meter dan 20 meter dan ketinggian mencapai 70 meter membutuhkan biaya Rp 20 miliar. “Untuk itu kita sudah ajukan anggaran ke pemerintah pusat,” kata Dodi.
Selain jalan negara di Lembah Anai yang kini rusak akibat dihantam banjir dan longsor, pemerintah juga memprioritaskan perbaikan jalan di kawasan Sitinjau Laut, Lubuk Silasih yang terban.
Dua daerah tersebut merupakan jalan vital yang menghubungkan sejumlah kabupaten dan kota di Sumatera Barat. Jalan Lembah Anai merupakan jalur yang menghubungkan Padang dengan Bukittinggi, sedang Lubuk Silasih adalah jalan penghubung Padang dengan Solok. Keduanya juga termasuk jalan negara yang merupakan jalur Padang menuju Pekanbaru dan Jambi.Pascagempa, perbukitan di dua kawasan tersebut, khususnya Lembah Anai mengalami keretakan yang sangat serius. Bahkan akhir-akhir ini sering terjadi longsor di Lembah Anai.
Saat ini, perbaikan jalan di Lembah Anai telah rampung sekitar 80 persen sedangkan untuk kawasan Sitinjau Laut, kata Dodi, saat ini masih ada kekurangan dana sebesar Rp 30 miliar lagi.
Kekurangan dana tersebut juga berimbas kepada proyek perbaikan infrastruktur di kawasan tersebut sehingga saat ini masih terbengkalai. [] Abdullah Khusairi
Thursday, May 27, 2010
Bantuan Gempa Tahap II Segera Tiba
PADANG --- Proses Rehab Rekon Sumbar Pasca Gempa 30 September 2009 memasuki pencairan dana bantuan untuk tahap II. Sementara, tahap I sudah memasuki progres 17,83 Persen dari dana yang disiapkan Rp313,9 Miliar. Hasil Evaluasi Tahap I, menghasilkan mekanisme baru, yang lebih simpel dan cepat.
Demikian terungkap dalam Rapat Koordinasi Pelaksanaan Rehab Rekon, Kamis (27/5), yang dihadiri Direktur Penilaian Kerusakan, Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB, Ir. Adhy Duriat Soemono, Dipl. HE beserta Tim Pendukung Teknis (TPT) BNPB Rehab Rekon Sumbar, Sekdaprov Sumbar, Mahmuda Rivai.
"Mekanisme bantuan akan sedikit bergeser. Setelah mengevaluasi tahap I, kita pilih yang paling cepat, langsung ke Kelompok Masyarakat (Pokmas) dari BNPB," ungkap Administrasi Keuangan Roy Rahendra.
Roy Rahendra, AK. M.Com, di hadapan pejabat perwakilan 12 Kota dan Kabupaten yang mendapat bantuan dana gempa 2009.
Sebanyak Rp2 Triliun akan dikucurkan dari BNPB untuk Sumbar. Alokasi paling banyak untuk bantuan perumahan rakyat, disusul pembangunan kantor dan infrastruktur. Artinya, dana untuk ekonomi produktif, kesehatan, tahap II tidak ada lagi. Bantuan perumahan ini melingkupi 12 kabupaten kota, Padang, Mentawai, Pesisir Selatan, Agam, Pasaman Barat, Padangpanjang, Kabupaten Solok, Kota Solok, Tanahdatar, Kota Pariaman, Padangpariaman. Total rumah yang dibantu, 143,273 unit, dengan 5.732 Pokmas.
Jika tahap I, mekanisme pencairan dana mengikuti mekanisme APBD dengan Peraturan Gubernur, maka tahap II langsung dari rekening Menteri Keuangan ke BNPB, dan dari BNPB langsung ke Pokmas, lewat sebuah kerja sama dengan bank milik pemerintah. Total nilai bantuan untuk rumah, Rp1,9 Triliun, ditambah dengan dana pendampingan masyarakat dan institusi.
Menunggu penyelesaian tahap I, tahap II akan dimulai prosesnya, September dan berakhir November nanti. Namun demikian, proses administrasi dari sekarang sudah dibicarakan. Sedangkan tahap I, kini dalam proses pencairan dan Pokmas yang telah ditunjuk mendapatkan bantuan, segera menyelesaikan administrasi.
Koordinator TPT BNPB Sumbar, Dr. Sugimin Pranoto, M.Eng, menyebutkan tahap I merupakan kunci untuk tahap II nanti. "Tetapi dari progres kerja, walau terasa pada awalnya agak lambat, sekarang sangat lancar. Semoga tak tersendat-sendat lagi. Awalnya, memang mekanisme dari peraturan gubernur, sangat menganjal," papar Sugimin.
Kepala Dinas Kimpraswil Prasarana Jalan Sumbar, Ir. Dody Ruswandi, MSc, mengakui kelambatan dan keresahan di tengah masyarakat. Namun demikian, semuanya memang dilaksanakan secara hati-hati dan masih on schedule.
Progres secara rinci, dari sektor yang ada dalam rencana aksi rehab rekon, Perumahan yang mendapat anggaran tahap I, Rp114,5 Miliar, telah merealisasi 9,13 persen. Infrastruktur dan Lintas Sektor, 80 persen, Irigasi 20 persen, Air Minum dan Sanitasi 20 persen, Gedung Pemerintah 20 persen.
Sektor Kesehatan, yang memiliki anggaran tahap I Rp22.767.223.000, telah merealisasi 12 persen. Sedangkan Ekonomi Produktif, Pertanian 46 persen, Perkebunan 66 persen, Perikanan 5,9 persen. Perdagangan dan industri kecil 34 persen. Dana pendampingan telah dihabiskan 38 persen. [] Abdullah Khusairi www.rehabrekon-sumbar.org
Demikian terungkap dalam Rapat Koordinasi Pelaksanaan Rehab Rekon, Kamis (27/5), yang dihadiri Direktur Penilaian Kerusakan, Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB, Ir. Adhy Duriat Soemono, Dipl. HE beserta Tim Pendukung Teknis (TPT) BNPB Rehab Rekon Sumbar, Sekdaprov Sumbar, Mahmuda Rivai.
"Mekanisme bantuan akan sedikit bergeser. Setelah mengevaluasi tahap I, kita pilih yang paling cepat, langsung ke Kelompok Masyarakat (Pokmas) dari BNPB," ungkap Administrasi Keuangan Roy Rahendra.
Roy Rahendra, AK. M.Com, di hadapan pejabat perwakilan 12 Kota dan Kabupaten yang mendapat bantuan dana gempa 2009.
Sebanyak Rp2 Triliun akan dikucurkan dari BNPB untuk Sumbar. Alokasi paling banyak untuk bantuan perumahan rakyat, disusul pembangunan kantor dan infrastruktur. Artinya, dana untuk ekonomi produktif, kesehatan, tahap II tidak ada lagi. Bantuan perumahan ini melingkupi 12 kabupaten kota, Padang, Mentawai, Pesisir Selatan, Agam, Pasaman Barat, Padangpanjang, Kabupaten Solok, Kota Solok, Tanahdatar, Kota Pariaman, Padangpariaman. Total rumah yang dibantu, 143,273 unit, dengan 5.732 Pokmas.
Jika tahap I, mekanisme pencairan dana mengikuti mekanisme APBD dengan Peraturan Gubernur, maka tahap II langsung dari rekening Menteri Keuangan ke BNPB, dan dari BNPB langsung ke Pokmas, lewat sebuah kerja sama dengan bank milik pemerintah. Total nilai bantuan untuk rumah, Rp1,9 Triliun, ditambah dengan dana pendampingan masyarakat dan institusi.
Menunggu penyelesaian tahap I, tahap II akan dimulai prosesnya, September dan berakhir November nanti. Namun demikian, proses administrasi dari sekarang sudah dibicarakan. Sedangkan tahap I, kini dalam proses pencairan dan Pokmas yang telah ditunjuk mendapatkan bantuan, segera menyelesaikan administrasi.
Koordinator TPT BNPB Sumbar, Dr. Sugimin Pranoto, M.Eng, menyebutkan tahap I merupakan kunci untuk tahap II nanti. "Tetapi dari progres kerja, walau terasa pada awalnya agak lambat, sekarang sangat lancar. Semoga tak tersendat-sendat lagi. Awalnya, memang mekanisme dari peraturan gubernur, sangat menganjal," papar Sugimin.
Kepala Dinas Kimpraswil Prasarana Jalan Sumbar, Ir. Dody Ruswandi, MSc, mengakui kelambatan dan keresahan di tengah masyarakat. Namun demikian, semuanya memang dilaksanakan secara hati-hati dan masih on schedule.
Progres secara rinci, dari sektor yang ada dalam rencana aksi rehab rekon, Perumahan yang mendapat anggaran tahap I, Rp114,5 Miliar, telah merealisasi 9,13 persen. Infrastruktur dan Lintas Sektor, 80 persen, Irigasi 20 persen, Air Minum dan Sanitasi 20 persen, Gedung Pemerintah 20 persen.
Sektor Kesehatan, yang memiliki anggaran tahap I Rp22.767.223.000, telah merealisasi 12 persen. Sedangkan Ekonomi Produktif, Pertanian 46 persen, Perkebunan 66 persen, Perikanan 5,9 persen. Perdagangan dan industri kecil 34 persen. Dana pendampingan telah dihabiskan 38 persen. [] Abdullah Khusairi www.rehabrekon-sumbar.org
Monday, May 24, 2010
Rumah Kita Belum Aman Gempa
Oleh:
Abdullah Khusairi, MA
Kolomnis
Kampanye rumah aman gempa kalah meriah dengan kampanye Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Papan reklame kampanye rumah aman gempa terpasang tidak sebanyak papan reklame para kontestan yang ikut dalam perhelatan pesta demokrasi. Dan yang lebih menyedihkan, tak ada kandidat yang berani mengedepankan wacana penanggulangan bencana dalam memenangkan hati rakyat. Sepertinya wacana kebencanaan tidak begitu penting dibandingkan dengan jargon-jargon yang "melangit" menjauhkan realitas di tengah-tengah masyarakat saat ini, khususnya di daerah korban bencana gempa.
Padahal, bila dibaca UU No. 24 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, manajemen kebencanaan sangat penting, baik sebelum, sedang maupun sesudah terjadinya bencana. Sebab bencana selalu datang, baik secara langsung karena manusia, maupun tidak langsung.
UU Tentang Penanggulangan Bencana selain mengamanatkan pembentukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), juga memberikan kewenangan agar pemerintah daerah membentuk Badan Daerah Penanggulangan Bencana (BPBD). Selain itu, pemerintah juga menyiapkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana dan PP No. 22 Tentang Pendanaan Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Artinya, secara peraturan, dalam penanggulangan bencana, republik ini sudah tak perlu risau. Aturannya sudah ada. Namun demikian, soal kepedulian dan pemahaman, tunggu dulu. Kita bisa melihat realitas hari ini; kampanye rumah aman gempa, sebagai bagian dari penanggulangan bencana, kalah hebat dengan kampanye para calon dalam Pilkada. Indikasinya sangat jelas, baliho, poster, reklame, para calon berserakan. Sementara, kampanye rumah aman gempa sangatlah minim. Hal ini pula, dilihat di lapangan, masyarakat membangun, masih jauh dari harapan aman terhadap guncangan. Mereka membangun sesuai dengan pengetahuan yang telah mereka miliki. Tak peduli, aman atau tidak, sebab membangun harus segera dan mendesak. Sudah tak kuat lagi hidup di tenda darurat.
Merujuk Abraham Maslow, rasa aman menempati urutan kedua dalam kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan terhadap Keamanan dan Keselamatan menjadi sangat azasi dalam kehidupan. Hal ini diatur pula dalam peraturan di negeri ini, namun kenyataan di lapangan, mitigasi kebencanaan kepada masyarakat atas hal-hal demikian tidak pernah maksimal. Jangankan mitigasi, bantuan saja sangat terlambat. Kalah cepat dengan masyarakat yang sudah membangun lebih dahulu.
Ranahminang, ditakdirkan menjadi supermarket bencana. Ancaman longsor, banjir, gempa, selalu ada setiap saat. Namun belum ada gerakan hebat agar masyarakat selalu waspada, atau setiap Kepala Keluarga (KK) disiapkan tenda satu persatu. Yang ada, justru berusaha melupakan bahwa tak ada lagi bencana. Padahal, bencana selalu ada, hanya waktu yang menjawabnya.
Kampanye rumah aman gempa adalah salah satu bukti nyata. Sebuah kampanye yang meredup, seiring dengan kampanye Pilkada di Kabupaten, Kota dan Provinsi. Setelah tujuh bulan, memasuki delapan bulan berlalu, masyarakat kini telah bangkit dengan sendirinya. Bangkit dengan tingkat apatis yang tinggi terhadap peran pemerintah dalam memberi mitigasi dan bantuan untuk mereka.
Setelah tanggap darurat berlalu dan masa rehabilitasi dan rekonstruksi yang kini sudah dalam pencairan dana kepada korban gempa, sepertinya semua serba terlambat. Kampanye rumah aman gempa seperti sia-sia belaka. Mitigasi dan kampanye rumah aman gempa yang digelar secara gegap gempita awalnya, hanya bisa menjadi harapan, yang belum membangun, baik korban gempa maupun bukan, bisa mengikuti teknik membangun rumah aman gempa. Yang sudah membangun, apa boleh buat, mereka telah berbuat lebih dahulu.
Membangun rumah aman gempa, dengan bantuan Rp15 Juta untuk Rusak Berat (RB), Rp10 Juta Rusak Sedang (RS), serta Rp1 Juta untuk Rusak Ringan (RR), sepertinya tak banyak membantu. Masyarakat sudah membangun lebih dahulu, dan itu tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Apa boleh buat, hidup harus tetap dilanjutkan. Tak bisa menanti, apalagi hanya karena birokrasi.
Malahan yang terjadi, cemoohan kepada pemerintah makin menjadi-jadi. Apalagi kepada pemimpin yang kini juga nota bene, ikut meramaikan pesta demokrasi. Beginilah, jika Penanggulangan Bencana dan Manajemen Kebencanaan tidak lagi penting dalam wacana politik para pemimpin. Masyarakat diajak untuk lupa atas ancaman di atas negeri yang memiliki sejuta kemungkinan datangnya bencana.
Kepedulian secara politik dan kebijakan sangatlah penting agar mendorong suksesnya rehabilitasi dan rekonstruksi korban gempa sesuai dengan teknik standar yang ditentukan. Kampanye rumah aman gempa tidaklah terlambat, sebab tetap dibutuhkan oleh siapa saja. Namun hingga hari ini, masyarakat tetap membangun di luar kontrol yang diharapkan. Jadinya, rumah mereka belum tentu aman dari gempa secara teknis. Itu banyak terjadi, seperti tak ada yang peduli. Pengawasan sangat lemah. Ini mendorong penulis untuk menambah, tage line kampanye ini, Bukan Bencananya, Tapi Kepemimpinnya. Atau begini, Bukan Gempanya, Tapi Manajemennya. Terserah, yang jelas, kampanye ini masih butuh dorongan dari pemimpin, tak hanya menyerah kepada lembaga swadaya masyarakat yang nota bene sangat terbatas kekuatannya. Salam. [] Sumber, Singgalang, Sabtu (8/5)
Abdullah Khusairi, MA
Kolomnis
Kampanye rumah aman gempa kalah meriah dengan kampanye Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Papan reklame kampanye rumah aman gempa terpasang tidak sebanyak papan reklame para kontestan yang ikut dalam perhelatan pesta demokrasi. Dan yang lebih menyedihkan, tak ada kandidat yang berani mengedepankan wacana penanggulangan bencana dalam memenangkan hati rakyat. Sepertinya wacana kebencanaan tidak begitu penting dibandingkan dengan jargon-jargon yang "melangit" menjauhkan realitas di tengah-tengah masyarakat saat ini, khususnya di daerah korban bencana gempa.
Padahal, bila dibaca UU No. 24 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, manajemen kebencanaan sangat penting, baik sebelum, sedang maupun sesudah terjadinya bencana. Sebab bencana selalu datang, baik secara langsung karena manusia, maupun tidak langsung.
UU Tentang Penanggulangan Bencana selain mengamanatkan pembentukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), juga memberikan kewenangan agar pemerintah daerah membentuk Badan Daerah Penanggulangan Bencana (BPBD). Selain itu, pemerintah juga menyiapkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana dan PP No. 22 Tentang Pendanaan Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Artinya, secara peraturan, dalam penanggulangan bencana, republik ini sudah tak perlu risau. Aturannya sudah ada. Namun demikian, soal kepedulian dan pemahaman, tunggu dulu. Kita bisa melihat realitas hari ini; kampanye rumah aman gempa, sebagai bagian dari penanggulangan bencana, kalah hebat dengan kampanye para calon dalam Pilkada. Indikasinya sangat jelas, baliho, poster, reklame, para calon berserakan. Sementara, kampanye rumah aman gempa sangatlah minim. Hal ini pula, dilihat di lapangan, masyarakat membangun, masih jauh dari harapan aman terhadap guncangan. Mereka membangun sesuai dengan pengetahuan yang telah mereka miliki. Tak peduli, aman atau tidak, sebab membangun harus segera dan mendesak. Sudah tak kuat lagi hidup di tenda darurat.
Merujuk Abraham Maslow, rasa aman menempati urutan kedua dalam kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan terhadap Keamanan dan Keselamatan menjadi sangat azasi dalam kehidupan. Hal ini diatur pula dalam peraturan di negeri ini, namun kenyataan di lapangan, mitigasi kebencanaan kepada masyarakat atas hal-hal demikian tidak pernah maksimal. Jangankan mitigasi, bantuan saja sangat terlambat. Kalah cepat dengan masyarakat yang sudah membangun lebih dahulu.
Ranahminang, ditakdirkan menjadi supermarket bencana. Ancaman longsor, banjir, gempa, selalu ada setiap saat. Namun belum ada gerakan hebat agar masyarakat selalu waspada, atau setiap Kepala Keluarga (KK) disiapkan tenda satu persatu. Yang ada, justru berusaha melupakan bahwa tak ada lagi bencana. Padahal, bencana selalu ada, hanya waktu yang menjawabnya.
Kampanye rumah aman gempa adalah salah satu bukti nyata. Sebuah kampanye yang meredup, seiring dengan kampanye Pilkada di Kabupaten, Kota dan Provinsi. Setelah tujuh bulan, memasuki delapan bulan berlalu, masyarakat kini telah bangkit dengan sendirinya. Bangkit dengan tingkat apatis yang tinggi terhadap peran pemerintah dalam memberi mitigasi dan bantuan untuk mereka.
Setelah tanggap darurat berlalu dan masa rehabilitasi dan rekonstruksi yang kini sudah dalam pencairan dana kepada korban gempa, sepertinya semua serba terlambat. Kampanye rumah aman gempa seperti sia-sia belaka. Mitigasi dan kampanye rumah aman gempa yang digelar secara gegap gempita awalnya, hanya bisa menjadi harapan, yang belum membangun, baik korban gempa maupun bukan, bisa mengikuti teknik membangun rumah aman gempa. Yang sudah membangun, apa boleh buat, mereka telah berbuat lebih dahulu.
Membangun rumah aman gempa, dengan bantuan Rp15 Juta untuk Rusak Berat (RB), Rp10 Juta Rusak Sedang (RS), serta Rp1 Juta untuk Rusak Ringan (RR), sepertinya tak banyak membantu. Masyarakat sudah membangun lebih dahulu, dan itu tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Apa boleh buat, hidup harus tetap dilanjutkan. Tak bisa menanti, apalagi hanya karena birokrasi.
Malahan yang terjadi, cemoohan kepada pemerintah makin menjadi-jadi. Apalagi kepada pemimpin yang kini juga nota bene, ikut meramaikan pesta demokrasi. Beginilah, jika Penanggulangan Bencana dan Manajemen Kebencanaan tidak lagi penting dalam wacana politik para pemimpin. Masyarakat diajak untuk lupa atas ancaman di atas negeri yang memiliki sejuta kemungkinan datangnya bencana.
Kepedulian secara politik dan kebijakan sangatlah penting agar mendorong suksesnya rehabilitasi dan rekonstruksi korban gempa sesuai dengan teknik standar yang ditentukan. Kampanye rumah aman gempa tidaklah terlambat, sebab tetap dibutuhkan oleh siapa saja. Namun hingga hari ini, masyarakat tetap membangun di luar kontrol yang diharapkan. Jadinya, rumah mereka belum tentu aman dari gempa secara teknis. Itu banyak terjadi, seperti tak ada yang peduli. Pengawasan sangat lemah. Ini mendorong penulis untuk menambah, tage line kampanye ini, Bukan Bencananya, Tapi Kepemimpinnya. Atau begini, Bukan Gempanya, Tapi Manajemennya. Terserah, yang jelas, kampanye ini masih butuh dorongan dari pemimpin, tak hanya menyerah kepada lembaga swadaya masyarakat yang nota bene sangat terbatas kekuatannya. Salam. [] Sumber, Singgalang, Sabtu (8/5)
Subscribe to:
Posts (Atom)